Kode ”Raja Mobil Listrik” BYD untuk Indonesia dan IKN
Produsen kendaraan listrik China, BYD, berencana memperluas pasar di Indonesia pada 2024 dan memberi sinyal untuk proyek IKN.
Suhu di luar ruangan Kota Chongqing, China, begitu dingin dengan suhu sekitar 12 derajat celsius. Namun, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao tiba-tiba meminta pengemudi bus yang membawa kami menepi. Ia kemudian mengajak kami keluar bus untuk melihat langsung stasiun SkyShuttle yang berada persis di tepi jalan raya.
”Ini adalah salah satu solusi rail transit dari BYD. Menurut kami, ini adalah solusi alternatif setelah LRT (light rail transit) dan MRT (mass rapid transit),” kata Eagle bersemangat siang itu, Selasa (19/12/2023).
SkyShuttle adalah kereta listrik otomatis tanpa pengemudi yang dikembangkan BYD, perusahaan kendaraan listrik terkemuka di China. Kereta listrik itu secara otomatis berangkat dan berjalan dengan kecerdasan buatan. Bentuknya menyerupai kepompong besar yang terdiri atas tiga gerbong.
Jalurnya berupa rel layang yang tak menyentuh tanah. Kecepatan maksimal kereta listrik itu sekitar 80 kilometer per jam. Adapun kapasitas maksimal penumpangnya adalah 70 orang dalam tiga gerbong. Kendaraan listrik itu hilir-mudik berkala dengan tarif 4 yuan atau sekitar Rp 8.000 untuk seluruh perjalanan melewati 14 stasiun di Chongqing.
Di Chongqing, SkyShuttle itu terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti LRT dan MRT. Berdesain lebih hemat ruang, SkyShuttle beserta relnya membawa penumpang hingga ke area-area perkantoran secara langsung. Bahkan, rel SkyShuttle terintegrasi dengan sejumlah apartemen dan pusat perbelanjaan.
Hal itu membuat mobilitas warga jadi lebih efektif dan efisien menjangkau daerah padat bangunan di luar jalan utama. Di Chongqing, jarak antarstasiun sekitar 12 kilometer. Jarak ini, kata Eagle, bisa disesuaikan dengan desain kota.
”Kami belum menghimpun angka pasti nilai investasinya. Namun, yang jelas, investasinya jauh lebih murah daripada LRT dan MRT,” kata Eagle.
Baca juga: Baterai Mobil Listrik China, Produk yang Menggelisahkan Biden
Menurut People’s Daily Online (people.cn), investasi SkyShuttle di Chongqing mencapai 1,8 miliar yuan atau setara Rp 3,8 triliun (kurs Rp 2.160 per yuan). Nilai ini jauh lebih rendah daripada total nilai investasi MRT Jakarta. Menurut catatan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), total investasi MRT Jakarta Rp 45,4 triliun.
Eagle mengatakan, investasi yang rendah untuk SkyShuttle itu karena tidak membutuhkan banyak lahan. Desain tiang untuk penyangga rel layang SkyShuttle lebih ramping dibandingkan dengan kereta layang lain di dunia. Selain itu, setiap stasiun didesain hemat ruang.
Bahkan, hampir seluruh pengoperasian SkyShuttle, mulai dari pembelian tiket sampai jalannya kereta listrik, menggunakan robot dan kecerdasan buatan. Kondisi itu bisa menghemat tenaga kerja teknis di lapangan. Hal itu, menurut Eagle, sangat cocok diterapkan di Indonesia, khususnya Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca juga: Produk Otomotif China Menantang Eropa
Semenjak IKN jadi pembicaraan hangat, Eagle melanjutkan, BYD sangat siap dalam hal teknologi dan produk. Apalagi, IKN mengusung kota cerdas dan ramah lingkungan. Itu sejalan dengan SkyShuttle yang nol emisi karena menggunakan listrik sekaligus dioperasikan dengan kecerdasan buatan.
