Sajian Khas Indonesia Pun Eksis di London
Sama seperti lagu, film, dan buku, makanan punya kekuatan untuk mengembalikan memori dan mendekatkan seseorang dengan orang lainnya. Apalagi bagi warga perantauan, tidak ada yang mengalahkan rindu pada makanan Indonesia.
Siapa yang tidak kangen makanan Indonesia, apalagi kalau sudah lama tinggal di luar negeri. Bagi warga diaspora, kuliner kaya rempah merupakan penghubung berbagai macam orang dengan kenangan. Berkat makanan, jarak ribuan kilometer seolah terlipat jadi lebih dekat. Di London, Inggris, kehadiran makanan Indonesia menambah keberagaman kuliner yang ada.
Pada Kamis (12/10/2023), matahari bersinar begitu terik di London. Seperti biasa, daerah Piccadilly dan Trafalgar Square ramai dengan aktivitas warga. Di antara deretan toko-toko, terdapat restoran yang menyajikan menu makanan Indonesia. Namanya Toba. Di lihat dari lokasinya yang dekat dengan daerah hiburan West End, restoran ini tergolong fancy.
Benar saja, begitu pintu restoran dibuka, seorang frontliner berparas menarikmenyambut. Suatu pengalaman yang jarang ditemui di tempat makan lain. ”Selamat datang, sudah reservasi tempat?” kata frontliner itu dengan nada ramah dalam bahasa Inggris.
Ia lalu mengantar tamu ke bagian dalam restoran dan mengarahkan ke kursi kosong. Di restoran, Toba terasa nyaman dikunjungi. Tempat duduknya berupa sofa dengan bantal besar. Makanan disajikan di atas meja yang terbuat dari kayu. Terdapat lampu gantung dengan cahaya warna kuning menyorot makanan sehingga terlihat lebih menggiurkan.
Menjelang jam makan siang, pengunjung mulai berdatangan. Dari gaya berbusana yang necis, terlihat tamu Toba kebanyakan adalah pekerja kantoran dan pebisnis. Pengunjung pria mengenakan setelan jas, sementara perempuan memakai gaun dan blazer.
Pemilik restoran, Pinondang Sinaga (40), menyapa. ”Kita ngobrol sambil makan siang, ya?” ujarnya. Ia lalu melesat ke dapur. Sesaat kemudian, ia muncul dengan beragam makanan, yaitu nasi goreng, sate ayam, gulai kambing, dan menu andalan ikan arsik.
Bagi kebanyakan orang Indonesia, makanan yang disajikan mungkin tergolong biasa saja. Namun, bagi warga lokal, mencicipi makanan Indonesia adalah petualangan yang mengenyangkan. Demikian juga bagi warga diaspora yang sudah lama hidup di Inggris, menu makanan ini menjadi perekat lidah dengan memori akan kampung halaman.
Pino, panggilan akrab Pinondang Sinaga, menggeser mangkuk ikan arsik. Melihat potongan daging ikan dengan kuah berwarna kuning membuat rasa lapar datang lebih cepat. Ia menuang ikan arsik beserta kuahnya ke atas nasi putih dan segera menikmatinya.
Rasa kuah yang asam, manis, dan segar memanjakan lidah dan mengajak terbang ke pegunungan di Sumatera Utara. Beberapa komponen khas makanan ini, seperti andaliman dan buah kecombrang, didatangkan langsung dari Indonesia.
Bagi Pino, semangkuk ikan arsik menyimpan kedalaman kenangan. Menu ini mengingatkannya pada kampung halaman, juga kasih sayang almarhum ibundanya.
Mama saya bikin ikan arsik the best. Sebelum mama pergi, setiap kali saya datang ke Indonesia, saya selalu bilang, ’Mama jangan lupa bikin ikan arsik, besok aku datang.’ (Pinondang Sinaga)
Melalui resep sang bunda, Pino pun menjadikan ikan arsik sebagai menu andalan. ”Aku tanya, Ma, boleh ’enggak aku minta resepnya untuk bikin di London?’ Ya, akhirnya ini menjadi signature,” kata pria yang juga mengelola warung makan di Camden Market itu.
Arsik merupakan salah satu hidangan khas masyarakat Batak yang menjadi simbol karunia. Disebut arsik karena cara masaknya ”mangarsik” yang berarti hidangan ikan disiram-siram selama proses memasak. Makanan ini menjadi andalan selain menu lainnya, seperti gulai daun singkong pete, ayam geprek dabu-dabu, sate ayam, nasi goreng, dan rendang.
