Kegilaan Massal Berburu Konser
Ingar bingar belakangan ini sudah mewujud kegilaan massal sejalan dengan banyaknya pembeli tiket yang frustrasi. Mereka cemas harus ikut bertempur, tapi frustrasi saat tak mendapatkan tiket sehingga amat rawan diperdaya.

Antrean pengunjung yang hendak menyaksikan Raisa Live in Concert di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (25/2/2023). SERIAL URBAN
Hiruk pikuk konser satu-dua tahun terakhir ini mencuatkan guyonan baru yang lucu dan sedikit sarkastis: ada tiga kebutuhan manusia urban yakni kebutuhan primer, sekunder, dan konser. Tidak heran kalau manusia-manusia urban sampai tergopoh-gopoh mengikuti perang tiket.
Pertempuran sudah usai bagi Dian Triani (27). Perang tiket konser Coldplay pada 17 dan 19 Mei 2023 dilepas dengan tangan hampa setelah berjibaku untuk tiket kategori 2 atau 3. Pada hari pertama pembelian saja, ia menghabiskan waktu hingga lima jam demi tiket seharga Rp 4 juta dan Rp 3,25 juta itu.
“Sudah, nunggu saja. Rencananya bareng tim kantor beli dari orang yang kenal. Semuanya 14 orang, tapi mau dikabari lagi,” katanya di Jakarta, Jumat (26/5/2023). Sejak hiruk pikuk soal Coldplay viral di pelbagai media sosial pada awal Mei 2023, Dian bersama teman-temannya sudah mengambil ancang-ancang.
“Waktu aku akses, ternyata sudah masuk 18.000 pengantre. Enggak boleh refreshpage (memuat kembali halaman internet) pula sampai akhirnya ditutup,” katanya. Ia sampai menggunakan laptop dan ponselnya. Kesempatan yang belum tentu datang lima tahun lagi mendorong Dian ikut berduyun-duyun mengantre tiket.
“Setim memang ada yang fans Coldplay, tapi beberapa teman gen (generasi) Z tahu cuma lima lagu topnya gara-gara euforia saja, sih. Jadi, pengin ikut,” ucapnya. Saat ditanya lagu-lagu Coldplay, warga Pasar Minggu, Jakarta, tersebut merapal “Viva La Vida”, “Fix You”, dan “Yellow”.

Telepon seluler para penggemar boyband asal Korea Selatan NCT 127 merekam detik-detik kemunculan artis idola mereka di atas panggung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (4/11/2022) malam.
Baru sekelumit saja, ia sudah tercenung. Durasi lagu-lagu itu tentu jauh lebih singkat dibandingkan konser reguler selama dua hingga tiga jam. “Apa lagi, ya? ‘My Universe’,” kata karyawati perusahaan periklanan tersebut lalu kembali terdiam.
Dian lantas mengaku hanya tahu lagu-lagu yang sering didengarnya di pusat keramaian. Hasrat Dian menyaksikan aksi Coldplay lantaran ia sangat menyukai konser. “Kayaknya, hampir semua, termasuk Blackpink (di Jakarta, Maret 2023), aku datang walau bukan penggemar K-pop,” katanya.
Ia pun cuek jika dianggap ikut-ikutan. Pertimbangan Dian, setiap orang punya ketertarikan masing-masing tanpa mesti menggilai musisi yang ditontonnya. “Bukan ujian juga, kan. Waktu beli tiket, aku pasrah. Cuma optimistis 20 persen dapat. Aku anaknya ayo saja kalau diajak,” katanya seraya tergelak.
Demikian pula Dora Dwi Puteri (35) yang menghadiri konser Blackpink. Warga Bekasi, Jawa Barat, itu paham K-pop pun tidak. “Sebenarnya bukan referensi musikku. Waktu nonton Kehlani, aku malah enggak tahu lagu-lagunya. Aku juga datang ke konser Westlife di Bandung (Februari 2023),” katanya.
Obsesi Dora menonton konser dinyalakan antusiasme menyaksikan keriaan. Ia acuh tak acuh jika disebut fear of missing out (FOMO) alias ogah ketinggalan tren. “Enggak masalah, malah jadi candaan teman-teman. Kalau nonton konser suka bilang, iya, nih, lagi FOMO aja,” katanya sambil tertawa.

