Antara Ada dan Tiada
Di antara hidup dan mati, Shiota tetap termotivasi untuk mengerahkan daya cipta. Maka, lahirlah seri “About The Soul” yang menguraikan tuturan anak-anak dari berbagai negara mengenai jiwa.

Instalasi berjudul "Accumulation-Searching for the Destination" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Mengusung tema The Soul Trembles pameran ini merupakan tur pameran global yang dimulai di Mori Art Museum, Tokyo, Jepang.
Chiharu Shiota menggelar ekshibisinya dengan skala masif yang bertajuk “The Soul Trembles” di Jakarta. Ia memamerkan, antara lain, patung, instalasi, video, foto, dan desain panggung. Seniman kelahiran Osaka, Jepang, itu memanifestasikan pengalaman-pengalaman personalnya yang mendalam.
Karya bertajuk “In the Hand” menyambut pengunjung saat mulai menyusuri pameran yang digelar di Museum Macan, Jakarta, itu. Shiota memprologkan ekshibisinya dengan sepasang tangan yang menadahi anyaman kawat berlabur warna emas. Ia hendak mengintisarikan “The Soul Trembles” dengan logam yang kusut masai tersebut.
Kompleksitas yang jauh lebih mengentak lantas terhampar dengan “Uncertain Journey”. Ruang dengan panjang sekitar 25 meter dan lebar 5 meter dibuat begitu pekat dengan warna merah. Bukan lantaran cat, namun Shiota membelitkan benang-benang yang teramat padat.

Instalasi berjudul "Uncertain Journey" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Dalam pameran tunggal yang pertama di Indonesia ini Shiota menampilkan instalasi berukuran besar, patung, video performans, fotografi dan desain panggung. Pameran akan dibuka untuk publik pada 26 November 2022 hingga 30 April 2023.
Jala-jala yang seolah menyembur dari sekitar lima perahu itu sampai menyamarkan lampu sorot. Tak bisa dinafikan, perempuan tersebut hendak menyelubungi benak undangan dengan imaji jaringan pembuluh darah. Karya selanjutnya tak kalah mencengangkan.
Shiota menjalin wol putih, kawat, dan tali yang dilabelinya dengan “Where Are We Going” seluas 75 meter persegi. Lagi-lagi, ia menempatkan lebih kurang 50 perahu yang menarasikan perjalanan. Benang-benang hitam turut menjuntai dengan ketinggian sekitar 5 meter.
Tak dapat disangkal, Shiota telah mencengkam indrawi spektatornya dengan pengembaraan manusia mulai dunia fana hingga keabadian. Begitu pun dengan foto-foto “Becoming Painting” yang semakin mencekam pengunjung. Ia membalur kanvas dengan warna merah kemudian diselubungkan pada tubuhnya.

Dokumentasi foto proses kreatif Chiharu Shiota saat menciptakan karya dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Mengusung tema The Soul Trembles pameran ini merupakan tur pameran global yang dimulai di Mori Art Museum, Tokyo, Jepang. Dengan menampilkan ratusan karya dari 30 tahun berkarya Chiharu Shiota, The Soul Trembles juga dipamerkan di Busan Museum of Art (Korea Selatan), Taipei Fine Arts Museum (Taiwan), Long Museum (Shanghai, China) dan Queensland Art Gallery (Brisbane, Australia).
Penonton imajiner
Serta-merta, wajah dan tubuh Shiota berlumur cat bak bersimbah darah. Sebenarnya bahaya sebab enamel beracun untuk kulit, tetapi seniman yang bermukim di Berlin, Jerman, itu, tak peduli. Ekspresi yang ia yakini memerdekakan lebih penting demi menyatu dengan kreasinya tersebut.
Audiens semakin bergidik saat mengamati “I Have Never Seen My Death” dan “Congregation”. Shiota menggamblangkan interesnya terhadap mortalitas dengan menyusun rahang-rahang sapi yang mengelilingi kumpulan telur dan air. Ia merepresentasikan kematian yang menuju sumber kehidupan.
Evokasi paling mengusik kalbu dilancarkan Shiota dengan “In Silence”. Ia memajang piano terbakar di hadapan kursi-kursi yang gosong. Tali-tali hitam menjerat instrumen tersebut dengan bangsalnya tak bisa dimungkiri telah mencuatkan penonton imajiner.

Instalasi berjudul "In Silence" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Keraguan, kerisauan, dan kekosongan spontan melingkupi nalar mereka yang menyimak alunan bisu tersebut. Kordofon yang begitu elegan, gemerlap, dan megah berubah total dengan tampilan yang buruk rupa. Melodi yang anggun pun tinggal terjejak dalam memori sensorik belaka.
Shiota memungkasi “The Soul Trembles” dengan menyibak kesadaran tamu-tamunya soal dunia yang tak lebih dari sekadar persinggahan. Ia merangkai sampai 400 koper yang bergelantungan dengan tali merah. Sebagian instalasi itu bergoyang-goyang dengan motor yang dipasang di dalamnya.
Sentakan perupa itu tak urung meluruhkan batas-batas kenihilan dan eksistensi. Shiota menggedor rasio dengan paparan kejiwaan, mulai memori, kengerian, hingga kesenyapan. Ia mengkonklusikan wujud kreativitasnya yang dipersepsikan antara ada dan tiada.

