Iwan Tirta Private Collection dan Sapto Djojokartiko menawarkan padu padan unik untuk hari raya.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·4 menit baca
Tampil beda di hari raya Lebaran jadi keinginan banyak orang. Iwan Tirta Private Collection dan Sapto Djojokartiko menawarkan busana padu padan untuk memberi kesan model baju selalu berbeda di tiap momen yang istimewa.
Awal Maret lalu, Iwan Tirta Private Collection (ITPC) memamerkan 30 look buat perempuan dan lelaki untuk kesempatan bersilaturahmi di hari raya Lebaran dan kesempatan lain. Sapto Djojokartiko, Kamis (14/3/2024), menyusul meluncurkan koleksi bertajuk koleksi ”One-Off Eid 2024” di Presidential Suite Hotel Dharmawangsa, Jakarta.
Uniknya, dua jenama itu sama-sama mengusung konsep padu padan. Pihak Iwan Tirta dan Sapto membuat model baju yang bisa dilepas pasang untuk dipadukan baik dengan sesama koleksi mereka maupun dengan baju yang sudah ada di lemari.
Creative Manager ITPC Untari Suyamto memberi ide misalnya dengan membeli satu look (ada yang terdiri dari satu luaran, blus dalaman, serta celana panjang), pembeli bisa memakai luaran bermotif batik itu dengan terusan atau blus dan rok atau celana panjang polos. Sebaliknya, jika ingin memakai celana panjang batik koleksi ITPC, kita bisa memakai atasan polos yang sudah ada di lemari.
Sementara desainer Sapto Djojokartiko yang menjadi direktur kreatif di jenama miliknya menyarankan pembeli koleksinya memadupadankannya dengan kain wastra Nusantara. Misalnya, look ala baju kurung yang ia buat panjang sampai tumit, selain bisa dipakai sebagai terusan, juga bisa dipakai dengan tenun ikat, kain batik, atau songket.
Sarimbit
Untari menjelaskan, ITPC memang tidak membuat baju gamis, tetapi untuk koleksi hari raya berjudul ”Sujiwa” yang berarti makna terkasih untuk Sang Pencipta, pihaknya membuat baju modest yang serba tertutup. Ada terusan panjang dengan lengan panjang dan setelan atasan, rok panjang atau celana panjang pipa longgar dengan luaran yang juga panjang. ”Koleksi itu bisa menjadi pilihan bagi yang berhijab. Tinggal menambahkan hijab saja sehingga lebih praktis,” ujar Untari pada Jumat (15/3/2024) di Jakarta.
Untuk lelaki, ada beberapa kemeja lengan panjang model klasik dan mengadaptasi model surjan (baju adat lelaki Jawa bagian tengah dan barat). Bagi pembeli yang ingin tampil seragam (sarimbit) dengan suami atau istri, tersedia pula koleksi baju terusan atau setelan dan kemeja bermotif senada: bunga teratai dan buket dengan latar belakang cakrawala penuh bintang.
Potongan baju model A, luaran model kimono, atau kemeja klasik sengaja dipilih agar motif batik berukuran besar yang menjadi ciri khas karya Iwan Tirta tampil jelas sehingga leluasa dinikmati siapa pun. ”Pak Iwan selalu ingin menampilkan motif batik yang indah dalam ukuran besar agar keindahannya tampak maksimal,” kata Untari.
Satu hal yang terus menjadi pegangan ITCP, semua koleksi busana dibuat dari bahan serat alam. Untuk koleksi Sujiwa, sebagian kemeja, terusan, serta setelan untuk perempuan dibuat dari tencel, bahan dari serat kayu yang dengan cepat terurai di alam. Baju yang lain dibuat dari katun. Pemakaian bahan-bahan alam itu membuat penyerapan warna menjadi lebih baik sehingga menampakkan warna biru, hijau, coklat dengan baik.
“Heritage”
Kampanye ”Sapto Heritage” menginspirasi Sapto untuk membuat penyegaran desain pada 28 look di koleksi Raya 2024. Unsur heritage ia ambil misalnya baju kurung, janggan, dan surjan yang merupakan ciri khas busana Nusantara yang diaplikasikan pada kerah dan model baju karyanya.
Berdasarkan inspirasi itulah Sapto menyarankan pemakaian kain wastra bagi padanan atasan, luaran, terusan pada koleksi terbarunya yang tak hanya berwarna krem, biru, abu, tapi juga merah marun, kuning, hijau sehingga tercipta desain dengan padanan warna berbeda dan eksklusif.
Di luar itu, alumnus sekolah mode Esmod yang selama ini dikenal khalayak sebagai pencipta baju dengan ciri banyak bordir itu kini sedikit mengubah desain di koleksi Raya. Ia mengurangi banyak bordiran, lalu menggantikannya dengan membuat lebih banyak baju polos.
Namun, bukan Sapto jika tak punya cara mengalihkan banyak bordiran ke detail yang lain. Pada baju polos seperti atasan warna kuning ia hiasi dengan payet dari susunan banyak manik sehingga memberi kesan hiasan itu 3D (tiga dimensi).
Baju-baju itu menjadi unik dan amat berbeda dengan koleksi sebelumnya. Pada bagian lain, Sapto juga memberi tempelan berupa patchwork. Sepintas, baju-baju baru itu seperti bercahaya berkat pilihan bahan patchwork yang tepat. ”Kami menyebutnya tetap embroidery sih, tapi pakai teknik berbeda-beda karena itu maksudnya, kan, menambahkan sesuatu kepada baju. Ada manik-manik, patchwork, dan juga bordir sendiri,” tutur Sapto pada Jumat (15/3/2024).
Ia juga menambahkan aksen berupa syal dari selendang warna-warni yang dipasangkan di leher, bahu, atau ditenteng dengan apik. Bahan syal sengaja dibuat dari bahan agak tebal, tetapi ia menggunakan teknik tertentu untuk menjadikannya hiasan di bagian leher atau bahu.
Cara pembuatan baju dan embroidery juga bermacam-macam. Ada yang dibuat dengan tangan, mesin, dan bantuan teknologi seperti laser untuk pemotongan bahan tertentu. Ia terus mengikuti teknologi guna mendukung proses pembuatan baju agar bisa memberi yang terbaru dan terbaik bagi pelanggan.
Bisa jadi karena kreativitasnya itu, pelanggan langsung kepincut saat melihat koleksi yang dibuat dalam jumlah terbatas tersebut. Mereka langsung membeli, plus memesan untuk anak dan suaminya agar sekeluarga tampil memesona di hari raya.