Roda-roda Seni di ”Kota Bengawan” Enggan Berhenti
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, kegiatan kesenian di Kota Surakarta, Jawa Tengah, mulai bergulir. Para penari, pemain ketoprak, dan kelompok wayang orang kembali naik panggung dengan sejumlah penyesuaian.
Genap setahun terjerembap akibat pandemi Covid-19, kegiatan kesenian di Kota Surakarta, Jawa Tengah, mulai bergulir. Para seniman kembali naik panggung dengan sejumlah penyesuaian. Hikmah yang dipetik, pandemi ikut merangsang kreativitas mereka.
Mata Devi Putri (29) berbinar-binar ketika gilirannya menari tiba. Di tengah hujan yang deras mengguyur pendopo Sasono Mulyo di kompleks Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (17/3/2021) sore, tubuhnya mulai bergerak gemulai menarikan tari bedhayan bersama beberapa penari lain. Tanpa iringan gamelan, ia tuntaskan setiap gerakan dengan ketukan pelatih. Sesekali, sampur di pinggangnya dikibaskan.
”Senang sekali rasanya bisa berlatih menari lagi. Selama pandemi, sangat jarang ada pentas. Jadi, saat ada tawaran lagi, jelas senang sekali,” kata Devi seusai latihan.
Menurut rencana, Devi akan pentas bersama sanggar seni yang diikutinya, yaitu Bengkel Seni Adanu Jumantoro. Pentas bakal digelar di Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman, Surakarta, Sabtu (27/3/2021). Mereka akan menampilkan tarian bertajuk ”Himanda Adilaga” yang merupakan bagian dari serial Ramayana. Tarian itu bercerita tentang tewasnya Sarpakenaka, adik Rahwana, oleh Laksmana.
Baca juga: Prodi Seni Tari dan Karawitan ISI Surakarta Paling Diminati
Pentas tari bakal disiarkan secara daring melalui kanal Youtube Dinas Kebudayaan (Disbud) Surakarta. Saat pentas, masyarakat tak boleh menonton langsung di lokasi. Penonton yang boleh hadir hanya tamu dari jajaran Pemerintah Kota Surakarta. Hal ini mempertimbangkan penerapan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.
Pentas itu menjadi salah satu penanda aktivitas kesenian di Surakarta yang sering dijuluki ”Kota Bengawan” kembali menggeliat meski pandemi belum usai. Seperti banyak sektor lain, aktivitas kesenian memang tak luput dari dampak pandemi. Banyak pentas dan festival seni batal atau setidaknya tertunda.
Bengkel Seni Adanu Jumantoro juga merasakan dampak itu. Sejak awal pandemi, sanggar seni itu masih meniadakan latihan tari rutin. Hal ini karena murid sanggar didominasi anak-anak berusia di bawah 15 tahun.
Padahal, selama pandemi, aktivitas anak-anak sangat dibatasi karena rentan tertular Covid-19. ”Anak-anak sudah banyak yang bertanya kapan bisa latihan lagi. Ini sering bikin saya terenyuh,” tutur Ketua Bengkel Seni Adanu Jumantoro, Sri Wardoyo (56).
Wardoyo mengaku, pandemi Covid-19 membuat kegiatan berkesenian serba sulit, terutama yang melibatkan anak-anak. Selama pandemi, Bengkel Seni Adanu Jumantoro hanya meladeni undangan pentas untuk murid dewasa. Latihan pun hanya digelar saat ada panggilan pentas.
Pandemi Covid-19 membuat kegiatan berkesenian serba sulit, terutama yang melibatkan anak-anak. Selama pandemi, Bengkel Seni Adanu Jumantoro hanya meladeni undangan pentas untuk murid dewasa. Latihan pun hanya digelar saat ada panggilan pentas.
Meski begitu, pengajar tari di Bengkel Seni Adanu Jumantoro, Dona Dian Ginanjar (34), melihat, pandemi juga menumbuhkan kreativitas seniman. Selain ditantang menggelar pentas secara daring, mereka juga ditantang mengembangkan gerakan-gerakan yang sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan.
Dona yang juga mengajar sebagai dosen tidak tetap pada Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta mencontohkan, dalam gerakan atau koreografi perang, penari tidak harus bersentuhan. Mereka cukup menunjukkan gerakan seperti menyerang. Penari yang diserang selanjutnya berkreasi memberikan efek terlontar terkena serangan.
Baca juga: Beragam Wajah Gamelan
Pacu kreativitas
Ketua Paguyuban Sanggar (Pagar) Tari Surakarta Agung Kusumo Widagdo (45) mengatakan, jumlah sanggar tari di kota itu mencapai puluhan. Pada awal pandemi, sanggar-sanggar tari itu terpaksa menghentikan latihan dan pentas. Namun, beberapa bulan terakhir, sejumlah sanggar memulai kembali latihan rutin dengan protokol kesehatan.
Beberapa sanggar juga mulai menggelar pentas tari daring. Agung menuturkan, pada 26 Februari 2021, Pagar Tari menggelar pentas yang melibatkan lima sanggar tari. Pentas itu digelar di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Surakarta, dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube Disbud Surakarta. Untuk menjaga protokol kesehatan, masyarakat umum tidak boleh menonton pentas di lokasi.
Agung menyebut, biaya penyelenggaraan pentas tari dan kostum ditanggung bersama oleh sanggar-sanggar yang terlibat. Sementara peralatan untuk live streaming meminjam milik Disbud Surakarta.
Selain tari, aktivitas kesenian lain di Surakarta juga kembali menggeliat. Pertunjukan ketoprak di Taman Balekambang, Surakarta, misalnya, sudah digelar secara rutin lagi meski dengan penyesuaian. Koordinator Panggung Ketoprak Balekambang, Tatak Prihantoro (44), menuturkan, saat masa awal pandemi, pentas ketoprak sempat berhenti dan baru dimulai lagi pertengahan Juli 2020.
