Suami Istri Sama Saja
Bertza Pradipta ditanya teman soal sudah rampung atau belumnya rumah disapu dan dipel. Ia malah dianggap takut istri. Fikri Hadi juga kerap diejek teman sekantor. Mereka tak peduli dan tetap berbakti kepada keluarganya.

Bertza Pradipta membereskan kamar anaknya di Jagakarsa, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Banyak suami tak sungkan lagi untuk terjun melakoni pekerjaan rumah tangga, bahkan dengan gembira menuntaskannya. Tak jadi soal suami atau istri yang menggarap tugas domestik asalkan keharmonisan tetap terjaga. Pandangan sebelah mata kerap terlontar, namun mereka tetap mengabdi sepenuh hati.
Bertza Pradipta (46), akrab disapa Echa, terjaga sekitar pukul 05.00. Ia lantas shalat dan bersiap mengantar dua putrinya. Warga Jagakarsa, Jakarta, itu hanya tidur lebih kurang tiga jam setelah menggarap beberapa figur karakter yang akan dipajang di pameran mainan pada akhir pekan ini.
Seusai sarapan, ia sudah asyik mengobrol dengan buah hatinya di dalam mobil sekitar pukul 06.00. Kemacetan sudah menggila. ”Oh, ya? Ada sahabat Adik yang ngirim surat buat gebetannya?” katanya diikuti tawa berderai-derai, Rabu (22/2/2023).
Sang kakak yang tengah menyambut ujian ternyata buyar konsentrasinya sampai-sampai ia protes. Sekejap saja, siswi SMA itu sudah kembali tenggelam dengan pelajarannya dan Echa tersenyum-senyum. Demikian ia bersiasat untuk menebarkan kehangatan sekaligus mengalihkan kejemuan anak-anaknya mengarungi lalu lintas yang menjengkelkan.
Setelah satu jam mengantar mereka, giliran Echa bersih-bersih rumah. Pengki di tangan kiri, sapu di tangan kanan. Sesekali, ia menghalau Pesto, kucingnya, yang hobi mondar-mandir. Istri Echa sudah memasak, dilanjutkan mencuci pakaian dan menjemurnya, sebelum berkantor pada pukul 08.30.
Echa lantas merunutkan jadwal selanjutnya hari itu. Sesudah membawa Pesto untuk dirawat di toko hewan peliharaan, ia menyerahkan berkas ibunya ke rumah sakit dan mengambil makanan di katering. Siangnya, barulah ia bekerja dengan menggarap figur karakter.
”Bisa sampai malam. Saya lagi bikin Goggle V, nih,” ucapnya sambil menunjukkan tiruan lima jagoan bertopeng asal Jepang yang terkenal pada tahun 1980-an itu. Echa dengan semringah juga menunjukkan berbagai miniatur kreasinya, seperti Superman, Lion-Maru, God Sigma, dan The Beatles.

Bertza Pradipta mengepel setelah istrinya berangkat ke kantor di rumah mereka di Jagakarsa, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Ia pun memeriahkan sejumlah band dengan cabikan basnya, seperti Rocket Dive dan Mass Romantic, Regos, hingga menjadi personel tambahan untuk penyanyi Sandy Canester. Order figur karakter, konser, dan rekaman tak menentu sehingga Echa lebih fleksibel menggarap tugas domestik yang dijalaninya dengan bangga.
”Saya gembira meski tanpa ART (asisten rumah tangga). Tahun 2020, istri dan anak saya kena Covid-19. Eh, ART kabur. Saya dongkol. Ya, sudah. Enggak pakai lagi,” katanya. Berbagi kewajiban dengan istri tanpa menyerahkan segala tetek bengek kepada ART juga kian merekatkan ikatan Echa dengan rumahnya.
”Makin tinggi sense of belonging (rasa memiliki). Dulu, saya takut tikus. Pasti manggil ART. Sekarang, berani,” ucapnya seraya terbahak. Ia tak menyangkal bahwa penghasilan istrinya menyokong keuangan keluarga dengan porsi yang utama, namun Echa tetap kepala keluarga.
Suara sumbang adakalanya terlintas juga. Kenalan Echa pernah menganggapnya takut istri. Ia juga ditanya teman soal sudah rampung atau belum rumah disapu dan dipel. ”Meski cuma bergurau. Istri menyerahkan keputusan kepada saya. Kalau enggak boleh, batal berangkat. Saya tetap imamnya,” ucapnya.
Keinginan membahagiakan anak dan istri juga membuat Fikri Hadi (37), aparatur sipil negara (ASN) Mabes Polri, mau berbagi peran dengan istrinya, Asri (35). Fikri mengambil alih sebagian besar pekerjaan di rumahnya sejak tahun 2019 setelah ia menyadari bahwa anaknya, Alma, yang berusia setahun delapan bulan mengalami keterlambatan bicara. Fikri dan istrinya amat terpukul.
”Itu kesalahan kami, bukan kakek dan neneknya, karena waktu itu kami menitip anak ke beliau. Anak seharusnya lebih banyak berinteraksi dengan orangtua sehingga memicu belajar bicara,” ujar Fikri.
Pada tahun yang sama, Fikri rela cuti untuk mengikuti istrinya bertugas ke luar negeri. Selama tiga tahun, ia tak punya pendapatan. Fikri hanya meminta agar harga diri sebagai kepala rumah tangga terjaga. Sang istri sepakat. Ibu Fikri keberatan, namun setelah dijelaskan, ia dan keluarga besarnya memaklumi.

