Meski Masih Pandemi, Liburan Akhir Tahun ke Luar Kota Tetap Diminati
Meski di tengah pandemi, sebagian warga berencana liburan ke luar kota pada masa libur akhir tahun. Rencana warga yang ingin berlibur menjadi angin segar bagi pelaku industri pariwisata, termasuk sektor perhotelan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski pandemi Covid-19 belum teratasi setidaknya hingga tahun depan, masih ada sebagian warga yang tetap menyatakan minat berlibur ke luar kota pada akhir tahun nanti. Kendati belum pasti, bagi sebagian pelaku dunia pariwisata, keinginan warga yang berencana liburan pada akhir tahun tetap jadi angin segar.
Karyawan swasta di Tangerang Selatan, Gina Mardani (24), memilih liburan ke Yogyakarta pekan ini. Ia libur lebih awal guna menghindari peak season yang diyakini akan ramai oleh wisatawan. Ia ingin menghindari potensi terpapar Covid-19.
”Risikonya tinggi jika berangkat (liburan) di akhir tahun. Penyebaran virus (korona baru) jadi pertimbangan utama saya. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bagi saya untuk liburan lagi di akhir tahun. Jika kondisi memungkinkan, saya berencana pergi ke Bangka Belitung, Palembang, atau Jambi,” kata Gina, Jumat (20/11/2020).
Mahasiswa dan pegiat media sosial di Malang, Jawa Timur, Anisa Nurfa (19), membatalkan sejumlah rencana liburan yang ia susun sebelum pandemi. Seharusnya, sebulan sekali ia mengunjungi destinasi wisata untuk konten media sosialnya. Rencana itu diganti dengan berwisata di dalam kota dan kota sebelah.
”Sebenarnya saya ada rencana mengunjungi Bali atau Yogyakarta, tetapi lihat kondisi (pandemi) ke depan. Jika tidak memungkinkan, mungkin rencana berlibur ditunda hingga tahun depan,” kata Anisa.
Bantu pariwisata
Warga Jakarta, Arif Budiman (38), berencana pergi ke Yogyakarta bersama beberapa teman bulan Desember nanti. Ia berpikir untuk berangkat dengan kereta api, menginap di hotel, lalu mengunjungi sejumlah tempat wisata, seperti pantai, goa, dan candi. Sebelumnya, ia telah mengumpulkan informasi tentang berwisata kala pandemi di grup backpacker Facebook.
Menurut dia, liburan di masa pandemi Covid-19 tidak sepenuhnya buruk. Berlibur dinilai sama dengan membantu industri pariwisata bangkit dari pandemi Covid-19. Berwisata pun kini didukung oleh kemudahan mengurus dokumen dan penegakan protokol kesehatan di transportasi publik, hotel, serta destinasi wisata.
”Sekarang saya cukup menyediakan hasil tes cepat jika ingin bepergian. Tes itu pun kini harganya terjangkau,” kata Arif. ”Jika batal pergi, saya akan berlibur di dalam kota saja, lalu membuat konten tentang suasana Natal dan Tahun Baru di Jakarta selama pandemi. Itu akan diunggah di kanal Youtube saya.”
Libur panjang akan terjadi pada Desember 2020. Libur bulan depan sekaligus jadi libur pengganti Idul Fitri lalu yang digeser pemerintah demi mencegah penyebaran Covid-19.
Libur panjang dan perhotelan
Selain Desember 2020, ada tiga masa libur panjang yang terjadi, yakni Mei, Agustus, dan Oktober 2020. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani mengatakan, libur panjang berdampak positif bagi industri perhotelan. Okupansi kamar hotel saat itu mencapai 50-80 persen.
”Okupansi kamar hotel membaik. Tetapi, itu hanya terjadi bagi hotel di destinasi wisata. Okupansi hotel di kota besar tidak terpengaruh walau ada libur panjang. Tingkat okupansinya di bawah 30 persen. Setelah libur panjang selesai, okupansi kamar hotel kembali drop,” kata Hariyadi.
Sekarang saya cukup menyediakan hasil tes cepat jika ingin bepergian. Tes itu pun kini harganya terjangkau.
Ia menambahkan, libur akhir tahun akan lebih panjang dibandingkan long weekend pada bulan-bulan sebelumnya. Hal tersebut membuat masyarakat bisa mempersiapkan rencana liburan dengan lebih baik, termasuk menyiapkan dokumen perjalanan hingga tes kesehatan. Tradisi mengunjungi keluarga pun diyakini memicu gelombang wisata domestik.
Perhotelan dinilai telah siap menghadapi wisatawan domestik saat musim libur nanti. Protokol kesehatan sudah disiapkan dan dijalankan selama pandemi.
Kendati demikian, kesempatan industri perhotelan untuk pulih pada libur akhir tahun belum pasti. Ini karena pemerintah mengeluarkan wacana untuk meniadakan libur panjang akhir tahun jika kasus Covid-19 terus meningkat.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya mengatakan, libur akhir tahun bisa ditiadakan. Ini merupakan konsekuensi apabila publik tidak patuh protokol kesehatan.
”Saya berharap pemerintah konsisten mendisiplinkan pihak yang bandel. Kami sudah mengikuti dan patuh pada aturan pemerintah selama sembilan bulan terakhir. Namun, pemerintah seakan tidak berdaya saat ada kerumunan beberapa waktu lalu. Jangan sampai usaha sembilan bulan jadi sia-sia. Libur panjang ini adalah kesempatan bagi perhotelan (untuk pulih),” kata Hariyadi.