BRT Bandung Raya Terintegrasi dengan Moda Transportasi Lain
Pengembangan angkutan umum berbasis jalan (”bus rapid transit”) di Bandung Raya, Jawa Barat, akan diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya. Konektivitas antarmoda diharapkan mengurangi kemacetan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lima kabupaten/kota di Bandung Raya, Jawa Barat, menyepakati pengembangan angkutan umum berbasis jalan (bus rapid transit/BRT). Angkutan ini akan diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya untuk mengurangi kemacetan di kawasan itu.
Daerah-daerah itu adalah Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. Selain itu, ada juga Kota Bandung dan Cimahi. Sistem transportasi terintegrasi diharapkan mendukung mobilitas di kawasan yang dihuni sekitar 10 juta penduduk itu.
Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan, pengembangan BRT diharapkan rampung dan dioperasikan pada 2023. ”Paling penting nanti integrasi dengan moda lain, dengan kereta api, kereta cepat, dan lain sebagainya,” ujarnya dalam Penandatanganan Kesepatakan Bersama Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan atau BRT di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Selasa (2/3/2021).
Yani mengatakan, pengembangan BRT menjadi komitmen pemerintah untuk memperbaiki sistem angkutan umum. Pihaknya akan segera menyusun lini masa dan detail pelaksanaan pembangunannya.
”Nanti ada LRT (light rail transit/kereta ringan) yang sudah disiapkan Pemerintah Provinsi Jabar. Itu juga bagian tak terpisahkan dari pembangunan sistem transportasi secara menyeluruh, khususnya di Cekungan Bandung,” ucapnya.
Rencana pembangunan LRT digaungkan untuk menghubungkan akses kereta cepat Jakarta-Bandung. Pemberhentian terakhir jalur kereta sepanjang 142,3 kilometer ini berada di Stasiun Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Pengembangan bus rapid transit diharapkan rampung dan dioperasikan pada 2023.
Konektivitas antarmoda sangat diperlukan untuk memperlancar mobilitas orang dan barang. Apalagi akses Tegalluar ke Kota Bandung melewati sejumlah titik kemacetan, salah satunya kawasan Gedebage.
Gedebage merupakan kecamatan di timur Bandung. Mobilitas kendaraan di kawasan ini tinggi karena menjadi akses menuju Sumedang, Kabupaten Bandung, Garut, dan wilayah selatan Jabar lainnya. Tanpa sistem transportasi terintegrasi, kemacetan berpotensi semakin parah.
Mobilitas di Bandung timur diprediksi terus meningkat seiring masifnya pembangunan infrastruktur di sana. Area persawahan dialihfungsikan menjadi perumahan, hotel, dan perkantoran.
Sekretaris Daerah Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, kesepakatan bersama lima daerah tersebut akan mengoptimalkan pengelolaan BRT. Ia berharap pengembangan angkutan massal itu dapat mengurai kemacetan dan polusi udara.
”Dalam pengelolaan yang sifatnya lintas (daerah) itu betul-betul harus ada kerja sama dengan baik. Tidak hanya masalah transportasi, tetapi juga air bersih, sampah, dan apa pun yang terkait Cekungan Bandung,” ujarnya.
Menurut Setiawan, pengembangan BRT merupakan langkah tepat mendukung pengembangan ekonomi pelayanan dasar melalui pembangunan infrastruktur perkotaan sekaligus memenuhi kebutuhan angkutan orang. Apalagi Bandung Raya. Daerah merupakan salah satu kawasan metropolitan di Jabar bersama dengan Bogor, Depok, Bekasi (bergabung dengan Jabodetabek), dan Rebana (Cirebon, Subang, Majalengka).