Lebaran Masih Lama, Keriuhan Belanja Sudah Bergema
Ramadhan belum lagi tiba dan Lebaran masih lama. Namun, konsumen sudah berduyun-duyun berbelanja.

Suasana di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang dipadati pengunjung, Minggu (12/3/2023). Jelang puasa, Pasar Tanah Abang diserbu pengunjung yang hendak berbelanja pakaian muslim, perlengkapan shalat, serta hijab.
Ramadhan belum lagi tiba dan Lebaran masih lama. Namun, konsumen sudah berduyun-duyun berbelanja. Secara ritual, Ramadhan mengajarkan laku asketisme. Tetapi, secara sosial budaya, momen ini sudah lama diwarnai ”perayaan konsumsi” di Indonesia.
Keriuhan sudah mencolok mata di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (16/3/2023). Gedung Blok B, misalnya, sudah dipenuhi ribuan pengunjung. Di basemen, terhampar pelbagai jenis pakaian untuk Lebaran, mulai dari gamis, baju koko, sarung, gaun, hingga pakaian anak-anak. Baik tua maupun muda tak ketinggalan untuk merayakan gaya hidup.
Di tengah hiruk-pikuk teriakan pedagang, Iyan Sofyan (42) beserta keluarganya sibuk belanja. Ia menyeret tas berat berisi sarung dan kopiah dalam kantong plastik hitam yang diikat tali rafia. Tiga putri kecilnya mengikuti Iyan dan istrinya, Siti Aisah.
”Saya bertugas mengawal dan membawa belanjaan,” kata Iyan disertai tawa kecil.
Istrinya, yang akrab disapa Ai, ikut tersenyum kecil sembari melihat-lihat gamis. Berangkat dari Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, dengan menggunakan KRL, Iyan sekeluarga tiba Pasar Tanah Abang sejak pukul 08.30. Misi mereka sederhana, mencari pakaian lebaran.
Ini kedua kali mereka berbelanja di Tanah Abang pada pekan yang sama. Mereka sudah membeli gamis, baju koko, sarung, dan sepatu. Kemungkinan mereka akan datang lagi untuk ketiga kali demi menyelesaikan perburuan baju lebaran sebelum puasa dimulai.

Promosi potongan harga terpasang di etalase gerai busana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
”Kami sengaja belanja sekarang soalnya pas puasa repot. Memang, sih, harganya lebih murah menjelang Lebaran, tapi kasihan juga istri pasti capek belanja pas puasa dan ramai. Kami juga bisa lebih fokus beribadah,” tutur Iyan.
Keluarga Iyan menyediakan anggaran sekitar Rp 10 juta. Maklum, banyak keperluan untuk keluarga beranggotakan tujuh orang ini. ”Kami rencananya memakai baju kembaran sekeluarga. Tahun ini, temanya hijau sage,” ujar Ai.
Sementara itu, rumah Lukita W (44) sudah sesak dengan beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, teh, kopi, mi instan, sirop, dan kue. Di sudut lain, sarung, tas perempuan, dan mukena bertumpuk. Kardus dan kantong tak kalah berserakan.
Kemasan menumpuk
”Kalau mau bulan puasa, pasti ribet. Malah, aku sudah mulai belanja lebih dari tiga bulan lalu,” katanya seraya tersenyum. Kiriman dari lokapasar mengalir deras ke kediaman warga Bekasi, Jawa Barat, itu.
Sebagian belanjaan itu akan ia kemas menjadi hamper yang akan dikirim ke sejumlah orang. Lukita menunjukkan buku berisi daftar penerima hampernya. Lembar-lembar kertas dipenuhi corat-coret dengan contrengan yang begitu banyak. Ia ternyata masih pilah-pilih isi paketnya. ”Siapa mau dikasih apa, aku masih bongkar pasang. Coret lagi gara-gara diganti barangnya jelek atau kemahalan,” ucapnya.

