Biji Pengusir Petaka
Hediao adalah seni ukir biji buah ataupun kacang buatan tangan yang muncul sejak masa Dinasti Song. Seni ini menawarkan karya tiga dimensi nan unik dalam ukuran mini.
Selama seribu tahun, hediao selalu hidup dalam ingatan seni dan budaya masyarakat China. Hediao adalah seni ukir biji buah ataupun kacang buatan tangan yang muncul sejak masa Dinasti Song. Pada masa lampau, karya seni ini dipercaya bisa menjauhkan pemilik dari kesialan.
Tangan kanan Ma Luo Cheng (40) memegang erat sebilah pisau bermata kecil dengan gagang coklat. Di tangan satunya, ia menggenggam sebuah patung Buddha kecil berwarna coklat keemasan. Panjangnya hanya sekitar 4 sentimeter dan lebarnya 2 sentimeter.
Jari-jarinya langsung bergerak secara otomatis menyempurnakan bentuk patung Buddha tersebut. Belasan tahun pengalaman membuat seniman hediao ini lincah mengukir sembari menceritakan sejarah hediao.
”Patung Buddha ini terbuat dari inti buah. Saya menggunakan berbagai jenis pisau untuk mengukirnya,” kata Ma, di Changsha, Hunan, Selasa (9/5/2023).
Ditemani istri tercinta, Wu Jue (34), Ma memamerkan sejumlah karya hediao di sela-sela acara jamuan makan malam World Tourism Cities Federation (WTCF) Changsha Fragrant Hills Tourism Summit 2023. Di atas meja, pasangan ini menata perhiasan dan pajangan berbentuk Buddha, dewa-dewa, beserta bunga dengan rapi.
Hediao adalah sebutan untuk seni ukir dari biji buah atau kacang. Hediao mempunyai sejarah panjang hingga seribu tahun. Kesenian rakyat ini muncul pada masa Dinasti Song (960–1279). Seni ukir tersebut kemudian menjadi begitu populer pada masa pemerintahan Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1912).
Baca Juga: Cerita Kota Beradaptasi dari Changsha
Beberapa seniman kenamaan muncul pada masa itu. Dua di antaranya adalah Wang Shuyuan di masa Dinasti Ming dan Chen Zuzhang di masa Dinasti Qing yang sama-sama terkenal atas hediao berbentuk kapal dari beberapa jenis biji.
Ma menjelaskan, tidak sembarang biji cocok untuk hediao. Beberapa jenis biji yang bisa digunakan adalah buah persik, aprikot, dan zaitun. Hanya biji-biji terbaik yang terpilih. Biji-biji tersebut lalu menjalani proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Proses ini bisa berlangsung selama setengah hingga satu tahun. Cukup memakan waktu lama.
Biji adalah obyek ukiran yang sangat keras sehingga seniman harus berhati-hati saat bekerja. Ada beberapa jenis ukiran yang biasa mereka lakukan, antara lain ukiran relief, ukiran melingkar (circular), dan ukiran merongga (hollow).
Agar bisa membuat ukiran yang diinginkan, seniman menggunakan beberapa jenis pisau seukuran pena dengan ujung runcing. Ada sekitar empat pisau miliknya yang Ma tunjukkan. Awalnya seniman akan menggunakan pisau yang lebih besar guna membentuk ukiran. Selanjutnya, mereka akan memakai pisau kecil untuk membuat detail ukiran.
”Pisau-pisau ini didesain khusus. Ada juga yang tajam dan ada yang tidak tajam untuk menciptakan jenis karya yang berbeda,” ujar Ma.
Setelah mencapai bentuk yang diinginkan, ukiran tersebut akan digosok dengan kertas khusus, semacam kertas pasir halus. Permukaan ukiran akan menjadi mulus dan berkilau indah. Ketika digosok, sejumlah serbuk putih akan keluar layaknya ketika kita menggosok permukaan kayu.
Ma membutuhkan dua hingga tiga hari dalam menyelesaikan satu karya seni. Hediao yang lebih kompleks akan memakan tempo yang lama. Untuk menyelesaikan satu gelang ukiran Buddha, misalnya, ia menghabiskan waktu lebih dari 10 hari.