Toba pertama kali buka pada Maret 2023. Sejak pertama kali dibuka, restoran ini mencuri perhatian publik. Hal itu tergambarkan dari reservasi tempat duduk pada jam makan siang yang selalu penuh terisi. Sebagian besar pengunjung adalah warga lokal Inggris. Mereka ketagihan berpetualang pada kuliner Indonesia yang kaya rempah dan rasa.
Pino mendapatkan ide mendirikan restoran Toba sejak lama. ”Dulu saya berpikir, wow restoran Thailand ada di mana-mana, tetapi enggak ada restoran Indonesia,” kata pria yang sudah tinggal di Inggris sejak 2007 itu.
Keinginan membawa kuliner Indonesia ke luar negeri itu kemudian menggerakkannya. Ia mengawali bisnis kuliner dengan mendirikan Pino’s Warung di Camden Market. Setelah warung makan itu ramai, Pino mengembangkan bisnis dengan membuka Toba. Berbeda dengan Pino’s Warung di mana para pengunjung mendapatkan sensasi menyantap makanan sambil berdiri, pelanggan Toba bisa duduk dengan nyaman, makan sambil bercengkerama.
Tidak mudah
Perjalanan Pino membuka Toba tak semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus menelan pengalaman pahit ketika proposal dana ditolak oleh sebuah bank Indonesia. Padahal, saat itu ia sudah menaruh harapan besar. Untungnya, oleh Duta Besar Indonesia Desra Percaya, ia diperkenalkan kepada Maruarar Sirait yang kemudian mendukung Toba.
Sejak Maret 2023, Toba pun dibuka untuk memberi warna baru pada kuliner Inggris yang sebelumnya banyak diisi oleh makanan India, China, Turki, Spanyol, dan Italia. Di Toba, cita rasa makanan pedas, manis, asin, dan asam dipertahankan sedemikian rupa seperti aslinya. Ini kontras dengan kecenderungan makanan Inggris yang simple, tak banyak rasa.
Cita rasa asli itu menjadi keunggulan restoran. Di sisi lain, kesuksesan Toba juga didukung oleh karakteristik masyarakat Inggris cukup terbuka dan terdiri dari beragam masyarakat. ”Banyak orang Inggris yang sudah keliling dunia, mereka terekspos dengan budaya yang beragam. Setiap hari orang Inggris mau mencari sesuatu yang unik dan orisinal,” kata Pino.
Untuk mengoperasikan Toba, Pino bekerja sama dengan orang-orang Indonesia yang membantunya di dapur dan restoran sebagai frontliner, juru masak, dan pramusaji. Sebagian pekerja adalah mahasiswa asal Indonesia yang bekerja paruh waktu. Membuka lapangan pekerjaan bagi warga yang membutuhkan pun memberikan kesenangan tersendiri bagi Pino.
Di Inggris, restoran dan warung makan Indonesia dan Asia tersebar di sejumlah kota, seperti London, East Sussex, Wales, Irlandia, York, Reading, hingga di ujung utara Inggris, yaitu Glasgow. Beberapa restoran yang cukup terkenal adalah Bali-bali, Nusa Dua, Tripple Hot Spicy, Ngopi UK, Pino’s Warung, Melur, dan Rasa Sayang.
Keramaian warung makan Indonesia juga terasa Triple Hot Spicy (THS), yang berada di kawasan Queensway. Lokasinya dekat dengan taman terbesar di pusat London, Hyde Park, dan bekas tempat tinggal Lady Diana, Kensington Palace.
Begitu keluar stasiun Queensway, langsung berbelok ke kiri dan berjalan kaki selama sekitar dua menit. Kemudian masuklah ke dalam pasar kuliner Queensway. Meski berada di daerah strategis, bagi orang yang tidak familiar dengan daerah ini akan sulit menemukan THS. Namun, tenang saja. Banyak orang lokal yang sudah mengenal warung ini.
THS didirikan oleh Zukni Legowo (55), warga negara Indonesia yang sudah dua dekade tinggal di Inggris. Zukni tertarik buka warung makan karena sering kangen dengan masakan Indonesia. ”Awalnya sih jualan bakso di acara perkumpulan warga negara Indonesia. Lama-lama jualan online, kemudian warung,” kata pria dengan lima anak itu.
Sama seperti pedagang kuliner Indonesia lainnya, cita-cita Zukni adalah membawa makanan Indonesia mendunia. Meski untuk mencapai tujuan itu, tantangannya besar. ”Tantangan utama adalah membangun brand. Orang-orang lebih kenal dengan makanan China,” katanya.
