Teruslah bergerak sepanjang hidup Anda. Olahraga teratur berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan. Di saat PSBB yang diperketat saat ini, kesumpekan karena bekerja dari rumah bisa dikurangi dengan beraktivitas fisik.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Olahraga tak hanya untuk menjaga kesehatan, tetapi juga bisa membantu tetap fokus dalam bekerja. Di saat pembatasan sosial berskala besar yang diperketat saat ini, kesumpekan karena bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 pun bisa hilang dengan rutin berolahraga.
Di bawah terik matahari langit Jakarta, Kamis (17/9/2020), Agung Supriadi (42) baru saja menyelesaikan lari selama 2 jam. Dia rutin mengunjungi Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dua kali seminggu. Kebetulan, dia hanya diwajibkan masuk kantor dua minggu sekali selama PSBB secara ketat. Oleh sebab itu, dia bisa memakai sedikit waktu untuk mengeluarkan peluh dan berjemur di hari kerja.
”Di tengah pandemi Covid-19, olahraga jadi berfungsi ganda: untuk menjaga kesehatan utamanya dan untuk mengurangi stres juga. Saya kebetulan bekerja sebagai sales. Jadi, olahraga di ruang terbuka dengan pasokan oksigen yang banyak seperti ini bisa bikin segar dan mengurangi tekanan kerjaan,” ujarnya ketika ditemu di Kompleks Gelora Bung Karno.
Karena bekerja dari rumah, dia lebih banyak duduk sembari mengikuti rapat yang digelar secara daring. Dia khawatir terlalu banyak duduk bisa membahayakan kesehatan apabila tak diimbangi dengan olahraga teratur. Apalagi, usianya sudah memasuki kepala empat.
Agus merasakan dampak olahraga terhadap kesehatan. Selama setahun terakhir, dia tak pernah berhubungan dengan rumah sakit. Bahkan, sakit ringan, seperti flu, saja tidak pernah. ”Ini beda dengan masa ketika olahraga belum menjadi rutinitas saya. Tubuhku menjadi rentan dan mudah sakit,” ujar pria yang hobi bermain bulu tangkis dan tenis ini.
Di Tangerang Selatan, Banten, penulis Adhi Kusumaputra (56) pun rutin berenang. Dalam rentang Mei-September, Adhi menggarap dua buku biografi. Di saat bersamaan, dia rutin berenang selama tiga kali seminggu.
Ketika berolahraga, Adhi selalu punya target. Dia menentukan berapa jarak tempuh setiap berenang. Hari ini, Adhi bisa menempuh jarak 1,9 kilometer dengan berenang tanpa henti selama 79 menit.
Target membuat Adhi menjadi lebih fokus. Untuk mencapai target, dia harus bisa mengatur napas. Ini mirip dengan mengatur ritme kerja ketika dia menggarap dua buku biografi selama empat bulan ini. Satu buku sudah naik cetak, yang satunya lagi sedang penyusunan tata letak.
Untuk menulis dua buku itu, Adhi harus mewawancarai 120 orang melalui daring. Dia memulai aktivitas menulis ketika dini hari. Dia baru akan berhenti jika pikiran mulai lelah. Di saat itu, dia menyegarkan pikiran dengan menonton film India selama setengah jam. Setelah itu, menulis lagi.
”Di saat bersamaan, saya masih bisa menjaga rutinitas olahraga. Kunci agar semua kegiatan bisa sukses adalah kita harus fokus dan menikmati. Dua hal itu harus kita lakukan. Kalau ogah-ogahan, enggak bakal ada yang jadi,” ujar penulis biografi legenda pebulu tangkis Indonesia Liem Swie King (Panggil Aku King, 2009) ini.
Assistant Professor Physiotherapy Trinity College Dublin, Julie Broderick, dalam laman Theconversation.com menjelaskan, olahraga untuk kebugaran tubuh harus disesuaikan dengan usia. Pada masa kecil dan remaja, olahraga bertujuan untuk mengontrol berat badan, membangun tulang yang sehat, serta membangun pola tidur sehat. Bentuk aktivitasnya, antara lain, berenang, menendang bola, dan olahraga beregu.
Memasuki usia 20-an, lanjut Julie, manusia memasuki puncak kebugaran. Olahraga, seperti mendayung, bisa membangun massa otot dan kepadatan tulang serta mempertahankan kekuatan otot dan tulang pada tahun-tahun berikutnya.
Beranjak ke usia 30-an, olahraga menjadi kian penting karena di usia ini orang mulai bekerja. Di sisi lain, ada pula yang sudah memulai hidup baru dengan menikah. Olahraga menjadi penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan jantung untuk memperlampat penurunan kemampuan fisik.
”Jika Anda memiliki pekerjaan kantoran yang membuat Anda banyak duduk, pastikan jaga postur duduk yang baik dan selingi waktu Anda duduk. Anda bisa mencetak dokumen di ruangan berbeda, menggunakan tangga untuk ke kamar mandi di lantai berbeda, atau berdiri ketika mengangkat telepon. Hal-hal ini memastikan Anda agar bergerak setiap setengah jam sekali,” tulis Julie.
Selanjutnya, usia 40-an adalah keadaan lemak mulai menumpuk dan berat badan bertambah. Julie menganjutkan agar orang usia 40-an melakukan latihan ketahanan, seperti angkat beban, untuk mengoptimalkan pembakaran kalori.
Sementara itu, lanjutnya, penyakit mulai bermunculan tatkala orang berusia 50-an. Risiko serangan jantung meningkat. Orang dengan usia 50-an harus memperbanyak gerak fisik, seperti berjalan, untuk meningkatkan laju pernapasan dan mengeluarkan keringat.
Kemudian memasuki usia 60-an, manusia punya kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik. Jika ingin sehat, kecenderungan ini harus dilawan dengan tetap aktif secara fisik. Salah satu kegiatannya adalah menari. Sementara di usia 70-an, olahraga sangat bermanfaat untuk menjaga fungsi kognitif. ”Pesan utamanya, teruslah bergerak sepanjang hidup Anda. Olahraga teratur berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan Anda,” ujar Julie.