Peristiwa pemberontakan PETA Blitar 75 tahun lalu akan dibuat film agar generasi muda lebih mudah memahami sejarah.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Peristiwa pemberontakan PETA atau Pembela Tanah Air di Blitar yang terjadi 75 tahun lalu kembali diperingati oleh Yayasan Pembela Tanah Air atau Yapeta di halaman Monumen dan Museum PETA, Jalan Jenderal Sudirman, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/2/2020). Yapeta berencana membuat film tentang pemberontakan PETA agar cikal bakal perlawanan bersenjata di masa Jepang itu dapat dikenang oleh generasi muda.
Pemberontakan PETA terhadap penjajahan Jepang dipimpin oleh Supriyadi, yang saat itu menjadi perwira di Daidan (setingkat batalion) Blitar, pada 14 Februari 1945. Supriyadi dinyatakan hilang setelah pemberontakan diredam oleh pasukan Jepang dan tidak pernah diketahui keberadaannya lagi.
”Peringatan pemberontakan PETA harus selalu dikenang dan dipelajari oleh generasi muda karena PETA merupakan salah satu cikal bakal Tentara Keamanan Rakyat, yang kemudian menjadi TNI. Yapeta juga berencana membuat film pemberontakan PETA agar peristiwa itu lebih mudah dikenang oleh generasi muda,” kata Tinton Soeprapto, Ketua Umum Yapeta, pada acara peringatan itu.
Hadir pada acara itu puluhan undangan yang terdiri dari para sesepuh PETA atau pelaku sejarah, generasi penerus PETA, juga perwakilan Menteri Sosial, Gubernur Lemhannas, Wali Kota Blitar, Wali Kota Bogor, mantan Bupati Bandung Sani Lupias Abdurachman yang sudah berusia 98 tahun, dan hampir seluruh keluarga pejuang PETA Blitar.
Menurut Tinton, skenario film pemberontakan PETA sedang disusun. Judul film, sutradara, dan para pemerannya akan ditentukan kemudian. Cerita filmnya akan mengisahkan perjuangan para tentara PETA dalam melawan Jepang setelah melihat kesengsaraan rakyat yang ditindas sang penjajah.
”Sepanjang hayat, saya akan berusaha membuat generasi muda lebih mengenal, menghormati, dan mencintai PETA sebagai perintis kemerdekaan,” kata Tinton. Tinton didampingi istrinya, Dewi Anggraeni Yunir; menantunya, Marcella Zalianty; dan General Manager Marketing Sirkuit Internasional Sentul Lola Moenek.
Tinton menambahkan, pihaknya juga mendorong Kementerian Sosial untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para perintis kemerdekaan. Para perintis kemerdekaan itu yang membuat Indonesia merdeka sampai saat ini.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengingatkan, Museum PETA bukan sekadar untuk mengingat peristiwa, tetapi untuk membangun karakter bangsa. ”Bogor adalah kota pembela Tanah Air. Banyak pendiri bangsa dan orang hebat pembela Tanah Air berasal dari sini. Kita ini keturunan orang-orang hebat,” ujar Bima Arya.
Menurut Bima, dirinya siap memfasilitasi pembuatan film PETA dan meminta Marcella Zalianty untuk terlibat dalam meracik film agar lebih mengena ke hati generasi muda. Film dinilai menjadi sarana yang tepat untuk memperkenalkan pemberontakan PETA sebagai perjuangan perintis kemerdekaan ke generasi muda.