Tantangan lainnya terkait pasokan dan bahan baku makanan. Ia menuturkan, 90 persen bahan dan bumbu makanan Indonesia dapat ditemukan di Inggris. Ironisnya, bahan makanan ini merupakan produk impor dari Thailand dan Vietnam, bukan dari Indonesia. Beberapa bumbu khusus, seperti kemiri dan kluwak, berasal dari Belanda.
Selain itu, banyak aturan yang harus diikuti, misalnya aturan keamanan makanan harus betul-betul dipatuhi. Setiap hari, Zukni mencatat komponen, bahan, dan tanggal produksi makanan. Suhu udara penyimpanan juga harus dipatuhi. Aturan-aturan ini njlimet dan sering membuat pening kepala. ”Memang sih jadi tambah ribet, tetapi namanya aturan untuk kepentingan semua. Demi keberhasilan usaha, saya ikuti,” katanya.
Di sisi lain, membuka warung makan memberikan banyak kesenangan karena Zukni bisa berkreasi terhadap menu-menu yang dijual. Ia juga bisa terhubung dengan komunitas masyarakat asal Indonesia dan Asia yang menjadi pelanggannya.
Pengunjung THS berasal dari berbagai kalangan, bukan saja orang Indonesia. Sebagian pengunjung merupakan warga negara asal negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Mereka suka dengan makanan di THS karena mengingatkan pada cita rasa makanan dari kampung halaman masing-masing.
Di antara pembeli ada Nina Silva (32), warga negara Timor Leste, yang datang bersama suaminya, Greg Amaral (35). Sejak pertama mencoba makanan, Silvia dan suaminya langsung jatuh cinta pada nasi Padang yang rasanya mengingatkan pada makanan negara asalnya. ”Rempah-rempahnya terasa sama. Setiap kali saya ke London, pasti saya singgah di warung ini,” kata mahasiswa Oxford Brookes Univeristy itu.
Kuliner khas Indonesia juga dapat dijumpai di Ngopi UK, sebuah kedai kopi yang berada di daerah urban bernama Dalston. Ngopi UK cocok banget didatangi untuk nongkrong minum kopi sambil menikmati aneka camilan. Tempatnya juga nyaman dan Instagramable sehingga cocok dijadikan pilihan untuk kumpul dengan teman-teman.
Kedai kopi ini menawarkan menu yang Indonesia banget karena menghadirkan beragam jenis minuman kekinian, seperti es kopi susu, teh tarik, matcha latte, dan milo chocolate. Ada pula minuman standar coffee shop, seperti cappuccino, latte, atau flat white.
Lebih dari sekadar kopi, Ngopi UK juga menawarkan aneka jajanan, seperti pisang bakar, batagor, risol, martabak, dan pempek Palembang. Memang sih ini jajanan pasar, tetapi jangan kaget ya kalau harganya berkali-kali lipat dengan yang ada di Indonesia. Sepiring batagor misalnya, dijual seharga 8 pounds (sekitar Rp 160.000).
Hal yang unik, kedai kopi ini berusaha melebur dengan selera lokal. Lihat saja menu fried Indomie toastie, yaitu roti panggang dengan isian mi goreng instan. ”Kalau di Indonesia makan nasi pakai mi goreng, di sini pakai roti,” ujar Windy Widodo, Manajer Ngopi UK.
Ngopi UK didirikan oleh orang Indonesia, yaitu Birama Gladini dan istrinya, Elmira Hamdi. Awalnya, rencana bisnis kedai kopi ini dibuat sebagai tugas akhir kuliah Birama di Jurusan Enterprise Systems Management Birmingham City University pada 2016.
Rencana bisnis itu kemudian mendapatkan dukungan dari Pemerintah Inggris melalui skema visa Graduate Entrepreneur. Melalui program ini, Birama dan istrinya bisa tinggal di inggris selama dua tahun untuk mengembangkan bisnis. Birama dan istrinya pun membuka bisnis kuliner di Birmingham dan London yang terbukti selalu ramai dengan kedatangan warga diaspora dan orang lokal.
Sama seperti lagu, film, dan buku, makanan punya kekuatan untuk mengembalikan memori dan mendekatkan seseorang dengan orang lainnya. Apalagi di negara perantauan, kehadiran makanan Indonesia penting untuk menjaga kewarasan. Kesuksesan orang-orang Indonesia membuka bisnis makanan di luar negeri menunjukkan betapa besar potensi di bidang ini. Kalau ke London, jangan lupa menikmati makanan Indonesia, ya!