Desain ”fashion” bisa juga menjadi pembawa pesan solidaritas seperti dilakukan Magdara terhadap rakyat Palestina.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Suasana panggung MUFFEST+ Media Viewing 2024 di Ice Palace, Jakarta Pusat, Minggu (3/3/2024), sesaat meredup dan terasa suram. Lewat tayangan video di layar muncul sesosok pria berbaju koko warna gelap dan berikat kepala motif ala keffiyeh. Seorang perempuan dewasa dan anak perempuan dengan wajah berduka juga tampil dalam kilasan-kilasan.
Sejurus kemudian sang pria menusuk balon hitam berstiker banyak logo mirip jenama busana, makanan, dan minuman terkenal dunia. Tulisan ”Free Palestine” bergambar bendera kecil negeri itu terpampang menyimbolkan semangat kemerdekaan, yang juga ditandai dan senyum cerah para model dalam video. Busana yang mereka kenakan juga menjadi lebih cerah.
Tayangan video aksi teatrikal tersebut membuka penampilan 12 look busana hasil rancangan jenama Magdara. Selain Magdara, sejumlah jenama fashion lain juga tampil pada acara hari itu, seperti My Daily Hijab, Kursienkarzai, NBRS, Motif Hawa, dan Althafunissa.
Saat ditemui, sang desainer sekaligus pendiri Magdara, Mutiara, bercerita bahwa semua karyanya punya satu ciri khas, yang didasari konsep fashion muslim deluxe ready to wear kontemporer. Artinya, perpaduan kemewahan dan romansa sekaligus juga menawarkan tampilan pakaian islami yang menyegarkan bagi wanita.
”Kami mengusung konsep maksimalis dan extravagant. Salah satunya bisa dilihat dari paduan bahan fabric (kain) yang kami gunakan. Mulai dari lembut sampai kaku,” ujar Mutiara.
Mutiara menambahkan, tema yang diusungnya kali ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina, yang dia sampaikan lewat karya-karya fashion. Ekspresi dukungan tersebut disampaikan dalam banyak ragam, mulai dari warna, pola, hingga bahan dan aksesori pendukung dari 12 look yang ditampilkan.
Terkait warna dan pola, Mutiara menyebut dalam karya-karya rancangannya kali ini dirinya menggunakan warna-warna pastel dan emas, yang mencerminkan keteduhan sekaligus keeleganan. Untuk mempertegas identitas Palestina, Magdara juga menerapkan pola jala ikan (fishing net) dan pohon zaitun, yang menjadi ciri khas negeri itu.
Dalam siaran persnya Magdara menyebut jenamanya memiliki ciri khas untuk memilih rangkaian warna feminin netral, yang dipadukan secara artistik dengan detail warna yang berani dan mewah, menciptakan efek visual yang mencolok. Penggunaan detail warna emas menambah sentuhan kemewahan pada setiap ensambel.
Sementara itu, penerapan selubung wajah berupa kerudung berbahan tipis dan transparan, menurut Mutiara, juga menjadi ekspresi kedukaan mereka terhadap para korban tewas dan luka yang jatuh hingga sekarang. ”Kita harus mengingat para saudara kita di Palestina dengan bersama mengusung solidaritas untuk mereka, meski saat ini kita juga tengah bersiap memasuki momen Ramadhan,” ujar Mutiara.
Terkait penggunaan bahan kain (fabrics), Mutiara menyebut salah satu ciri khas Magdara adalah kemampuannya memadupadankan berbagai jenis bahan dari kaku hingga lembut. Hal itu tampak dari pilihan jenis kain yang diterapkan pada koleksi mereka kali ini.
Beberapa menggunakan pilihan kain jacquard, yang dikenal tebal dan kaku. Bahan kain ini jarang digunakan untuk pakaian kasual lantaran sifatnya tersebut. Akan tetapi, Mutiara memadupadankan bahan itu dengan kain sutra, yang terkenal tipis, lembut, tetapi kuat.
”Kami juga ada (menggunakan) plisket (rok lipit). Dari sejarahnya teknik plisket ditemukan pertama kali di Mesir. Sesuai juga dengan tema yang kami angkat kali ini, historical muslim. Selain tema Palestina, Mesir, juga kami padukan dengan tema Andalusia,” kata Mutiara.
Format berbeda
Acara MUFFEST+ Media Viewing merupakan presentasi tren fashion dengan format berbeda dari biasa. Dalam pergelaran ini, para desainer dan jenama fashion muslim Indonesia mempresentasikan koleksi tren 2024-2025 dalam format teatrikal yang menampilkan keberagaman karya, kreativitas, dan inovasi dalam industri fashion muslim Indonesia.
Sebanyak 24 desainer dan jenama yang membawakan 300 koleksi terlibat di acara ini. Masing-masing diminta menampilkan ”pertunjukan”, yang bercerita tentang koleksi, mulai dari konsep desain, produksi, hingga pemasaran di hadapan para editor dan pembeli, baik dari kalangan e-commerce, department store, reseller, maupun pelanggan setia.
Dalam siaran persnya, Lenny Agustin, National Chair Indonesian Fashion Chamber (IFC), menyebut pihaknya berharap lewat perhelatan ini industri fashion muslim Indonesia bisa terus berkembang. Dia juga berharap industri fashion muslim Indonesia bisa menjadi acuan bagi fashion muslim global.