Summarecon Semakin Gencar Melebarkan Sayap di Makassar
Berbekal kesuksesan penjualan di Pulau Jawa, PT Summarecon Agung Tbk kini semakin gencar mengembangkan proyek hunian di Makassar, Sulawesi Selatan. Proyek Summarecon Mutiara Makassar dibangun di lahan seluas 450 hektar.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Setelah meluncurkan dua kluster, Jade dan Beryl Residence, PT Summarecon Agung Tbk semakin percaya diri merambah pasar properti di Makassar, Sulawesi Selatan. Pasca-memasarkan kluster Blue Crystal Residence tahap pertama pada masa pandemi Covid-19, Summarecon akan meluncurkan kembali pembangunan tahap kedua pada April mendatang.
Sharif Benyamin, Director PT Summarecon Agung Tbk, dalam media gathering Summarecon Mutiara Project Outlook 2021, yang digelar secara virtual di Makassar, Rabu (3/3/2021), mengatakan, hingga saat ini, proses pembangunan kluster Blue Crystal Residence tahap pertama masih terus berlanjut di tengah penyebaran virus Covid-19. Tentunya proses pembangunan secara ekstra menekankan protokol kesehatan secara ketat.
Pembangunan kluster Blue Crystal Residence tahap pertama mencapai 145 unit, sedangkan tahap kedua didesain untuk 115 unit. Namun, seluruh unit ini dipastikan tidak akan dapat memperoleh relaksasi insentif yang disediakan pemerintah karena proses pembangunan hingga serah terima unit membutuhkan waktu selama dua tahun.
Benyamin sempat menjelaskan konsep rumah taman berdesain tropis kontemporer Blue Crystal Residence. Summarecon memercayakan desainnya kepada arsitek I Gusti Ngurah Biantara.
Menurut Benyamin, kehadiran Summarecon di Kota Makassar ini boleh dikatakan belum terlalu lama dibandingkan dengan keberadaan proyek-proyeknya di Pulau Jawa. Sebagai pemain baru di Sulawesi, proyek Summarecon Mutiara Makassar (SMM) dibangun di atas lahan 450 hektar.
Peluncuran perdana terhadap kluster Jade dan Beryl Residence dilakukan pada November 2018. Proses pembangunan yang memakan waktu sekitar dua tahun sempat dihadang kebijakan pembatasan sosial berskala besar akibat penyebaran Covid-19.
”Ya, mau enggak mau pembangunan dilaksanakan dengan protokol kesehatan secara ketat terhadap para pekerja bangunannya. Kami menyebutnya isolasi sehat karena pekerja tidak diizinkan keluar area lokasi pembangunan, tetapi juga mendisiplinkan protokol kesehatan. Hasilnya, sejauh ini masih zero tolerance,” ujar Benyamin.
Menurut Benyamin, pada 2021, Summarecon akan terus berinovasi dengan membangun beragam fasilitas dalam rangka mewujudkan Summarecon Mutiara Makassar sebagai New City, New Opportunity.
Akhir 2020, SMM telah melaksanakan serah terima rumah kluster Jade dan Beryl Residence kepada konsumen. Serah terima unit ini lebih cepat dari jadwal seharusnya. Selain kualitas bangunan, pengembang juga sudah menyiapkan instalasi tambahan kelengkapan unit rumah, seperti jaringan pipa dan kabel AC, jaringan pipa air panas, serta tangki air toren.
Bukan membangun mal
Mencermati kebutuhan akan fasilitas umum yang sehat bagi para penghuninya, Summarecon tidak memiliki rencana membangun mal atau gedung pusat perbelanjaan, tetapi area terbuka yang dinamakan De Terrace Culinary Park. ”Ini dibangun sebuah lifestyle area yang didesain oleh arsitek ternama Ir Sofian Sibarani dari Urban+ sebagai pemenang desain ibu kota negara baru Indonesia,” kata Benyamin.
De Terrace dibangun di atas lahan seluas 11 hektar yang berlokasi di gerbang utama SMM. De Terrace ini akan menjadi ikon terbaru yang menggabungkan pusat kuliner, lifestyle, kreativitas, dan bisnis di dalam satu area. Konsepnya mengedepankan outdoor, menyesuaikan kebutuhan konsumen di masa datang.
Selain itu, fasilitas terbaru yang akan dibangun dan dikembangkan pada 2021, antara lain, Sekolah Islam Al Azhar. Begitu optimistisnya penyelesaian pembangunan sekolah ini, pendaftaran murid baru untuk jenjang sekolah dasar pun siap dilakukan pada Agustus 2021 untuk tahun ajaran 2022-2023.
Dengan berbagai kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong tumbuhnya sektor properti, Summarecon Mutiara Makassar optimistis bahwa 2021 akan menjadi tahun kebangkitan properti kendati kondisi masih di tengah pandemi. ”Salah satu kunci dari kesuksesan Summarecon adalah inovasi berkelanjutan yang konsisten dilakukan,” ujar Benyamin.
Penjualan properti Summarecon Group pun disebutkan masih berjalan cukup baik. Akhir 2020, satu yang menjadi catatan penjualan Summarecon adalah proyek terbaru Summarecon Bogor. Dari tiga kluster dengan menyasar kelas yang berbeda-beda, penjualan sebanyak 600 unit dengan harga mulai Rp 1,3 miliar hingga Rp 5,9 miliar berhasil terjual habis.
”Hal ini diharapkan bisa menjadikan sebuah pergerakan positif akan kondisi properti di Tanah Air,” ujar Benyamin.
Sementara itu, pihak Summarecon mengaku sejauh ini tidak memiliki stok rumah siap huni yang bisa memperoleh peluang insentif dari pemerintah. Karena itu, Summarecon memastikan tidak bisa ikut menikmati adanya kebijakan uang muka atau down payment 0 persen dan pembebasan beban Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
”Sebetulnya, dengan kebijakan BI Rate 3,5 persen, DP 0 persen, dan pembebasan PPN, pemerintah sudah memberikan sinyal yang bagus. Sayangnya, kami tidak bisa ikut menikmati karena kami tidak memiliki rumah ready stock,” ujar Benyamin.
Secara terpisah, pengamat properti Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch, mengatakan, apabila fokus pemerintah terkait pemberian insentif PPN dan DP 0 persen saat ini hanya untuk menghabiskan stok rumah, hal itu dirasa kurang tepat. Yang harus difokuskan pemerintah adalah potensi daya beli yang besar di masyarakat menengah untuk membeli rumah baru dan tidak dibatasi hanya untuk rumah ready stock.
”Kebijakan yang seharusnya luar biasa ini menjadi kontraproduktif karena ada aturan ready stock. Fokus pemerintah seharusnya memperbesar pasar, bukan hanya untuk menghabiskan stok rumah. Paling tidak, ada patokan standar progres bangunan sampai batas akhir periode relaksasi dan tidak harus ready stock,” ucap Ali.