Foto aerial deretan mobil pedagang pakaian yang difungsikan sebagai toko di Pasar Tasik, Cideng, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2023). Pasar yang hanya buka pada hari Senin dan Kamis ini diserbu pengunjung yang berburu pakaian untuk Lebaran.
Karyawan swasta lembaga internasional itu dan suaminya gemar memberi hadiah lebaran kepada kolega, kerabat, dan handai tolan. ”Biasanya, duit habis buat begitu-begitu. Suami dan aku ngasih orang yang beda. Makanya, kemasan jadi numpuk-numpuk di rumah,” ujarnya sambil tertawa.
Bukan tanpa alasan Lukita jauh-jauh hari sudah memborong sembako dan perangkat shalat. Selain mengatur pengeluaran, ia tak perlu berjibaku dengan pedagang kulakan. ”Andalanku, kan, grosiran. Kalau (belanja) mepet Lebaran, yang murah-murah sudah ludes. Biayanya juga lebih berat kalau dirapel,” katanya.
Tahun ini, Lukita berencana berbagi rezeki dengan sekitar 50 kenalannya. Ia menyiapkan paket seharga mulai Rp 300.000 yang mesti tuntas dikirim sepekan sebelum Idul Fitri. ”Sudah lengkap biasanya mulai pertengahan bulan puasa, tapi biar enggak dipakai dulu. Jadi, benar-benar buat Lebaran,” tambahnya.
Kesibukan yang sesekali mengharuskannya pergi ke luar kota berhari-hari tak ayal bikin Lukita kelimpungan lantaran harus mengecek pesanan. ”Aku mesti pastikan utuh dan cocok sama orderan. Orang-orang di rumah sampai kuminta kirim video, baru bisa kukonfirmasi barangnya sampai,” ujarnya.
Siklus tersebut juga diisi Lukita dengan tak lupa membahagiakan keluarganya. Ia sudah bersiap melancong ke Semarang, Jawa Tengah. ”Lebaran nanti giliran di Bekasi. Jadi, sowan mertua dulu, akhir minggu ini, tapi nginep di hotel karena rumahnya sudah enggak muat,” ujarnya.
Lukita memperkirakan jalan-jalannya selama empat hari itu menghabiskan paling tidak Rp 5 juta. Ia sengaja berlibur sebelum bulan puasa. ”Suamiku pengin banget ngajak anak-anak ke tradisi dugderan. Semarang juga asyik buat kulineran. Habis, makanannya enak-enak,” ucapnya sembari terbahak.

Suasana belanja di supermarket ritel di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (14/3/2023). Warga mulai berbelanja stok bahan makanan jelang puasa Ramadhan.
Rudi Cahyadi (40) dan istrinya turut mendatangi anjungan demi anjungan di pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week 2023. Mereka mengamati beberapa mobil berukuran besar dan merasakan duduk di dalam kabinnya. Rudi terlihat menggenggam gulungan brosur beberapa merek mobil. Pemandangan yang jamak terlihat di pameran pada 10-19 Maret ini.
Pasangan ini terlihat mengamati sedan Honda Civic setelah masuk kabin model BR-V. Tapi, itu tak lama. Cukup tahu rasanya saja. Mereka kemudian beringsut ke anjungan Daihatsu yang langsung disambut ramah pramuniaga yang bersikap seperti sudah kenal lama saja dengan calon konsumennya.
Mereka langsung ”digiring” menuju All-New Terios, mobil SUV berkapasitas tujuh penumpang. Memang mobil ukuran inilah yang diidamkan pasangan itu. ”Anggota keluarga bertambah, jadi butuh yang lebih besar. Bagasinya juga lumayan lega,” kata Rudi.
Setelah melihat-lihat detail sebentar, Rudi diajak ke belakang untuk menyelesaikan administrasi. Mereka sudah mantap menjatuhkan pilihan pada mobil seharga Rp 254 juta ini.
Apakah mobil akan dipakai mudik ke Blitar, Jawa Timur, domisili orangtua Rudi? ”Ya, lihat nanti. Mudah-mudahan (mobil) sudah siap. Kami memang belum beli tiket kereta atau bus. Kemungkinan besar, ya, pakai mobil ini,” kata Rudi agak malu-malu.
Hendy (45) asal Pekanbaru, Riau, mencari mobil untuk anak sulungnya. Ketika mengaso di luar pameran, ayah tiga anak ini masih belum menentukan pilihan. Sudah sekitar tiga jam ia berkeliling pameran.
”Mungkin (Wuling) Alvez karena kabin baris kedua cukup lega untuk tiga penumpang. Budget dari istri kebetulan Rp 300 juta saja,” katanya. Jika jadi dibeli, mobil itu akan ia pakai ke Pekanbaru.