Awal pentas lagi, pertunjukan ketoprak digelar dua pekan sekali dari sebelumnya sepekan sekali. ”Mulai Januari 2021, kami baru mulai lagi pentas seminggu sekali,” ujar Tatak.
Saat pentas lagi, ketoprak Balekambang juga tak boleh dihadiri penonton dan hanya bisa disimak melalui Youtube. Aturan terkait penonton juga berubah-ubah sesuai kebijakan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 setempat. Pada pementasan Sabtu (13/3/2021), penonton dibatasi 100 orang dari kapasitas gedung 450 orang.
Sebagian seniman ketoprak memang punya pekerjaan lain. Namun, ada juga yang hanya menggantungkan penghidupan dari pentas. Beberapa di antaranya lalu dilibatkan dalam produksi konten Youtube bersama sejumlah pihak lain. Konten dimonetisasi dan hasilnya dibagikan ke para seniman.
Semangat positifnya, keterbatasan selama pandemi justru membuat seniman ketoprak tertantang berkreasi. Dia mencontohkan, pentas dengan live streaming mengharuskan seniman menyesuaikan durasi pertunjukan serta membenahi tata rias, dekorasi, dan pencahayaan.
”Durasi diperpendek, enggak boleh lebih dari dua jam. Dandanan harus lebih bagus, kesalahan-kesalahanan saat bermain harus diminimalkan, dekorasi dan lampu harus ditata beneran,” ungkap Tatak.
Selain ketoprak, pentas Sendratari Ramayana di Taman Balekambang juga kembali dipentaskan. Sejak 2009, Sendratari Ramayana Balekambang rutin dipentaskan sekali sebulan, yakni pada malam bulan purnama. ”Pertunjukan itu bisa ditonton gratis tetapi harus reservasi secara online dulu,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Kawasan Wisata Dinas Pariwisata Surakarta Sumeh.
Pada April-Juni 2020, pentas sendratari diliburkan dan baru dibuka Juli 2020. Saat kembali pentas, sendratari digelar di panggung terbuka seperti sebelum pandemi. Namun, penonton dibatasi 500 orang dari kapasitas 2.500 penonton.
Baca juga: Hibur Pemudik, Pemkot Solo Sajikan Opera Jawa
Saat kasus Covid-19 kian tinggi, pentas dipindah ke dalam gedung dan digelar tanpa penonton sehingga hanya bisa ditonton lewat Youtube. Baru pada Jumat (19/3/2021), pentas kembali dihadiri penonton maksimal 100 orang atau seperlima kapasitas.
Pembatasan penonton juga dilakukan untuk pentas wayang orang di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Mulai Juli 2020, penonton dibatasi 20 persen dari kapasitas gedung 600 orang. Penonton juga diminta mencuci tangan dan diukur suhu tubuhnya. Masker wajib dikenakan selama di gedung dan tempat duduk diberi jarak 1 meter. Jadwal pertunjukan juga berubah dari setiap hari menjadi hanya Kamis hingga Sabtu.
Dukungan
Kepala Disbud Surakarta Agus Santoso mengatakan, untuk mendukung bergulirnya kembali aktivitas kesenian di Surakarta, pihaknya menggelar sejumlah kegiatan seni, baik festival maupun pentas. Beberapa kegiatan itu misalnya Festival Dalang Cilik pada 23-24 Februari 2021 serta pentas seni tari Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran pada 20 Februari 2021.
Untuk memenuhi protokol kesehatan, kegiatan-kegiatan seni itu digelar secara daring sehingga masyarakat tidak diperkenankan hadir di lokasi. Para pencinta seni bisa menikmati acara-acara tersebut secara langsung melalui kanal Youtube.
Untuk memenuhi protokol kesehatan, kegiatan-kegiatan seni itu digelar secara daring sehingga masyarakat tidak diperkenankan hadir di lokasi. Para pencinta seni bisa menikmati acara-acara tersebut secara langsung melalui kanal Youtube.
Agus menyebut, penyelenggaraan kegiatan-kegiatan seni itu juga untuk membantu para pelaku seni di Surakarta. Mereka yang terlibat akan mendapat honor. ”Dengan kegiatan itu, ada (honor) yang bisa didapatkan mereka,” tuturnya.
Selain itu, untuk mendorong pelestarian seni tradisi, Disbud Surakarta juga melanjutkan pemberian hibah gamelan kepada kelurahan dan SMP di Surakarta. Menurut Agus, sampai sekarang, ada 16 kelurahan dari total 54 kelurahan di Surakarta yang sudah menerima hibah gamelan. Sementara itu, jumlah SMP yang telah menerima hibah gamelan sebanyak sembilan sekolah.
Baca juga: Mengalihkan Candu Gawai ke Karawitan
Agus menyatakan, pada 2020, Disbud Surakarta tidak memberikan hibah gamelan karena anggarannya dialihkan untuk penanganan Covid-19. Sementara itu, pada tahun ini, Disbud Surakarta akan memberikan hibah tiga set gamelan.
”Kami berharap, gamelan itu bisa dimanfaatkan sehingga ada kegiatan rutin berlatih gamelan setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali. Anak-anak dan remaja juga harus dilibatkan dalam latihan gamelan,” ungkap Agus.
Setelah nyaris setahun penghidupannya tergulung pandemi, para seniman di Surakarta mulai mencoba merangkak lagi. Adaptasi mau tak mau jadi gaman pamungkas baik dalam kreativitas pun agar tetap bisa berpentas.