Dengan semangat, Swifties berdandan habis-habisan sebelum bertemu sang idola, Taylor Swift. Seperti apa gaya mereka?
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Sudah menjadi tradisi bagi para Swifties, nama fandom dari bintang Taylor Swift, berdandan habis-habisan mengikuti tema album favorit saat menonton konser sang idola. Bahkan, ada pula yang memakai kostum yang mirip dengan baju panggung Swift. Kapan lagi bisa tampil berani di luar zona nyaman?
Antrean panjang kembali mengular di depan pintu masuk National Stadium, Singapura, Minggu (3/3/2024). Ini merupakan hari kedua dari konser The Eras Tour yang berlangsung total selama enam hari di negara tersebut. Antusiasme penonton untuk melihat Swift dari dekat semakin bergelora.
Sekitar pukul 16.00, pintu gerbang untuk masuk ke arena mulai dibuka. Ribuan Swifties berbaris rapi sembari menyiapkan tiket untuk masuk. Sedikit lagi mereka akan bertemu dengan Mbak TayTay—nama panggilan sayang untuk Swift. Antrean panjang itu terlihat segar berkat warna warni pakaian Swifties dengan beragam motif dan bentuk.
Di antara antrean itu, berdiri dua kakak beradik Nuchbita Fitriani (25) dan Nabila Choirunisa (24). Sembari menunggu, dua Swifties asal Lampung, Indonesia, ini memeriksa riasan di wajah lewat ponsel pintar masing-masing. Nabila lalu mengoles lipstik merah di bibirnya.
”Konsep outfit aku hari ini berdasarkan album Red (2012) dengan dominasi warna merah dan perak. Aku suka soalnya album ini penuh semangat,” kata Nabila
Nabila, sang adik, mengenakan hijab hitam, dalaman berupa manset perak, luaran dari kain tile dengan aksen bunga merah, dan rok lipit merah. Sebagai pelengkap, berlian imitasi merah berbentuk hati menghiasi kedua sudut matanya. Nabila menghabiskan uang sekitar Rp 400.000 untuk pakaian konser ini.
Berpakaian dengan gaya tersebut di luar kebiasaan Nabila yang cuek. Semua baju di rumah penuh warna gelap, seperti hitam dan abu-abu. ”Tapi, kalau lihat Taylor yang niat banget dengan outfit-nya, jadi kami juga ikut,” ujarnya.
Nuchbita menambahkan, pakaian mereka beradaptasi sesuai prinsip mereka yang memakai hijab. ”Aku pilih pakai baju yang terinspirasi album Reputation (2017) karena lebih mudah. Kalau dari album lain, misalkan Lover (2019), itu sulit kebanyakan baju tali satu,” kata penyuka lagu “Delicate” ini.
Siapa tahu bisa di- notice sama dia karena aku di baris depan, kan. Ha-ha. Tapi, ini memang konser yang aku nantikan banget jadi aku pengen all out dan punya waktu yang menyenangkan. Lagipula Taylor itu memang inspirasi.
Nuchbita mengenakan baju yang terinspirasi dari album Reputation (2017). Pakaiannya serba hitam, tetapi berkilat. Dia memakai jilbab shimmer, cardigan shimmer, manset motif abstrak, dan rok hitam berhias sekuin perak. Matanya dengan celak hitam tajam turut ditempeli berlian imitasi.
Sebetulnya, Nuchbita orang yang bergaya simpel daripada gaya menonjol seperti sekarang. ”Tapi, karena Taylor, aku berani keluar dari zona nyaman, ya, tapi untuk momen tertentu juga,” ujarnya.
Swiftie lain yang menginterpretasi album Reputation ke tampilannya adalah Gwyneth Lasquites (19) asal Filipina. Mahasiswa yang tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab, ini tampil dengan tank top hitam, luaran jaring hitam, dan celana kulit hitam mengilap.
Album ini sangat cocok dengannya yang berani di luar, tetapi lembut di dalam. ”Gaya aku memang berani seperti ini. Tapi, ada saatnya aku tidak percaya diri ketika orang membandingkan ukuran badanku dengan orang lain. Tapi, Taylor mengingatkan saya untuk tetap percaya diri dan menjadi diri sendiri,” kata Gwyneth.
Menjadi Taylor
Dedikasi Swifties untuk tampil terbaik bukan main-main. Rifa Zakiyah (25) rela menghabiskan uang hampir Rp 1 juta selama tiga bulan untuk membuat tiruan kostum Swift saat tampil di tur Reputation. Sama seperti Swift, bajunya adalah jumpsuit berwarna hitam dengan hiasan manik-manik merah berbentuk ular.
”Baju ini memang dibuat khusus untuk konser ini. Baju ini akan aku gantung di manekin setelah konser,” kata Rifa yang merupakan Swiftie asal Jakarta sembari bercanda.
Rifa memilih album Reputation karena album ini merupakan titik penting dalam karier sang penyanyi. Di masa sebelum album itu rilis, Swift beberapa kali terlibat konflik dengan pesohor lain yang sempat membuat publik antipati kepadanya. Bagi Rifa, album ini menunjukkan artis kesayangannya yang sempat menghilang bisa bangkit kembali dan berkarya.
Agar tetap nyaman, Rifa mengganti bahan spandeks dengan kain beludru dan tile. Ia memberi contoh kostum Swift yang diambil dari internet lalu diberikan kepada penjahit. Dengan mengenakan kostum ini, ia seolah menjadi Taylor Swift selama satu hari.
”Siapa tahu bisa di-notice sama dia karena aku di baris depan, kan. Ha-ha. Tapi, ini memang konser yang aku nantikan banget jadi aku pengen all out dan punya waktu yang menyenangkan. Lagipula Taylor itu memang inspirasi,” ujar Rifa.
Selain itu, mengikuti gaya sang idola juga memiliki makna penting bagi Rifa. ”Dia memang inspirasi terbesarku, ya, jadi meniru gayanya itu ada kebanggan sendiri,” katanya.
Penggemar lain yang meniru pakaian Swift ialah Clara Yong (29) dari Malaysia. ”Pakaianku sama dengan pakaian Taylor dalam video klip lagu ’Willow’ dari album Evermore (2020) yang dirilis saat pandemi,” ucapnya bersemangat.
Baju tersebut berupa gaun kuning panjang dengan sentuhan bergaya abad pertengahan. Clara melengkapinya dengan jubah hijau tua dari beludru yang panjang menjuntai. Namun, kesan modern tetap terpancar dari dirinya karena dia memakai sepatu sneaker.
Clara memesan baju itu di toko daring yang berasal dari Indonesia. Harganya kurang dari Rp 160.000. Dia memilih kostum ini karena terasa nyaman dan gampang dipakai, tetapi tetap terlihat berbeda. Jika Swifties lain terkesan trendi, Clara tampil berbeda karena pakaiannya memberi kesan dia seolah berasal dari masa lalu atau semacam dunia antah berantah.
Ada keasyikan tersendiri bagi Clara untuk mengikuti gaya bintang asal Amerika Serikat tersebut. ”Aku bisa relate dengan gaya-gayanya, bahkan gaya dari album lainnya. Aku juga mencoba gaya baru yang aku tidak terlalu suka, seperti gaya vintage dari era Red (2012) karena terlihat tua,” kata Clara menutup percakapan.
Gara-gara Taylor Swift, Swifties di seluruh dunia bisa menemukan sisi lain dari diri mereka. Menonton konser sekarang ini juga tidak hanya menghibur telinga, tetapi juga mata. Yang penting, jangan sampai dompet ”boncos”.