Potensi pangan lokal dinilai masih belum banyak dieksplorasi, khususnya oleh anak muda. Mengenalkan pangan lokal kepada anak muda bisa dimulai dari hal sederhana.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ragam potensi pangan lokal dinilai belum dikenal luas oleh masyarakat. Pengolahan pangan lokal pun masih belum optimal. Anak muda diajak untuk mengenal potensi itu sambil bereksplorasi.
Gagasan tersebut mengemuka dalam seminar virtual bertajuk ”Get to Know Local and Traditional Food”, Jumat (16/10/2020). Project Manager Peduli Pangan Dede Rina mengatakan, Indonesia kaya akan potensi pangan lokal yang belum diolah optimal.
Peduli Pangan adalah gerakan sukarelawan yang membantu masyarakat mendapat pasokan makanan. Menurut dia, pengolahan pangan bisa optimal jika publik bisa mengkreasikan satu bahan pangan menjadi beragam produk.
”Potensi pangan kita sangat beragam karena tiap daerah punya potensi masing-masing. Tetapi, pangan kita masih diolah sebagaimana adanya, misalnya umbi-umbian direbus saja. Kita perlu mengembangkan hasil pertanian menjadi produk bernilai ekonomi. Ini bisa dilakukan dengan branding yang baik dan bantuan teknologi,” kata Rina.
Anak muda dinilai punya peran penting dalam pengembangan pangan lokal. Menurut dia, kini ada anak-anak muda yang menggali potensi pangan dan mengolahnya menjadi produk lain. Anak muda pun bisa berperan dengan belajar menggunakan pangan lokal.
Anak-anak muda yang menjadi sukarelawan Peduli Pangan belajar cara meracik bahan pangan dan rempah di dapur umum. Bahan pangan dan rempah didapat dari petani lokal. Adapun makanan yang dibuat dibagikan kepada masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
Hingga kini ada empat dapur umum yang tersebar di Penjaringan (Jakarta Utara), Cilincing (Jakarta Utara), dan Jatinegara (Jakarta Timur). Dapur umum menghasilkan 1.000 porsi makanan per hari. Ada 69.000 porsi makanan yang telah dibagikan sejak dapur umum beroperasi.
”Makanan yang dibuat menyesuaikan dengan bahan pangan yang tersedia di petani. Rempahnya juga kami ambil dari petani sesuai harga pasar. Selain membantu masyarakat, ini juga membantu petani yang hendak menjual hasil panen,” kata Rina.
Penyerapan hasil panen petani menjadi isu saat pandemi. Harga sejumlah komoditas pangan anjlok karena permintaan lesu. Salah satu indikator lesunya permintaan tampak dari nilai tukar petani (NTP) yang turun beberapa bulan ini.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), NTP pada Januari 2020 adalah 104,16 dan merosot menjadi 99,47 pada Mei 2020. Ini sejalan dengan turunnya indeks harga yang diterima petani. Adapun NTP di bawah 100 menunjukkan pendapatan petani lebih rendah dibandingkan biaya kebutuhannya (Kompas, 24/6/2020).
Untuk membantu petani, anak muda di perkotaan diajak membeli bahan pangan dari petani lokal. Pembelian bisa memanfaatkan aplikasi penyedia bahan pangan di gawai. Ada sejumlah pengembang aplikasi yang bekerja sama dengan petani lokal.
Survei McKinsey & Company berjudul ”Implications of Covid-19 for Retail and Consumer Goods in Indonesia” menyatakan, 58 persen konsumen Indonesia meningkatkan pengeluaran untuk pangan segar saat pandemi dibandingkan sebelumnya. Menurut Ketua Komisi Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Karen Tambayong, peluang pasar itu membuat anak muda menyerap buah dan sayur segar dari petani. Sayur dan buah itu kemudian dijual kepada konsumen secara daring (Kompas, 10/8/2020).
Menurut National Director of International Association of Students in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia Brigita Sidharta, penting bagi anak muda mengenal ragam pangan lokal. Hari Pangan Sedunia yang jatuh hari ini dinilai sebagai momentum untuk mengeksplorasi bahan pangan.
Mengenal ragam pangan, menurut Brigita, sama dengan memberi kesempatan kepada petani untuk melakukan polikultur atau pertanaman campuran. Sistem itu menjamin ketersediaan beragam pangan secara berkelanjutan.
”Saya berencana mengurangi konsumsi nasi agar bisa mencoba sumber karbohidrat lain, misalnya umbi-umbian. Kita bisa mulai dari gerakan kecil, lalu ajak orang lain bereksplorasi. Sebagai anak muda, kita bisa suarakan gerakan ini di media sosial,” ujar Brigita.
Dalam kesempatan yang sama, koki Rayhan Dhira mengatakan, makanan Nusantara punya potensi besar, bahkan diminati warga internasional. Ia mencontohkan, tempe digemari warga Perancis, sedangkan sambal terasi dijadikan saus daging barbeku di AS.
Adapun pangan lokal mengandung gizi yang baik bagi tubuh. Ragam pangan lokal dapat memenuhi kebutuhan gizi harian masyarakat. Pemenuhan gizi penting untuk daya tahan tubuh, terutama saat pandemi Covid-19.
”Kunci menjaga daya tahan tubuh adalah gizi seimbang dan cukup, baik karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein. Karbohidrat bisa memanfaatkan nasi, singkong, atau ubi. Konsumsi sayur bisa divariasikan, jangan hanya makan satu sayur setiap hari. Kita bisa konsumsi bahan yang ada di sekitar kita, buncis, wortel, sawi, dan lainnya,” kata Rayhan.