Bertza Pradipta membuat figur karakter setelah menyapu dan mengepel rumahnya di Jagakarsa, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Pertahanan jebol
Beratnya pekerjaan rumah tangga membuat Fikri serasa tak bisa bernapas. Bangun pada pukul 05.30, sang istri menyiapkan sarapan. Fikri dan keponakannya memandikan anak, bersih-bersih rumah, mencuci, menyetrika, memasak untuk makan siang, serta menyuapi dan menemani anak. Sorenya, mereka memasak lagi.
Setiap pagi, Fikri juga mengantar istrinya, lalu mengajak Alma melancarkan kemampuan bicaranya. Pada malam hari, Fikri berkutat dengan buku belanja dan menu agar keluarganya tak bosan. ”Saya menghitung gaji untuk menabung karena istri ingin punya rumah. Seminggu sekali, saya juga belanja ke supermarket,” ujar Fikri yang merasa kepalanya tak berhenti berpikir kendati sudah bersiap untuk tidur.
Tiga bulan pertama di Brunei menjadi masa berat. Ia menghadapi pandangan aneh. Sebagian anggota komunitas Indonesia belum terbiasa melihat bapak rumah tangga dan peran besarnya dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Fikri kerap menerima ucapan dan perilaku yang kurang nyaman. Pada satu titik, dia tersinggung dengan perlakuan itu, lalu ia pergi mengendarai mobil meninggalkan istri dan anaknya seharian untuk berefleksi. ”Mengapa marah, bukankah kau yang memutuskan ke sini. Akhirnya, saya sadar terlalu sensitif,” katanya.
Sepulang dari Brunei, Fikri kembali bekerja di Mabes Polri, tetapi ia tetap mengerjakan sebagian besar pekerjaan domestik. Semua baru bisa ia kerjakan sore hingga malam karena ia harus ikut apel pagi. Fikri siap mundur dari ASN jika istrinya kembali harus bertugas ke luar negeri.
Ia makin mantap menjadi bapak rumah tangga sekalipun teman sekantor kerap mengejeknya. Keputusan Fikri terbukti menyelamatkan rumah tangganya. Sekalipun lelah, ia bangga melihat tumbuh kembang anaknya yang sangat baik.
Andylala Waluyo (49) pun mengenyam manfaat setelah berselancar mencari resep demi kedua anaknya. Sejak lima tahun lalu, ia pindah ke Jepang bersama sang istri, Sri Lestari (46), yang bekerja di perusahaan media. Di Jepang, murid disediakan makan siang.

Andylala Waluyo (49) tengah memasak bekal makan siang putra bungsunya, Mikail (10). Bento makan siang itu juga akan dia antarkan ke sekolah si bungsu. Sebagai bapak rumah tangga, Andylala terbiasa mengerjakan beragam tugas rumah di apartemen keluarga mereka di Tokyo, Jepang.
Dengan alasan kehalalan, Andylala membuat bekal anaknya untuk diantar ke sekolah yang berjarak 600 meter dari apartemennya. Mengantar bekal dan menjemput rutin dilakukan Andylala selain bersih-bersih rumah, mencuci, dan menyetrika. Walau kini bekerja, ia tetap berusaha mengurus rumah tangga.
Tak hitung-hitungan
Berdasarkan buku Teorisasi Patriarki yang ditulis Sylvia Walby dan diterbitkan Jalasutra pada tahun 2014, keserasian pasangan untuk menunaikan pekerjaan rumah tangga telah lama dikemukakan berbagai perspektif. Ditilik dari feminisme, umpamanya, pengasuhan anak menjadi lebih umum sifatnya dan dapat dilakukan bersama-sama suami dan istri.
Salah satu bagian penting dari pemikiran fungsionalis, rumah tangga merupakan unit kesepakatan yang adil. Pembagian kerja antara suami dan istri dianggap sebagai keputusan kolektif dengan mempertimbangkan kepentingan bersama.
Founder sekaligus psikolog anak, remaja, dan keluarga Pion Clinician, Rahma Paramita, berpendapat, semakin banyak suami yang mengerjakan tugas rumah tangga. ”Sepengamatan saya terhadap lingkungan dan klien, pemicunya pandemi sehingga mereka keluar dari perusahaan atau bekerja di rumah,” ujarnya.
Suami istri hendaknya tak hitung-hitungan untuk menuntaskan tugasnya. Lakukan saja yang terbaik untuk keluarga. ”Bukan memikirkan apa yang didapatkan. Kalau perhitungan, setiap individu akan merasa sudah memberi lebih banyak,” katanya.
Ia menyarankan pasangan untuk menikmati momen. Contohnya saat mengasuh anak-anak, suami atau istri bisa lebih mengenal mereka. ”Cari faedahnya dengan gembira. Bukan terpaksa. Jangan lupa selalu review sembari mengobrol santai dengan keingintahuan besar untuk saling berbenah,” ucapnya.
Privasi suami istri dengan peran masing-masing pun sepatutnya dihargai karena setiap keluarga memiliki dinamika dan keunikan masing-masing. ”Bagi sebagian masyarakat Barat saja, bukan norma yang wajar kalau suami mengurus rumah tangga. Manfaatnya, peran ayah malah menjadi lebih berarti,” katanya.