AI dapat menganalisis karakter wajah, lantas merekomendasikan riasan terbaik sesuai karakter. Tak perlu takut menor.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Pernahkah Anda merasa kewalahan saat melihat jajaran produk riasan dan perawatan wajah di toko? Ada ratusan merek, jenis produk, dan warna, tapi entah mana yang cocok untuk Anda. Daripada membuang uang untuk produk yang belum tentu sesuai, ada baiknya bertanya pada ”asisten” kecantikan maya: kecerdasan buatan alias AI.
Memilih riasan wajah bagi pemula bisa jadi tantangan tersendiri. Salah memilih tingkat warna (shade) bedak saja bisa membuat wajah terlihat belang, tidak padu dengan warna leher. Jika salah membeli riasan, uang bisa melayang. Rugi.
Akar masalah dari isu ini adalah ketidaktahuan seseorang akan karakter wajahnya sendiri. Karakter yang dimaksud antara lain bentuk wajah, bentuk dan warna mata, bentuk alis dan bibir, serta warna kulit (skin tone) dan rona warna dalam kulit (undertone). Dengan mengetahui karakter wajah, individu bisa ”bermain” dengan riasan dan menonjolkan kecantikan alaminya.
Kini ada teknologi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakter wajah individu. Sejumlah merek kecantikan dunia menggunakan AI (artificial intelligence) untuk membaca karakter wajah konsumen, lalu merekomendasikan riasan yang tepat dari analisis itu. Tips untuk menggunakan riasan dengan tepat juga disisipkan.
Yves Saint Laurent atau YSL Beauty, misalnya, menyediakan layanan tersebut di laman resmi mereka. Layanan ini bisa diakses setelah konsumen melakukan swafoto dengan wajah polos tanpa riasan dan aksesori. Konsumen juga diminta berswafoto dengan pencahayaan alami.
AI bakal menganalisis karakter wajah selama beberapa detik dan menunjukkan hasilnya. Sebagai contoh, hasil analisis menunjukkan wajah individu berbentuk hati dengan warna kulit terang dan undertone hangat (warm). Matanya bulat dan hitam, alisnya melengkung, serta bibirnya tebal dan penuh.
Hasil analisis ini menjadi dasar untuk merekomendasikan riasan wajah yang sesuai. AI merekomendasikan tiga riasan wajah, salah satunya riasan berwarna hangat yang tidak mencolok. Bibir disapu lipstik berwarna coral untuk tampilan cerah dan muda. Pipi dibuat merona dengan blush on tipis berwarna hangat. Sementara bulu mata dibuat lentik dengan maskara. Setelahnya, mata dibingkai dengan eyeliner yang mengikuti bentuk mata tanpa ”sayap” (wing) yang dramatis.
Rekomendasi ini disertai pula dengan usulan produk YSL Beauty yang sesuai untuk riasan. Mereka juga menyertakan tips penggunaan produk rias tersebut di wajah.
Teknologi serupa disediakan sejumlah merek kecantikan, misalnya Maybelline, begitu pula L’Oreal yang menyediakan teknologi tersebut lewat aplikasi Beauty Genius. Aplikasi ”penasihat kecantikan virtual” ini tak hanya merekomendasikan riasan, tapi juga produk perawatan kulit (skincare) dan menjawab beberapa isu yang dialami konsumen, seperti jerawat dan kerontokan rambut.
Sementara itu, penyedia teknologi kecantikan Perfect Corp mengombinasikan AI dan augmented reality (AR) untuk menganalisis wajah. Baru-baru ini, Perfect Corp mengembangkan teknologi untuk mencoba warna perona pipi (blush on) alias 3D Blush Virtual Try-On. Dengan perangkat baru ini, pengguna bisa mengeksplorasi spektrum warna, tekstur, dan kombinasi warna perona pipi.
”Kami terus mendorong diri untuk berkembang melampaui batasan teknologi kecantikan yang ada, untuk menawarkan pengalaman yang inovatif dan personal bagi para pengguna,” kata pendiri dan CEO Perfect Corp, Alice Chang, melalui siaran pers.
Tak bisa dimungkiri, penetrasi AI dalam industri kecantikan kini kian masif. Hal ini tampak pada sejumlah produk yang ditampilkan dalam Pameran Elektronik Konsumen (CES) Las Vegas, Januari 2024, di Amerika Serikat. Salon kuku The Nimble, misalnya, mengembangkan alat yang dapat mengecat 10 kuku jari dalam 25 menit. Alat ini mengombinasikan AI dan teknik robotika.
Perkembangan industri kecantikan memang menarik dari segi teknologi. Di sisi lain, industri ini pun menjanjikan secara ekonomis. Ini sesuai dengan laporan perusahaan konsultan manajemen global McKinsey & Company yang rilis di laman resmi mereka pada 2023.
Menurut laporan itu, pendapatan industri kecantikan—termasuk perawatan kulit, riasan wajah, wewangian, dan perawatan rambut—sekitar 430 miliar dollar AS pada 2022. Dengan adanya pemulihan pascapandemi Covid-19, angka tersebut diperkirakan tumbuh jadi 540 miliar dollar AS pada 2027. Pertumbuhannya diperkirakan 6 persen per tahun, sedikit lebih tinggi dari konsumsi di beberapa sektor, seperti pakaian, alas kaki, serta makanan dan minuman.
Lokapasar kecantikan tumbuh nyaris empat kali lipat antara tahun 2015 dan 2022. Pangsanya kini mencapai 20 persen dan diperkirakan tumbuh positif di masa depan.
Kalaupun industri kecantikan menghadapi disrupsi, lanskap industri ini akan terus berubah mengikuti perluasan produk, kanal penjualan, hingga pasar. Generasi muda akan menjadi bagian penting dalam perubahan ini. Industri kecantikan bakal dipengaruhi oleh cara berpikir generasi muda yang dinamis, termasuk definisi mereka akan kecantikan, perawatan diri, hingga keberlanjutan lingkungan. (AFP)