Kisah Batman di Awal “Karier”
Pada tahun-tahun awal "kariernya" menjadi memberantas kejahatan Batman mengalami banyak pembelajaran, yang kemudian membentuknya menjadi sosok pahlawan super tangguh.
Saat dihadapkan dengan sejumlah peristiwa pembunuhan sadis, yang menewaskan orang-orang penting Kota Gotham, Batman terpaksa turun tangan. Sang Ksatria Kegelapan melakukan penyelidikan dan berupaya mengungkap pembunuhan berantai layaknya seorang detektif.
Penggambaran Batman di tahun-tahun awal kiprahnya sebagai pahlawan super terbilang menjadi pendekatan baru dan unik yang diambil film The Batman. Pada masa awal memulai “kariernya” menjadi pemberantas kejahatan, Batman, alter ego miliarder Bruce Wayne (Robert Pattinson), digambarkan hanya mengincar para penjahat jalanan.
Setiap malam Bruce, dengan mengenakan kostum serba gelap, mengendarai sepeda motornya berpatroli ke lokasi-lokasi kejahatan rawan terjadi. Saat beraksi, Bruce lalu berganti kostum menjadi Batman, dengan jubah warna gelap, serta topeng berbentuk kelelawar untuk menutupi wajahnya.
Saat beraksi Batman tak pernah ragu menghajar para penjahat hingga babak belur. Kepada mereka Batman juga menyebut dirinya sebagai Sang Pembalas Dendam. Batman berkelahi dengan sepenuh hati, melabrak, dan membuat para penjahat tak sadarkan diri atau lari kocar kacir.
Selain itu sebuah simbol kelelawar juga terproyeksi menyorot langit malam yang kelam. Simbol yang mengisyaratkan kehadiran dirinya sekaligus untuk menakut-nakuti para pelaku kejahatan. Dengan melihat simbol itu para penjahat dibuat ketakutan kalau mereka tengah diawasi dan Batman bisa muncul sewaktu-waktu.
Kota Gotham sendiri dalam film versi sutradara Matt Reeves kali ini masih digambarkan sebagai sebuah kota yang suram dan muram. Kota metropolitan tempat berkumpul dan bersarangnya beragam jenis penjahat, mulai dari kelompok gangster kecil hingga yang terorganisasi dalam kelompok mafia besar.
Seolah masih kurang gelap, Kota Gotham juga digambarkan sarat dengan aparat penegak hukum korup, yang bisa dibeli. Mereka yang bekerja paruh waktu di hari libur, baik sebagai tukang pukul maupun penjaga kelab malam milik para bos mafia. Sementara di tingkat pimpinannya para aparat tadi secara rutin mendapat “gaji” tambahan.
Dua tahun awal
Cara pendekatan dan penggambaran sosok serta karakter Batman di thun-tahun awal kiprahnya tersebut memang sengaja dipilih oleh sang sutradara. Bagi Reeves, selama ini orang sudah terlalu lama mengikuti banyak versi film Batman, yang justru malah menjadikan sosoknya mengarah pada sekadar karakter dan kisah fantasi.
Selama ini karakter Batman memang identik dengan penggambaran yang fantastis seperti keberadaan berbagai teknologi persenjataan atau kendaraan canggih, yang membantu Batman saat beraksi. Semua kecanggihan yang bisa dimiliki Bruce Wayne lantaran statusnya sebagai pewaris kekayaan Keluarga Wayne.
Dengan uang dan kekayaan yang dimilikinya, Bruce mampu membiayai pengadaan semua kelengkapan canggih tadi. Selain itu sebagai miliarder muda, sosok Bruce Wayne sendiri, di berbagai versi film sebelumnya juga kerap digambarkan sebagai seorang playboy flamboyan.
Oleh Reeves penggambaran seperti itu semua coba dirombak untuk kemudian ditampilkan secara lebih realistis dan membumi lewat filmnya. Dalam The Batman (2022) sang pahlawan super digambarkan juga bisa terluka sampai tak sadarkan diri saat baku tembak dan pukul dengan para musuhnya.
Selain itu dia juga bisa menjadi sangat emosional terutama saat berhadapan dengan tokoh penjahat utama di film ini, The Riddler (Paul Dano). Dalam setiap aksi sadisnya, The Riddler memang selalu meninggalkan pesan berisi teka teki untuk Batman, yang akan menjadi petunjuk aksi kejahatan berikutnya.
Baca juga: Anna Delvey, Kisah Sosialita Penipu Ulung
Dalam rekaman wawancara yang ditayangkan di laman DC Fandom, Reeves mengaku sengaja memilih periode waktu ketika Bruce baru memasuki tahun keduanya menjadi Batman. Dengan kembali ke periode waktu tersebut, tambah Reeves, dirinya bisa menghilangkan aspek fantasi dari kisah pahlawan super (versi) DC.