”Mungkin tinggal pembicaraan selanjutnya dengan Pemerintah Indonesia. Apakah Indonesia perlu bimbingan dari BYD untuk pengembangannya atau ada hal lain yang perlu dibicarakan,” ujar Eagle.
Ia melanjutkan, jika pembebasan lahan sudah rampung, proyek SkyShuttle seperti di Chongqing bisa selesai dalam setahun. Selain di Chongqing, SkyShuttle ini juga digunakan oleh BYD di kantor pusat mereka di Shenzhen untuk mobilitas karyawan.
Pasar Indonesia
BYD sebenarnya sudah masuk ke pasar kendaraan listrik di Indonesia sejak 2018. Debut mereka menyediakan kendaraan umum berupa bus listrik. Armadanya digunakan Transjakarta. BYD juga bekerja sama dengan Blue Bird dalam penyediaan mobil listrik untuk taksi.
Dalam kesempatan berbeda, di kantor pusat perusahaan itu di Shenzhen, General Manager BYD Asia-Pacific Auto Sales Division Liu Xueliang mengatakan, pada medio 2024, pihaknya berencana memperluas pasar di Indonesia. Bukan hanya transportasi publik, melainkan juga kendaraan penumpang berbasis energi baterai.
Model apa yang akan kami luncurkan di Indonesia, kami masih belum memutuskan. Kami akan cari waktu yang tepat untuk mengumumkannya.
Liu belum memastikan jenis kendaraan yang bakal ditawarkan ke pasar Indonesia. Masih dilakukan studi model mobil apa yang paling sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Sebab, BYD punya banyak model dan kelas yang bisa ditawarkan, seperti sedan, SUV, dan MPV.
”Model apa yang akan kami luncurkan di Indonesia, kami masih belum memutuskan. Kami akan cari waktu yang tepat untuk mengumumkannya,” kata Liu.
Rencana BYD membawa angin segar dunia kendaraan listrik di Indonesia. Pilihan mobil listrik akan semakin beragam. Hal itu sekaligus bisa menjadi semacam ancaman bagi produsen otomotif konvensional.
Menurut catatan MarkLines, BYD menduduki peringkat pertama dalam penjualan kendaraan listrik di 14 pasar utama pada paruh pertama 2023. Capaian itu melampaui nama besar Tesla yang berada di urutan kedua dan grup Volkswagen di posisi ketiga.
Baca juga: ”Serbuan” Mobil Listrik China, Dilema bagi Jerman dan Perancis
BYD menjangkau 400 kota, 70 negara, dan enam benua. Pada 2022, produksinya sudah hampir 1,8 juta kendaraan penumpang bertenaga listrik di seluruh dunia. Pasarnya melingkupi China, Amerika Serikat, dan puluhan negara lain. Tak heran jika BYD dijuluki sebagai ”Raja Kendaraan Listrik”.
Pada 18-22 Desember lalu, BYD mengajak Kompas dan sejumlah wartawan Indonesia mengunjungi dua pabrik mereka. Mereka menunjukkan betapa seriusnya BYD dalam industri mobil listrik dunia.
Kunjungan pertama kami menuju pabrik mobil BYD di Changzhou. Di tempat ini, mobil-mobil dirakit dan diuji coba sebelum dilempar ke pasaran. Selanjutnya, kami dibawa ke pabrik baterai untuk kendaraan listrik BYD di Chongqing.
Di kedua pabrik itu, sebagian besar proses dijalankan oleh mesin dan robot. Adapun pekerja merupakan operator dan sisanya di bagian pengontrol kualitas produksi.
Hari terakhir kunjungan di kantor pusat BYD di Shenzhen, kami diperlihatkan sejumlah model mobil listrik yang beredar di dunia.
”Dengan segala teknologi yang kami punya, kami siap memproduksi berapa saja kendaraan listrik sesuai permintaan pasar. Ini bukan sekadar bisnis, melainkan juga komitmen kami untuk pengurangan emisi dari kendaraan,” ujar Eagle.