Pabrikan mobil mewah Roll-Royce memastikan seluruh produksi kendaraannya pada tahun 2030 adalah mobil listrik bertenaga baterai. Produksi umum pertama adalah Roll-Royce Spectre pada akhir tahun 2023.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Pabrikan mobil Rolls-Royce, Rabu (29/9/2021), mengumumkan rencana jangka panjang untuk mengubah seluruh produksi kendaraan dari mesin pembakar dalam (internal combustion engine) berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik berbasis baterai pada tahun 2030. Langkah pertama, mereka akan merilis untuk publik mobil listrik pertamanya yang dinamai Spectre pada akhir 2023.
”Ini bukan prototipe. Ini hal yang nyata, akan diuji di depan mata, dan klien kami akan menerima pengiriman pertama mobil pada kuartal IV tahun 2023,” kata CEO Torsten Mueller-Otvoes.
Keputusan Rolls-Royce untuk masuk ke dalam persaingan mobil listrik bertenaga baterai, menurut Mueller-Otvoes, adalah bagian dari ramalan salah satu pendiri pabrikan mobil itu, Charles Rolls, tentang masa depan kendaraan listrik. Pada April 1900, Rolls, kata Mueller-Otvoes, pernah mencoba menaiki mobil dengan penggerak motor listrik bernama Columbia dan menyatakan motor listrik sebagai penggerak ideal bagi mobil di masa depan.
Mueller-Otvoes menilai, meningkatnya pabrikan otomotif yang mengalihkan produk dari mobil konvensional ke listrik mendorong mereka untuk mengambil keputusan yang sama tanpa meninggalkan citra yang selama ini melekat. ”Sekarang adalah waktu untuk mengubah arah masa depan kemewahan,” ujarnya.
Rolls-Royce sudah melakukan uji coba pengembangan kendaraan listrik sejak satu dekade terakhir. Pabrikan mobil mewah yang bernaung dalam Grup BMW ini membuat prototipe mobil listrik pada 2011 dengan produk yang dinamai 102EX.
Prototipe 102EX menggunakan basis Rolls-Royce Phantom. Karena menggunakan basis Phantom, Rolls-Royce juga menamai kendaraan prototipe ini sebagai Phantom Experimental Electric atau PEE.
Mesin bensin berkonfigurasi V12 6,75 liter yang ditanam pada produk Phantom konvensional diganti dengan baterai litium ion dan dua motor listrik yang dipasang pada sub-frame belakang. Setiap motor yang digunakan pada 102EX atau PEE ini memiliki daya 145 kW (kiloWatt) sehingga memberikan PEE keluaran daya maksimum 290 kW dan torsi 800 Nm.
Baterai yang digunakan pada prototipe memiliki kapasitas 71 kilowatt jam. Tes yang dilakukan sebelum uji coba pada 2011, berdasarkan informasi yang dikutip dari laman resmi Rolls-Royce, laju PEE atau 102EX dari 0-60 mil per jam adalah sekitar 8 detik, tergolong lambat dibandingkan dengan Phantom konvensional.
Satu prototipe lagi adalah 103EX yang diluncurkan pada 2016.
Mueller-Otvoes mengatakan, sebelum diserahkan kepada konsumen pada akhir 2023, mereka akan menguji kembali Spectre, termasuk mengujinya ke semua bentuk situasi iklim, cuaca, hingga jalan untuk memastikan kualitas produk. Dia juga menyebut produk kendaraan listrik lain dengan basis Rolls-Royce Cullinan dan Ghost akan menyusul setelah Spectre dilepas ke pasaran.
Konsorsium baterai
Pada pertengahan September, empat produsen sepeda motor, yaitu Honda Motor Co, Yamaha Motor Co, Piaggio Group, dan KTM AG, menandatangani kesepakatan pembuatan konsorsium baterai sepeda motor yang dapat ditukar (SBMC). Kesepakatan itu mencakup pengembangan spesifikasi teknis baterai motor listrik yang bisa ditukar (swap), konfirmasi penggunaan sistem baterai, standar spesifikasi baterai yang bisa ditukar-pakai, dan rencana ekspansi global.
Kesepakatan itu ditandatangani Michele Colaninno, Kepala Strategi dan Produk Piaggio Group; Yoshishige Nomura, Chief Officer, Motorcycle Operations Honda Motor Co. Ltd; Stefan Pierer, CEO PIERER Mobility AG; dan Takuya Kinoshita, Senior Executive Officer, Chief General Manager of Land Mobility Business Operations Yamaha Motor Co. Ltd.
Dalam keterangan yang diterima Kompas, konsorsium ini mencoba mempromosikan manajemen siklus hidup baterai yang akan digunakan pada kendaraan listrik ringan, seperti moped, skuter, dan sepeda motor pada umumnya. Konsorsium juga berharap kekhawatiran pengguna sepeda motor listrik mengenai ketersediaan baterai pengganti di saat infrastruktur masih belum memadai bisa menjawab keraguan mereka. (AFP/Reuters)