Pengunjung melihat interior kendaraan yang dipamerkan dalam ajang Gaikindo Jakarta Auto Week 2023 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat (17/3/2023). Ajang pameran ini dimanfaatkan oleh warga untuk membeli kendaraan sebelum Lebaran.
Ramadhan di depan mata, pertanda persiapan yang makin intens pula untuk merayakan hari raya bagi Werdiningsih (65). Warga Madiun, Jawa Timur, itu sudah menulis pengumuman di grup Whatsapp keluarga besar. ”Mari siapkan dana pertemuan keluarga pada hari raya,” kata sulung dari 10 bersaudara itu di grup keluarga.
Grup langsung diramaikan sahutan adik-adik Werdi, sapaannya. ”Harga pangan naik tinggi. Kami juga harus hitung berapa biaya dan iurannya,” kata Rukminingsih (61), adik Werdi.
Sebagai pengusaha katering, ia sudah menghitung biaya makan dan minum untuk dua kali pertemuan keluarga, Rp 150.000 per orang. ”Iuran itu belum termasuk untuk tunjangan hari raya ART (asisten rumah tangga) ibu kami dan mengirim sembako bagi mereka yang pernah jadi asisten ibu,” katanya.
Pengeluaran bengkak
Agar pertemuan makin seru, setiap keluarga dan anak yang sudah bekerja menyiapkan angpau pada hari raya. Untuk kebutuhan tersebut, tiap keluarga menyiapkan Rp 500.000-Rp 1,5 juta untuk 20 cucu dan anak yang belum menikah. Pengeluaran setiap keluarga untuk Lebaran sudah pasti bengkak, apalagi yang datang dari luar kota. ”Aku harus menyiapkan tak kurang dari Rp 15 juta untuk transpor dari Palangkaraya ke Madiun, iuran, dan kebutuhan lain,” ujar Iis Agnes, anak nomor delapan, yang akan datang dengan dua dari tiga anaknya.
Baca juga : Suami-Istri Sama Saja
Dosen Sosiologi Universitas Indonesia, Nadia Yovani, memandang masyarakat yang beramai-ramai belanja menjelang bulan puasa dan Lebaran amat dipengaruhi komunitas. ”Habitusnya dibangun pendahulu. Beli produk mewah bisa dianggap sombong. Konsumennya enggak merasa begitu, tapi pencapaian,” katanya.
Pemudik rela mengkredit perhiasan, kendaraan, atau gawai agar dilihat sanak saudara meski setelah Lebaran dikembalikan lagi. ”Statusnya pengin dilihat penting atau naik. Mereka melakukannya untuk mencapai status (tertentu), tapi karena didikte, begitulah yang dipercaya,” katanya.
Nadia mengimbau masyarakat untuk menyambut Idul Fitri dengan sederhana dan menyadari nilai-nilai yang hendak mereka capai. ”Setelah puasa, tak mesti dirayakan dengan status, tapi bagaimana bisa menang terhadap diri sendiri. Bukan orang lain,” ucapnya.