Kemenhub Luncurkan Trans Metro Pasundan di Bandung Raya
Bus Trans Metro Pasundan yang diluncurkan Kementerian Perhubungan di kawasan Bandung Raya, Jawa Barat, diharapkan mampu mengurangi kemacetan. Program ini perlu diikuti kesadaran warga menggunakan angkutan massal.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kementerian Perhubungan meluncurkan bus Trans Metro Pasundan untuk mendukung transportasi publik di kawasan Bandung Raya. Sebanyak 85 bus akan melayani perjalanan lima rute yang melintasi lima kabupaten/kota.
Kelima rute itu adalah Leuwipanjang-Soreang, Kota Baru Parahyangan-Alun-alun Kota Bandung, Baleendah-BEC (Bandung Electronic Center), Leuwipanjang-Dago, dan Dipatiukur-Jatinangor (via tol). Peluncuran bus ini merupakan program Teman Bus dari Kemenhub dalam mengembangkan angkutan umum massal berbasis jalan di perkotaan dengan skema buy the service (BTS).
”Angkutan massal perkotaan menjadi salah satu solusi mereduksi kemacetan. Berikutnya, komitmen memperbaiki ekosistem lingkungan agar polusi udara tidak semakin berat,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Darat di Kemenhub Budi Setiyadi saat meluncurkan Trans Metro Pasundan di Kota Bandung, Senin (27/12/2021).
Menurut Budi, kemampuan ekonomi masyarakat perkotaan untuk membeli kendaraan pribadi sangat tinggi. Jika tak diantisipasi, kemacetan akan semakin parah dan mengganggu aktivitas warga.
Oleh sebab itu, masyarakat Bandung Raya didorong beralih memakai transportasi umum untuk mengurangi kepadatan lalu lintas. ”Skema BTS ini menghadirkan transportasi perkotaan yang semakin efektif, efisien, murah, dan nyaman. Untuk sementara belum berbayar,” katanya.
Armada Trans Metro Pasundan akan dioperasikan oleh dua operator, Damri dan Big Bird. Jika tarif telah diterapkan, penumpang wajib menggunakan pembayaran nirtunai dengan tarif Rp 2.500-Rp 5.000.
Bandung Raya menjadi daerah kesembilan yang disasar program Teman Bus. Delapan daerah sebelumnya adalah Palembang, Solo, Bali, Yogyakarta, Medan, Makassar, Banyumas, dan Banjarmasin.
Kemampuan ekonomi masyarakat perkotaan untuk membeli kendaraan pribadi sangat tinggi. Jika tak diantisipasi, kemacetan akan semakin parah dan mengganggu aktivitas warga.
Sejak diluncurkan pada 2020, program ini telah menggaet sekitar 13 juta perjalanan penumpang. Budi berharap layanan bus itu dimaksimalkan untuk memperlancar mobilitas masyarakat.
”Kota yang visioner dan semakin maju indikatornya adalah angkutan umum massalnya semakin baik. Masyarakatnya dari kelompok menengah atas dan menengah bawah menggunakan itu semua,” katanya.
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, yang hadir dalam peluncuran Trans Metro Pasundan, mengajak masyarakat menggunakan bus tersebut. Ajakan itu sekaligus untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya memakai transportasi massal.
”Masyarakat harus memanfaatkan bus ini. Jangan karena punya motor, mobil, bensin ada, sedikit-sedikit naik kendaraan pribadi. Mohon ada kesadaran menggunakan transportasi massal untuk kemaslahatan dan kemanfaatan bersama,” katanya.
Uu mengusulkan agar Kemenhub juga meluncurkan program serupa di kawasan aglomerasi lainnya, seperti Bogor Raya dan Ciayumajakuning. Sebab, lalu lintas perkotaan di kedua kawasan itu juga sudah padat.
Apalagi, lanjut dia, transportasi merupakan faktor penting dalam pembangunan, mulai dari sektor ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan. ”Salah satu keinginan masyarakat bagaimana mengatasi kemacetan. Masalah transportasi dan kemacetan selalu menjadi perhatian utama dalam setiap proses pembangunan,” tuturnya.