Karena materialnya, hediao tidak tahan air. Akan tetapi, jika menjaganya dengan baik, hediao akan awet hingga ribuan tahun. Menurut Wu, terdapat hediao berusia ribuan tahun yang tersimpan di istana kekaisaran di Beijing.
Hediao sebagai perhiasan, misalnya gelang, kalung, dan liontin, memiliki satu keunikan khusus. Semakin hediao sering dipakai, semakin berubah tampilannya. ”Warnanya akan menjadi lebih merah dan berkilau. Anda bisa memakainya untuk waktu yang sangat lama,” tutur Wu menambahkan.
Mengusir kesialan
Hediao adalah karya seni tiga dimensi yang bernilai tinggi. Ukurannya yang sangat mini membuat seniman harus bekerja penuh ketelitian, kesabaran, keterampilan, dan kreativitas. Dahulu kala, hediao banyak digunakan oleh anggota keluarga kerajaan. Mereka sering mengoleksi hediao sebagai perhiasan ataupun pajangan untuk dilihat di istana.
Selain itu, pada masa lampau, orang percaya bahwa hediao yang terbuat dari biji persik bisa mengusir nasib buruk. Bagi masyarakat China, buah persik merupakan pembawa berkah yang menyimbolkan umur panjang.
”Di masa itu, orangtua akan menggunakan karya seni semacam hediao ini. Mereka bahkan membuatnya sendiri untuk anak-anak dengan harapan anak mereka terhindar dari kesialan,” kata Ma.
Hediao pada mulanya populer di Guangdong dan Jiangsu lalu menyebar ke wilayah lain, termasuk Hunan tempat Ma menetap. Atas nilainya, hediao masuk dalam kategori Warisan Budaya Tak Benda dari UNESCO.
Cukup banyak orang yang masih tertarik menekuni hediao. Salah satunya adalah Ma yang tumbuh besar di Changsha. Saat masih kecil, dia adalah seorang anak pemalu. Namun, dia senang mengerjakan berbagai kerajinan menggunakan tangannya. Kebetulan keluarganya, terutama sang ayah, juga familier dengan dunia seni.
Terjunlah Ma ke dunia seni rupa, khususnya hediao. Untuk memperdalam ilmu dan mengasah keterampilan, dia juga belajar dari banyak seniman piawai lainnya. Inspirasi dia mengukir datang dari kehidupan sehari-hari atau menyesuaikan keinginan pelanggan.
Pelanggan utama Ma berasal dari China. Namun, ada juga yang memesan dari Inggris, Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Kebanyakan mereka memesan hediao berbentuk hewan, bunga, karakter huruf, dan figur, seperti dewa keberuntungan dan Buddha.
Harga hediao bergantung dari tingkat keterampilan yang dibutuhkan saat membuat ukiran. Jika ukiran yang dibuat semakin rumit, tentu saja harganya akan semakin melambung. Salah satu karya seni termahal yang pernah Ma buat adalah sebuah gelang seharga 80.000 yuan (sekitar Rp 170 juta). Saking rumitnya, setiap bagian gelang bisa membutuhkan sepuluh orang untuk mengerjakan.
Baca Juga: Seni Menjamah Sejarah
Sudah 17 tahun berlalu sejak Ma menjadi seorang seniman hediao. Ia membuka studio sendiri sejak 10 tahun lalu. Ma juga meneruskan pengetahuannya kepada 40 murid. ”Teknik hediao sudah eksis sekitar 1.000 tahun. Biasanya, membutuhkan waktu sekitar tujuh atau delapan tahun untuk menjadi seorang ahli,” katanya.
Dengan bangga Ma mengatakan, murid-muridnya sudah bisa dibilang sebagai ahli yang sukses dengan penghasilan sendiri, yakni rata-rata 4.000 yuan per bulan. Di masa kini, Ma melihat, hediao sebagai produk seni tampaknya cukup populer di kalangan anak muda.