Menggelorakan Konsumsi Seni
Kondisi luar ruang sebagai hutan kota direspons dengan menghadirkan sekitar 38 patung atau karya instalasi dari 25 seniman. Sebagian besar dari mereka adalah seniman Tanah Air.
Bisa benar, bisa tidak, ketika muncul anggapan bahwa karya seni belumlah lengkap menjadi karya jika belum diapresiasi, dikoleksi, atau dikonsumsi publik. Di sini mungkin relevan saat digaungkan ajakan supaya publik tak hanya mengapresiasi seni, tetapi juga mengonsumsi seni.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo menyentil hal itu di bagian akhir sambutannya saat membuka pameran seni rupa Art Jakarta, yang tahun ini diberi tajuk Art Jakarta Gardens 2022. Ini agenda tahunan yang sempat absen secara fisik selama dua tahun terakhir di Jakarta.
Art Jakarta Gardens 2022 berlangsung pada 7–14 April 2022 di Hutan Kota by Plataran, rumah makan yang dilengkapi fasilitas ruang terbuka di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta.
Di lokasi itu didirikan dua tenda besar untuk menampung lukisan dan karya seni rupa digital. Sebanyak 20 galeri memajang karya-karya tersebut dan menjajakannya kepada pengunjung yang hadir dan membayar tiket Rp 150.000 per orang.
Kondisi luar ruang sebagai hutan kota direspons dengan menghadirkan sekitar 38 patung atau karya instalasi dari 25 seniman. Sebagian besar dari mereka adalah seniman Tanah Air. Beberapa seniman dari luar negeri menyuguhkan karya tiga dimensi yang cukup menarik.
Di arena GBK itulah, Angela menggaungkan gelora mengonsumsi karya seni. Tentu hal itu tidak begitu mudah terjadi. Kondisi global akibat perang Rusia dan Ukraina masih menimbulkan gejolak perekonomian. Belum lagi kondisi pandemi Covid-19 masih berimbas. Akan tetapi, Angela berusaha mengembuskan gelora optimistis.
Ia mengeluarkan data global tentang tren penjualan barang seni dan barang antik yang mengalami anomali di era pandemi. Angela menyebutkan, angka penjualan barang seni dan barang antik global pada 2021 tercatat 65,1 miliar dollar AS.
”Angka ini lebih tinggi 0,7 miliar dollar AS dari catatan perolehan tahun 2019, sebelum terjadi pandemi,” ujarnya seraya mengisyaratkan pentingnya penjualan karya seni secara digital.
Angela kemudian menyinggung tren NFT (non-fungible token). Ini pola penjualan karya seni digital disertai beragam kesepakatan transaksional yang kini makin menggejala. Ia menyebut, perolehan dari transaksi karya seni melalui NFT secara global pada 2021 mencapai 2,6 miliar dollar AS.
”Dari perolehan transaksi NFT itu, sebesar 73 persen sebagai penjualan secondary market (pasar sekunder) dengan rata-rata penjualan selama 33 hari. Ini peluang yang semestinya kita tangkap,” ujarnya.
Menyimak Angela, mungkin sama menariknya dengan karya-karya yang ditampilkan Art Jakarta Gardens 2022.
Instalasi gamelan
Di bagian depan Hutan Kota by Plataran terdapat sebuah instalasi gamelan. Di situ dirancang satu bentuk alat musik gong berukuran kecil, sedang, dan besar. Ini karya seniman Aaron Taylor Kuffner asal New York, Amerika Serikat.
Kuffner merancang dengan teknik komputasi dan kinetik untuk membunyikan instalasi gamelannya. Karya itu diberi judul ”Sayap Sukacita” (2021). ISA Art Gallery yang mendatangkan karya Kuffner ini.
Ada tampilan unik. Gong berukuran besar dengan titik tabuh berbentuk cembung yang dibuat secara terbalik. Ini dirancang untuk memosisikan alat penabuh bisa dipasang dari sisi belakang.
Kuffner berhasil menampilkan ketidakterdugaan. Ia mencomot artefak musik kultural masyarakat Nusantara yang sebelumnya dimainkan secara komunal. Kemudian ia mengemas ulang gamelan dengan menghilangkan unsur komunal tadi.
Suguhan musik gamelan secara langsung selama ini melibatkan pengrawit atau penabuh dalam jumlah banyak. Tabuhan musik gamelan Kuffner juga bisa dinikmati secara langsung, tetapi tanpa satu orang pun pengrawit atau penabuh.
Dengan inspirasi Kuffner ini, mungkin gamelan tidak bakal punah. Ia menjumpai roh kekuatan baru. Tenaga kinetik yang dibangkitkan teknologi komputasi digital bakal mengembalikan keberadaan dan fungsi gamelan. Justru Kuffner yang dari AS memainkan dunia gagasan seperti itu.