Penonton merekam penampilan boyband asal Korea Selatan NCT 127 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (4/11/2022) malam. Berbagi konten merlalui media sosial saat menyaksikan konser artis kesayangannya sudah lazim dilakukan.
Dora pun tak menampik seandainya dipandang terbawa euforia. Tak kalah penting, ia kerap mengunggah konten ke medsos. “Aku dan teman-teman frekuensinya sama. Enggak masalah kalau nonton karena FOMO. Biar FOMO asal ceria,” katanya sembari terbahak.
Sementara Lucky Pramana (26) bernasib seberuntung namanya. Dia dapat satu karcis berposisi strategis, yaitu kategori 3, area berkursi dengan pandangan lurus ke panggung, seharga Rp 3,25 juta di luar pajak. Karyawan agensi ini juga tak terlalu hafal judul-judul album Coldplay.
Baca juga : Mengenang Kehebohan Nonton Konser Coldplay
Ia lebih ingat judul lagu-lagunya, terutama yang dirilis sejak 2015 hingga album terkini Music of the Spheres (2021). Lucky terdorong rekan-rekan sekantornya untuk ikutan perang karcis meski hanya segelintir lagu yang ia hafal.
“Pas awal bulan itu (Mei), divisiku dapat bonus proyek kantor. Jadi anak-anak (teman-temannya) sedang punya duit. Momennya pas lah. Eh, ternyata aku dapat (karcis),” katanya. Semula, dari uang bonus itu, Lucky berencana jajan aksesori motor. “Motor bisa nunggu. Kalau Coldplay kapan lagi, kan?” ujarnya beretorika.
Terbanyak keempat
Rasanya bisa dimaklumi bila terjadi demam atau mania ketika band asal Inggris itu mengumumkan jadwal konsernya pada 15 November 2023. Tak sampai tiga jam, sekitar 70.000 karcis ludes. Kegilaan yang muncul untuk memburu tiket Coldplay itu melahirkan guyonan sarkastik berbunyi, "Kebutuhan manusia itu ada tiga, yakni primer, sekunder, dan konser."

Kembang api mewarnai di mulainya penampilan Raisa di hari kedua festival musik Joyland 2023 di Peninsula Island, Nusa Dua, Bali, Sabtu (18/3/2023).
Berdasarkan data dari pelantar musik digital Spotify, pendengar bulanan Coldplay di Indonesia mencapai 2,93 juta. Ini yang terbanyak keempat di seluruh dunia. Sementara di pelantar Youtube, video-video Coldplay disimak 12,4 juta penonton bulanan, atau 12,7 persen dari penonton global. Tergambar bahwa basis penggemar Coldplay di Indonesia amat besar (Kompas.id, 21/5/2023).
Angka-angka itu bisa menjadi statistik ampuh sebagai acuan band atau agensinya untuk menghelat konser di negara terkait. Melihat angka itu, Indonesia pantas jadi tujuan prioritas. Namun, seberapa dalam penonton konser menyelami katalog sebuah band adalah hal lain. Sangat mungkin pembeli tiket konser adalah mereka yang cuma tahu sedikit, dan kebetulan punya waktu dan dana, yang “beruntung”. Sementara penggemar beratnya malah gigit jari.
Baca juga : Konser Coldplay, Memahami Antusiasme Menyambut Chris Martin dan Kawan-kawan
Celestia Pradita (40), karyawan swasta di Jakarta, termasuk golongan kedua. Ia salah satu dari sekitar 3,2 juta orang yang mengantre membeli tiket. Dua kesempatan tak berpihak padanya. Padahal, sejak SMA, lagu-lagu Coldplay menemani kesehariannya.
Setelah gagal perang karcis, Dita masygul. Akhir pekannya murung, apalagi ada rekannya yang berhasil dapat. Tapi, belakangan ia mulai menerima “kekalahannya”. “Nanti, setelah ada album baru, paling mereka tur lagi. Aku niat nabung untuk ngejar konser mereka di luar negeri,” katanya.
Konser Coldplay sudah lama diincar dan masuk bucket list Ronna Nirmala (36). Ia berburu empat tiket dan ikut prapenjualan. Bersyukurnya, Ronna sempat berkontak dengan sahabat SMP yang juga ingin menonton. “Teman nyari dua tiket. Gue bilang, maksimalin belinya, nanti dua gue beli. Eh, teman masuk antrean 10.000-an dan dapat,” tuturnya yang memperoleh tiket sesuai keinginannya, kategori 3.

