Es Krim Masa Kini, Mulai Stracciatella hingga Daun Kelor
Kreativitas kuliner tak terbatas pada rasa konvensional semata. Pembuat es krim dengan jeli memancing penasaran konsumennya dengan meracik aneka varian rasa yang unik.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Rasa es krim semakin variatif tak hanya dijual di restoran yang menyajikan hidangan Barat, tetapi juga kota kecil. Menu yang asing, seperti stracciatella dan genmaicha, hingga tak lazim seumpama daun kelor, menggelitik konsumen untuk mencicipinya.
Andry Susanto, pendiri dan pemilik Oma Elly di Jakarta, Sabtu (5/9/2020), mengatakan, di restorannya yang menjual makanan secara daring tersedia es krim dengan menu, seperti stracciatella, genmaicha, dan hazelnut coffee. Menu itu disebut gelato atau es krim khas Italia.
Sajian itu termasuk es krim dairy (terbuat dari produk susu sapi). Genmaicha selain unik karena keotentikan teh hijau yang kuat dipadu beras cokelat panggang, juga bertekstur lembut. Sementara, stracciatella yang berwarna putih terasa manis dengan selingan keping-keping coklat.
Demikian pula hazelnut coffee yang bertaburkan biji kopi dan kacang, es krim itu pun lumat ketika dikulum. Rasa gelato lain yang tak biasa, yakni olive oil dan bacio. ”Saya juga membuat es krim nabati untuk mereka yang intoleransi laktosa, vegan, dan vegetarian,” katanya.
Mereka diberi opsi dengan orisinalitas rasa dalam bentuk es krim. Kreasi Andry yang serupa, yakni sorbet dengan andalan rasa buah-buahan, seperti pir dan melon. Ia tak mau menggunakan bermacam-macam bahan hingga konsumen tak bisa mengecap rasa utama sorbet.
Ciri es krim difokuskan lalu dibuat selezat mungkin. Andry mencoba-coba mempurifikasi rasa berbagai buah. Ia malah terpikirkan rasa buah yang sudah sedap tetapi banyak pembuat es krim malah menambahkan susu. Cita rasa bisa berbeda dengan susu tetapi tak mesti ditambahkan.
”Enggak ada alasan pasti. Kalau melon enak, buat apa dicampur susu. Sorbet melon bisa dibikin enak banget. Saya saja kaget,” ucapnya. Andry yang juga membuat rasa kopi, termasuk espresso, itu tak pernah menolak pesanan es krim dengan kapasitas produksi hingga 150 liter per hari.
Yuyun Trihandini (39) menjual es krim daun kelor di Kelurahan Mojoroto, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. ”Sebelumnya, saya bikin produk olahan cokelat. Baru sejak awal Agustus lalu saya bikin es krim daun kelor,” katanya.
Selain daun kelor, ia menggunakan susu sapi, krimer, dan gula. Yuyun membuat es krim itu karena beragam faedah daun kelor. ”Saya juga merasakan manfaat daun kelor setelah melahirkan saat harus menyusui. Di rumah, ada tanaman kelor yang saya bikin sayur,” ucapnya.
Beberapa tahun lalu, salah satu kedai mentereng di Jakarta menawarkan gelato udang saos padang. Rasa itu cukup mengejutkan karena ternyata bisa diterima lidah. Sayangnya, saat ini sepertinya varian rasa itu sedang tidak tersedia.