Setelah dua penyelenggaraan selama dua tahun ini diselenggarakan secara daring karena pandemi, Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 kembali diadakan secara langsung. Hanya saja, tempat pelaksanaannya berpindah.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah dua penyelenggaraan selama dua tahun ini diselenggarakan secara daring karena pandemi, Jakarta Fashion Week atau JFW 2023 kembali lagi diadakan secara langsung. Hanya saja, tempat pelaksanaannya berpindah setelah 14 tahun digelar di lokasi yang sama.
”Kami sangat senang akhirnya bisa menggelar lagi Jakarta Fashion Week secara langsung. Semoga bisa kembali mengukir kesuksesan seperti yang sebelumnya. Ditambah kali ini ada yang baru, yaitu dari pemilihan tempat yang nantinya akan digelar di Pondok Indah Mall 3,” ujar Chairwoman JFW Svida Alisjahbana dalam jumpa pers yang digelar daring, Senin (26/9/2022).
Untuk waktu pelaksanaan, JFW tetap akan diadakan selama sepekan, yaitu dari 24-30 Oktober dengan menyuguhkan 4-5 peragaan mode setiap hari dari para desainer dan jenama Indonesia yang sudah terkurasi. Tema yang diambil pada penyelenggaraan tahun ini juga menyesuaikan dengan kondisi pascapandemi, yakni ”Fashion Reformation”.
Menurut Svida, pemilihan tema ini memang untuk menggambarkan semangat regenerasi di industri mode Tanah Air. Selain itu, ajang ini juga menjadi kesempatan untuk merayakan kreativitas yang tak pernah surut dari para pelaku mode di Indonesia sepanjang pandemi ini dan kini mampu bangkit lagi.
Bentuk reformasi dalam dunia mode yang ingin diwujudkan dalam JFW kali ini juga digambarkan melalui desainer dan model yang terlibat. ”Dari modelnya kami mengangkat dari sisi keberagaman. Kami ingin mengesampingkan standar kecantikan yang jamak itu. Dari susunan desainernya, kami akan menawarkan yang lebih segar dengan banyak desainer baru,” kata Direktur Kreatif JFW Andandika Surasetja.
Akan tetapi, Dika tetap memastikan kurasinya dilakukan dengan ketat sehingga desainer dengan karya terbaiklah yang bisa ditampil di landas peraga JFW. Pengalaman JFW yang diselenggarakan 12 kali secara langsung dan 2 kali secara daring ini juga menjadi pembelajaran tersendiri untuk membesut aspek kreatif penyelenggaraan. ”Karena itu, spiritnya pun ada pada tiga hal, yaitu regeneration, revolution, dan reborn,” ujar Dika.
Kerja sama internasional
Tahun ini, JFW juga bekerja sama dengan Korea Content Creative Agency (Kocca) yang merupakan lembaga ekonomi kreatif Korea Selatan. Nantinya akan diperkenalkan dua jenama asal Korea Selatan pada pekan mode ini, yaitu Saint Ego dan Doucan yang pernah menembus Pekan Mode Paris pada tahun lalu.
Selain itu, desainer dan jenama Indonesia juga akan membawa nama Indonesia lewat karyanya kepada publik Korea lewat program fashion code dari JFW. Dua jenama dari Indonesia yang terpilih adalah Soe yang didirikan Monique Natalia Soeriaatmadja dan IKYK bersama Direktur Kreatif Anandia Putri Harahap.
Dari modelnya kami mengangkat dari sisi keberagaman. Kami ingin mengesampingkan standar kecantikan yang jamak itu. Dari susunan desainernya, kami akan menawarkan yang lebih segar dengan banyak desainer baru.
Monique akan membawa koleksi musim semi/musim panas 2021 milik Soe ke Korea Selatan. Koleksi ini didominasi sentuhan tenun, juga batik Pekalongan dan Yogyakarta. Sementara itu, Anandia tetap pada pakemnya, yaitu koleksi yang sederhana, tetapi fungsional. Keduanya sendiri pernah berangkat ke Korea lewat program yang sama beberapa tahun lalu.
”Tidak hanya berhenti di sini, mode Indonesia harus berani melangkah ke kancah dan pasar yang lebih luas. Banyak desainer dan jenama Indonesia yang mampu. Kami berikan program dan jalan yang sesuai untuk perkembangan mode Indonesia juga,” kata Svida.