Penonton berfoto dengan latar belakang gambar Deep Purple sebelum memasuki area konser Deep Purple di Edutorium UMS, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (10/3/2023).
Ronna kembali ikut berperang pada penjualan umum. Apes, tak ada yang nyantol sama sekali dan gagal dapat tiket untuk berempat. Aksi panggung, interaksi dengan penonton, hingga perlengkapan konsernya membuatnya terkesima. Walau lagu favoritnya seperti “Strawberry Swing”, “Ink”, dan “Amazing Day” jarang dibawakan, tetap tak masalah.
Sesuai artikel berjudul “Fear of Missing Out as a Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among Flemish Adolescents” yang diterbitkan International Journal of Enviromental Research and Public Health pada tahun 2018, FOMO merujuk kepada kegelisahan.
Perasaan itu timbul dari kesadaran bahwa individu bisa kehilangan pengalaman berharga yang dialami banyak orang. Vittoria Franchina, Mariek V Abeele, Antonius J van Rooji, Gianluca Lo Coco, dan Lieven De Marez yang menyusun karya itu juga menjelaskan kuatnya pengaruh medsos terhadap FOMO.
Kegilaan massal
Peneliti Budaya Populer dan Gaya Hidup Universitas Pasundan Idi Subandy Ibrahim menjelaskan, apresiasi terhadap dunia hiburan tergantung kecerdasan penontonnya. “Begitu pula tingkat ekonominya. Ada yang harga berapa pun, tiketnya dibeli. Kalau mampu,” katanya.

Gaya para fans Westlife saat menonton konser Westlife The Wild Dreams Tour -All The Hits 2023 di Stadion Madya Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (11/2/2023).
Persoalannya, mereka yang hidupnya pas-pasan pun ngotot membeli tiket karena terseret kuatnya gelombang kultur pop. Fenomena itu menggambarkan industri hiburan berskala besar dengan pemasaran masif lewat bintang-bintang hingga levelnya yang mengglobal.
“Mereka dengan medsos memainkan psikologi. Khalayak jadi dibidik selalu ingin terlibat dalam agenda kolosal karena ingin diakui, misalnya sudah nonton konser,” katanya. Pandemi turut membuat publik tertekan yang memicu gejolak psikologis dan mengeksplorasi pelepasannya.
Baca juga : Kulakukan Apa Pun demi Kamu, Coldplay
“Sekarang, kalau datang ke pertunjukan besar jadi punya status. Gengsi itu yang dijual industri hiburan. Impian yang akan dicapai dengan cara apa pun,” katanya. Sebagian penggemar kemudian berpikir irasional yang mudah dimanfaatkan, termasuk rawan menjadi korban penipuan penjualan tiket.
Idi bahkan menilai ingar bingar belakangan ini sudah mewujud kegilaan massal sejalan dengan banyaknya pembeli tiket yang frustrasi. “Cemas harus ikut bertempur lalu setengah gila kalau enggak dapat tiket. Mereka sangat rentan diiming-imingi tiket dengan harga berkali-kali lipat,” katanya.
Kegilaan dan kecemasan itu menguatkan guyonan tadi, setelah kebutuhan primer dan sekunder, mereka butuh konser.