Berikutnya ada seniman asal Thailand, Dusadee Huntrakul, yang dihadirkan Galeri ROH. Ia menampilkan lima patung monumen berukuran kecil dengan tinggi 19,4 sentimeter (cm) dan diameter sampai 9,5 cm dari perunggu. Patung itu ditampilkan di atas rak penyangga setinggi 122 cm.
Dengan patung-patungnya itu, Dusadee memasuki dunia gagasan besar tentang lingkungan hidup dan keberlangsungan peradaban manusia.
Karya Dusadee ini diberi judul ”Monument for Waste Management and Consumption”. Dari patung monumen kecil itu Dusadee menyuguhkan gagasan tentang peradaban maju dalam mengolah sampah hasil konsumsi manusia.
Baca juga : Libido Rakyat dalam Kanvas Djoko Pekik
Karya Dusadee berikutnya berjudul ”Monument for Regenerative Agriculture”. Ia berbicara tentang pertanian yang terus beregenerasi. Pupuk kimia untuk produksi pertanian mungkin saja meningkatkan produktivitas atau hasil panenan. Akan tetapi, di sisi lain hal itu menyebabkan kerusakan lingkungan yang mengancam keberlangsungan regenerasi pertanian itu sendiri.
Dusadee juga menampilkan penghormatan terhadap sosok ibu atau perempuan dalam karya patung yang diberi judul ”Monument for Mothers”.
Seniman asal Indonesia, Dwi Sasono, menampilkan tiga patung Buddha yang terlihat sudah lazim dalam posisi mudra. Ia mengusung narasi cukup panjang.
”Patung Buddha mengingatkan kita tentang Candi Borobudur dengan patung-patung Buddha yang bagian tubuhnya tidak lagi lengkap. Patung-patung ini sebenarnya juga seperti itu,” ujar Dwi.
Dwi menampilkan patung Buddha terbuat dari batu dalam kondisi tubuh yang tidak utuh. Bagian kepala biasanya sudah hilang. Ia kemudian mengganti bagian kepala itu dengan patung perunggu dan dilekatkan kembali membentuk patung Buddha yang utuh.
”Saya menampilkan dua patung Buddha yang sebelumnya tidak utuh dari Mojokerto dan satu patung lagi dari Muntilan,” katanya.
Karya interaktif
Beragam karya tiga dimensi lain dengan narasi masing-masing dihadirkan di luar ruang Hutan Kota by Plataran. Ada karya interaktif yang disajikan seniman Uji ”Hahan” Handoko dan Adi ”Uma Gumma” Kusuma.
Keduanya berinteraksi langsung dengan pengunjung untuk menawarkan ”uang” karya mereka. Melalui karya yang diberi judul ”Social Note”, mereka menjual ”uang” bikinan sendiri.
Terlihat baik Uji maupun Adi sedang menjelaskan jenis-jenis ”uang” mereka kepada pengunjung. Mereka menyediakan senter ultraviolet untuk menguji keaslian uang, layaknya menguji keaslian uang sungguhan.
”Ini uang dengan edisi Ngalap Berkah,” ujar Uji Hahan, yang kemudian menunjukkan gambar sosok laki-laki dengan baju kebesaran yang ada di atas lembar uang tersebut.
Sosok laki-laki itu adalah Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang pernah menobatkan diri sebagai raja baru di Probolinggo, Jawa Timur. Pria ini pernah menghebohkan publik dengan kemampuan menggandakan uang hingga bertumpuk-tumpuk jumlahnya.
”Gambar di sebaliknya, Gunung Kawi. Bagi masyarakat tertentu, mereka meyakini di tempat ini bisa mencari pesugihan,” kata Uji Hahan.
Baca juga : Suntikan Energi Seni Kontemporer
Uang berikutnya menampilkan sosok Charles Ponzi. Ia dikenal sebagai mahaguru investasi bodong, yang akhirnya ditangkap petugas keamanan di AS pada 12 Agustus 1920. Ponzi harus menjalani persidangan dengan 86 dakwaan terkait penipuan dan penggelapan uang.
Pelajaran terkait investasi bodong bisa dipetik dari riwayat Charles Ponzi itu. Akan tetapi, praktik investasi bodong masih terus berulang sampai sekarang.
Untuk jenis uang ketiga, Uji dan Adi menampilkan tokoh yang dikenal di dalam pewayangan, Ki Brayut. Sosok ini bersama istrinya, Nyi Brayut, memiliki banyak sekali anak. Mereka menggunakan falsafah, banyak anak banyak rezeki.
”Pada masa tertentu, dengan banyak anak mungkin saja bisa membawa banyak rezeki. Misalnya, dengan banyak anak bisa menyelesaikan garapan di ladang yang luas,” ujar Uji Hahan, yang mencetak tiga jenis uang tersebut sebanyak 300-500 edisi.
Patung, instalasi, dan lukisan yang ditampilkan dalam Art Jakarta Gardens 2022 memberi sensasi keindahan visual. Karya-karya itu bagaikan buku cerita yang panjang. Narasi kehidupannya mungkin tersembunyi, tetapi bisa juga mencuat nyata.