Instalasi berjudul "Accumulation-Searching for the Destination" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Lewat “Uncertain Journey”, sebagai contoh, Shiota semakin mengabstrakkan medianya. Saat Venice Biennale 2015 di Italia, ia menyodorkan perahu kayu dengan kunci-kunci yang tergantung pada benang. Kali ini, wahana serupa disajikan dengan kerangka metal saja.
Tak heran, Shiota melanjutkan eksplorasinya dalam “The Soul Trembles” dengan perahu-perahu yang menyimbolkan dinamika. Hidup galibnya memang senantiasa bergerak hingga maut menjemput. Demikianlah, ia terus membolak-balikkan absensi dan presensi tanpa henti.
Shiota juga mengemukakan keterwakilan jasad-jasad baru dengan pintalan putih yang amat sulit dihitung banyaknya dalam “Where Are We Going”. Bagaimana pun, pilinan yang membentuk bahtera tersebut dikungkung temali hitam untuk melambangkan ajal.
Baca juga: Dinamika Dua Wahana
Kenisbian paling kentara tentu terlihat lewat “In Silence”. Kegundahan Shiota menyaksikan rumah tetangganya yang terbakar saat berumur sembilan tahun dikonkretkan dengan seni bernuansa horor karena tak lagi bisa mendengar kemerduan suara tuts. Sekali lagi, ia bermain-main dengan kekosongan dan keterisian.
Mereka yang datang pun akan menjumpai objek-objek metaforis dan sugestif seperti tempat tidur, di mana Shiota menyingkap celah sempit antara mimpi dan realita. Pakaian yang bersifat dangkal semata-mata untuk melapisi kulit, identitas berdasarkan kewarganegaraan, hingga susunan jendela juga bisa dicermati.

Instalasi berjudul "Where Are We Going" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Dalam pameran tunggal yang pertama di Indonesia ini Shiota menampilkan instalasi berukuran besar, patung, video performans, fotografi dan desain panggung. Pameran akan dibuka untuk publik pada 26 November 2022 hingga 30 April 2023.
Menyintasi kanker
Inspirasi-inspirasi Shiota berangkat dari kegetirannya, antara lain keguguran, kanker, dan kehilangan orangtua sehingga ia menciptakan ruang-ruang untuk merefleksikan jiwa. “Setelah menyintasi kanker, saya sangat tertekan. Saya tak takut mati. Masalahnya, putri saya baru 10 tahun,” ucapnya.
Di antara hidup dan mati, Shiota tetap termotivasi untuk mengerahkan daya cipta. Maka, lahirlah seri “About The Soul” yang menguraikan tuturan anak-anak dari berbagai negara mengenai jiwa. Ia mengaku selalu sungkan berbicara di depan umum, namun begitu mendapati anak-anak, kecemasannya mereda.
“Karena itu, bagaimana anak saya bertahan? Bagaimana jiwa saya setelah meninggal? Saya benar-benar memikirkannya,” ujarnya. Sejak berusia 12 tahun, Shiota tak menyimpan cita-cita selain menggeluti seni. Ia menggandrungi benang yang dianggapnya alam semesta.
Karena itu, bagaimana anak saya bertahan? Bagaimana jiwa saya setelah meninggal? Saya benar-benar memikirkannya.
Direktur Museum Macan Aaron Seeto mengungkapkan antusiasmenya bermitra dengan Shiota. Pameran itu menyuguhkan karya-karya sang seniman yang paling penting dan besar. “Sudah digelar juga di Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Australia,” ujarnya.
Di Museum Macan, “The Soul Trembles” dibuka pada 24 November 2022. Ekshibisi tersebut akan berlangsung hingga 30 April 2023. “Jadi lokasi satu-satunya di Asia Tenggara. Sejak pandemi, kami baru menggelar pameran sebesar dan seluas itu,” ucap Aaron.

Instalasi berjudul "Inside-Outside" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Mengusung tema The Soul Trembles pameran ini merupakan tur pameran global yang dimulai di Mori Art Museum, Tokyo, Jepang.
Mami Kataoka, Direktur Mori Art Museum, Tokyo, Jepang, yang mengkurasi pergelaran itu sungguh gembira bisa ikut menghelatnya di Jakarta. “Setelah melalui pandemi, banyak orang dari berbagai negara yang jiwanya sangat tersentuh dengan gagasan Shiota,” ujarnya.
Persiapan untuk menempatkan sekitar 100 karya Shiota itu memakan waktu hingga 12 hari. Meski sulit, problem-problemnya masih terkendali. “Tenaga diperbanyak karena pengerjaan yang beda dibandingkan biasanya. Pontang-panting, pasti, tapi tetap terkontrol,” tutur Asisten Kurator Museum Macan Asri Winata.

Instalasi berjudul "Out of My Body" karya perupa asal Jepang Chiharu Shiota dipamerkan di Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Mengusung tema The Soul Trembles pameran ini merupakan tur pameran global yang dimulai di Mori Art Museum, Tokyo, Jepang. Dengan menampilkan ratusan karya dari 30 tahun berkarya Chiharu Shiota, The Soul Trembles juga dipamerkan di Busan Museum of Art (Korea Selatan), Taipei Fine Arts Museum (Taiwan), Long Museum (Shanghai, China) dan Queensland Art Gallery (Brisbane, Australia).