Tak hanya menunda pentas lakon ”Sampek Engtay” hingga dua tahun, pandemi juga merenggut 10 aktor Teater Koma. Namun, Teater Koma tetap bertahan.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Adegan dalam geladi bersih pementasan teater ”Sampek Engtay”karya Nano Riantiarno di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Teater Koma akhirnya memenuhi janji untuk menggelar pertunjukan lakon Sampek Engtay” setelah tertunda hampir dua tahun lamanya karena pandemi. Pertunjukan ini akan berlangsung pada 5 sampai 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Pergelaran ”Sampek Engtay”diselenggarakan tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Teater Koma menyatakan masih ada 1.200 tiket yang belum dikembalikan dan masih disimpan oleh calon penontonnya.
Nada suara sutradara N Riantiarno terdengar lega. Intonasinya pun sudah kembali antusias seperti biasa. Ia tampak bergairah saat berbicara di atas panggung seusai pentas hari pertama, Sabtu (5/3/2022) dan saat berbicara lewat telepon, Selasa (8/3/2022).
Pendiri Teater Koma itu merasa puas setelah menyelesaikan ”utangnya” kepada para penggemar. Dua tahun terakhir, ia selalu merasa ketar-ketir dan gelisah. Pasalnya, sudah empat kali Teater Koma memundurkan jadwal pergelaran lakon ”Sampek Engtay” akibat pandemi.
Pementasan seharusnya dilakukan 28-29 Maret 2020, tetapi ditunda 12 hari hingga hari H. Nano, begitu ia disapa, bercerita, sejumlah calon penonton mengatakan, mereka bisa menerima dengan ikhlas sekiranya Teater Koma akan menjadwal ulang pementasan itu.
Namun, hal itu buat Nano bukanlah pilihan. Pementasan ”Sampek Engtay” adalah semacam utang yang tetap harus dia bayar lunas. ”Saya senang banyak penonton sepanjang empat kali pertunjukan kami kemarin tampak luar biasa bahagia. Saya bahagia, mereka bahagia, dan kami semua bahagia. Tapi memang sebelumnya deg-degan pol banget. Soalnya kemarin kami enggak tahu bakal seperti apa kondisinya ke depan. Yang namanya pandemi ini enggak bisa kompromi sama sekali. Kalau dia (pandemi) bilang batal, ya enggak bisa apa-apa kita,” ujar Nano diikuti tertawa lepas.
Tiket terjual
Tahun 2020, total tiket untuk 1.800-an penonton, setara dengan kapasitas kursi di gedung Artpreneur Ciputra, Jakarta, telah terjual. Namun apa daya, pandemi ternyata jauh lebih garang dan menyedihkan dari pemerintahan Orde Baru. Pada 1989, pemerintah Orde Baru pernah membatalkan izin pementasan ”Sampek Engtay” jelang pertunjukan di Medan, Sumatera Utara.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Adegan dalam geladi bersih pementasan teater Sampek Engtay karya Nano Riantiarno di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Teater Koma akhirnya memenuhi janji untuk menggelar pertunjukan lakon ”Sampek Engtay” setelah tertunda hampir dua tahun lamanya karena pandemi. Pertunjukan ini akan berlangsung pada 5 sampai 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.
Nano sangat mengagumi kesetiaan para penggemar Teater Koma. Sebanyak 1.318 penonton memilih untuk tak me-refund tiket mereka dan tetap setia menunggu. Mereka bergeming walau tidak ada yang bisa menjamin kapan pementasan bisa digelar.
Pada awal 2020, dunia memang baru saja lumpuh akibat pandemi. Belum lagi soal biaya pertunjukan yang semakin membengkak. Ada properti dan set panggung yang harus diperbaiki dan dipaksakan setelah mangkrak selama dua tahun. Juga tambahan biaya terkait pelaksanaan protokol kesehatan, baik selama proses latihan hingga pementasan, yang cukup menguras kantong.
Setidaknya beberapa hari jelang pementasan para kru dan pemain harus dikarantina dengan menyewa hotel tak jauh dari lokasi pertunjukan. Hal itu dilakukan untuk memastikan mereka tak tertular virus korona baru. Belum lagi kewajiban tes Covid-19 demi keamanan dan keselamatan bersama para pemain dan kru.
”Saya sampai bilang ke kawan-kawan (pemain dan kru), kita ini enggak ada duit. Jadi jangan terlalu berharap ada honornya. Tapi mereka bilang mau semua. Iya, alhamdulillah. Beruntung juga masih ada beberapa donatur yang datang membantu, termasuk makanan enak-enak, he-he-he,” ujar Nano.