“Dari sana Batman bisa kita munculkan sebagai sosok dengan kekuatan super sebenarnya. Seorang pahlawan super, yang bersedia menanggung apa pun (akibat) dari semua tindakannya,” ujar Reeves.
Pattinson sendiri membawakan sosok Bruce yang diperankannya sebagai orang yang terus berjuang untuk menghadapi trauma masa kecilnya. Dalam versi komiknya, Bruce kecil diceritakan melihat langsung kejadian saat kedua orang tuanya tewas dibunuh penjahat jalanan.
Kejadian itu menciptakan trauma mendalam dan kemudian menjadikannya sosok Batman demi membalas dendam dengan jalan menumpas kejahatan. Sayangnya, tambah Pattinson, Bruce di tahun-tahun awalnya sebagai Batman ternyata tak memiliki kontrol atas dua kepribadiannya tadi.
Tidak jelas kapan saat dia menjadi seorang Bruce dan kapan saat dia menjadi Batman. Dia memang sepertinya mengetahui apa yang dilakukannya. Akan tetapi sebenarnya dia juga seperti kehilangan arah.
“Tidak jelas kapan saat dia menjadi seorang Bruce dan kapan saat dia menjadi Batman. Dia memang sepertinya mengetahui apa yang dilakukannya. Akan tetapi sebenarnya dia juga seperti kehilangan arah,” ujar Pattinson saat diminta menggambarkan karakter yang dia mainkan.
Pattinson juga menggambarkan sosok Bruce dan Batman seolah sudah berubah menjadi seperti makhluk aneh lantaran selalu terjaga setiap malam dan tak pernah tidur. Bruce menurut Pattinson juga menyimpan level kemarahan tertentu di dalam dirinya. Hal itu kemudian memang menjadikan dirinya dan Batman sebagai sosok yang tak terkalahkan.
“Anda akan melihat sosok orang yang berpikir kalau dirinya mampu mengendalikan diri sendiri. Akan tetapi utamanya dia tengah mencoba mencari arti kehidupannya pascakematian kedua orang tuanya. Saat mengenakan topeng (Batman) dan mengejar tujuannya, Bruce menjadi seolah bayangan. Kompleksitas seperti itu lah yang menjadikan Batman unik,” tambah Pattinson.
Teman dan musuh
Saat beraksi, Batman dibantu seorang perwira menengah kepolisian Kota Gotham, Letnan James Gordon (Jeffrey Wright). Gordon diketahui masih “bersih” dari perilaku korup dan tak pernah segan untuk membela Batman dalam situasi mendesak sekalipun.
Namun begitu hubungan keduanya juga belum sepenuhnya saling terbuka. Pola hubungan dan interaksi seperti itu terbilang menarik lantaran juga menggambarkan kerumitan hidup di Kota Gotham di mana mencari orang yang bisa dipercaya pun sangat lah sulit.
Baca juga: Wajah Zombi dan Perundungan di Sekolah "Negeri Ginseng"
Selain Gordon, Bruce atau Batman juga dibantu asisten rumah tangganya yang setia, Alfred (Andy Serkis). Alfred yang juga mantan intelijen itu sudah sejak lama bekerja untuk Keluarga Wayne. Kehadirannya bahkan juga terkesan sudah seperti ayah pengganti bagi Bruce.
Selain Gordon dan Alfred Batman juga dibantu Selina Kyle (Zoë Kravitz), yang diceritakan memiliki alter ego sebagai Catwoman. Zoë Kravitz adalah anak kandung musisi terkenal Amerika Serikat, Lenny Kravitz. Ibu kandungnya, Lisa Bonet, kini adalah istri pemain film sekaligus pemeran tokoh pahlawan super DC, Aquaman, Jason Momoa.
Kyle diceritakan bekerja di kelab malam milik pemimpin mafia Carmine Falcone (John Turturro). Sebagai pemimpin organisasi mafia, Falcone harus berbagi wilayah kekuasaannya di Kota Gotham dengan pemimpin mafia lain, Oz ”The Penguin” (Colin Farrell). Mereka sama-sama mengendalikan bisnis narkoba dan hiburan malam.
Baik Falcone dan Oz keduanya digambarkan saling bersaing menguasai Kota Gotham. Para penegak hukum, politisi, dan banyak pejabat birokrasi Kota Gotham belakangan diketahui juga sudah berada dalam ketiak mereka.
Sementara itu sosok Kyle sendiri digambarkan punya kemampuan berkelahi dan akrobatik selincah seekor kucing. Bersama Batman, keduanya mencoba mengungkap kasus-kasus pembunuhan di Kota Gotham, termasuk salah satunya yang menewaskan teman dekat Kyle.