Pentas ke-120
Lakon ”Sampek Engtay” sudah berkali-kali dipentaskan Teater Koma. Menurut Nano, pergelaran Maret ini adalah kali ke-120 dan masih berkisah tentang percintaan dua sejoli, Sampek dan Engtay. Teater Koma sendiri tahun ini sudah berusia 45 tahun.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Adegan dalam geladi bersih pementasan teater ”Sampek Engtay” karya Nano Riantiarno di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Teater Koma akhirnya memenuhi janji untuk menggelar pertunjukan lakon ”Sampek Engtay” setelah tertunda hampir dua tahun lamanya karena pandemi. Pertunjukan ini akan berlangsung pada 5 sampai 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Pergelaran ”Sampek Engtay” diselenggarakan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Lakon kisah percintaan berlatar budaya China itu disadur kembali oleh Nano, dengan menggunakan pendekatan kelokalan. Dalam naskahnya Nano, yang juga sutradara, memindahkan lokasi kisah ”Sampek Engtay” ke kawasan Banten dan Betawi.
Selain berkisah hubungan asmara yang tak sampai, cerita ini juga diperkaya pesan emansipasi yang kalah oleh tradisi. Cerita klasik ini, menurut Nano, selalu mengundang banyak penonton setiap kali dipentaskan, baik di dalam maupun di luar negeri seperti Singapura.
Cerita bermula saat Engtay (Tuti Hartati) berhasil meyakinkan kedua orangtuanya, pasangan saudagar emas asal Serang, Ciok (Budi Ros) dan istrinya (Ratna Riantiarno), agar mengizinkannya belajar ke Betawi. Permintaan Engtay saat itu cukup berat. Pertama karena, perempuan saat itu belum boleh sekolah. Kedua, Engtay sudah ”diijonkan” menjadi calon menantu Kapten Liong (Rangga Riantiarno), yang berjasa besar untuk bisnis Ciok.
Meski begitu, kedua orangtuanya akhirnya mengizinkan Engtay. Syaratnya ia menyamar sebagai seorang laki-laki. Engtay lantas bertemu Sampek (Lutfi Ardiansyah), seorang pemuda dari kalangan keluarga asal Pandeglang, yang juga ingin melanjutkan studi di Betawi. Keduanya sempat saling mengangkat saudara dan kemudian tinggal di satu kamar yang sama di asrama sekolah.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Adegan dalam geladi bersih pementasan teater Sampek Engtay karya Nano Riantiarno di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Teater Koma akhirnya memenuhi janji untuk menggelar pertunjukan lakon ”Sampek Engtay” setelah tertunda hampir dua tahun lamanya karena pandemi. Pertunjukan ini akan berlangsung pada 5 sampai 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Pergelaran ”Sampek Engtay” diselenggarakan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Awalnya Sampek tidak menyadari bahwa Engtay perempuan. Namun setelah Engtay berterus terang akhirnya bibit-bibit cinta mulai tumbuh dan bersemi di antara keduanya. Singkat kisah, asmara mereka kemudian mengalami kebuntuan dan bahkan berakhir dengan tragis.
Selain sempat dibayang-bayangi kemungkinan berubahnya status kebijakan terkait pandemi Covid-19 sewaktu-waktu, Nano juga dipusingkan banyak cobaan berat lain. Sepanjang masa menunggu selama dua tahun terakhir, Teater Koma kehilangan pemain dan krunya, terutama akibat terpapar Covid-19.
Bahkan ada beberapa pemain senior, yang biasa membawakan tokoh utama di Sampek Engtay, sakit atau berpulang. Mereka antara lain mendiang Ade Firman Hakim, yang biasa memerankan tokoh Sampek, dan mendiang Raheli Dharmawan yang biasa memainkan tokoh Sukiyu. Sementara itu, untuk karakter Guru sempat terjadi dua kali pergantian pemain. Dari sebelumnya mendiang Alex Fatahillah ke Idries Pulungan. Sayangnya, di tengah jalan Idries jatuh sakit lalu diganti oleh Bayu Dharmawan Saleh.
Selama dua tahun terakhir Teater Koma kehilangan sebanyak 10 pelakonnya. Sebagian besar dari mereka terlibat langsung dalam produksi ”Sampek Engtay” ini.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Adegan dalam geladi bersih pementasan teater Sampek Engtay karya Nano Riantiarno di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Teater Koma akhirnya memenuhi janji untuk menggelar pertunjukan lakon ”Sampek Engtay” setelah tertunda hampir dua tahun lamanya karena pandemi. Pertunjukan ini akan berlangsung pada 5 sampai 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Pergelaran ”Sampek Engtay” diselenggarakan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Mereka meninggal akibat sakit setelah terpapar Covid-19. Namun, begitu di usianya yang tak lama lagi mencapai setengah abad, Teater Koma kembali menunjukkan konsistensi serta agilitasnya. Beragam tantangan bisa mereka lalui meski terlihat tidak dilakukan dengan mudah.
Pada pengujung hari, Teater Koma patut berbangga setelah berhasil melewati pandemi. Bukan tidak mungkin pementasan ”Sampek Engtay” kelak menjadi semacam penanda zaman. Bahwa di satu masa seni pertunjukan Tanah Air dapat tetap berdiri dan bertahan, menolak untuk tunduk pada pageblug.