Terapkan Protokol Ketat Kesehatan, Toyota Siap Menyambut Kenormalan Baru
Menghadapi kenormalan baru, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia menegaskan bahwa protokol kesehatan dijalani secara ketat dalam setiap aktivitas perusahaan.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjaga kepercayaan pelanggan dan menerapkan protokol kesehatan dalam kegiatan produksi hingga distribusi kendaraan menjadi strategi perusahan dalam memulihkan industri otomotif. Menghadapi kenormalan baru, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia menegaskan bahwa protokol kesehatan dijalani secara ketat dalam setiap aktivitas perusahaan.
Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan, perusahaannya menerapkan sejumlah aturan untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan secara maksimal. ”Kami rasa, setiap industri sedang mempersiapkan diri, termasuk industri otomotif. Penerapan protokol kesehatan memang belum bisa 100 persen, tetapi pelan-pelan kami menuju ke sana agar pada saatnya recovery atau begitu musim semi tiba, semua sudah siap,” kata disampaikan saat Kompas Talks di platform Instagram (IG) Live, Kamis (23/7/2020).
Warih menjelaskan, beberapa aturan khas terkait protokol kesehatan yang diterapkan perusahaan ini, yaitu deklarasi kondisi kesehatan yang dilakukan oleh karyawan. Selain itu, setiap karyawan menggunakan aplikasi khusus untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain.
Aplikasi itu juga dipakai agar pemimpin perusahaan dapat memastikan protokol kesehatan diterapkan secara maksimal. ”Kadang-kadang kita ingin menjaga jarak fisik, tetapi fasilitas di lapangan tidak memungkinkan. Nah, aplikasi ini dipakai untuk memastikan fasilitas apa yang harus dibenahi,” ujar Warih.
Menurut Warih, penerapan protokol kesehatan ini sangat penting agar kegiatan-kegiatan perusahaan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu, penerapan protokol kesehatan dapat membangun kepercayaan pelanggan, terutama yang berasal dari dunia internasional.
Toyota di Indonesia diwakili oleh dua anak perusahaan, yaitu PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan PT Toyota Astra Motor (TAM). Sebagai anak perusahaan dari Toyota Motor Corporation yang berpusat di Jepang, TMMIN berperan sebagai produsen dan pengekspor produk dan suku cadang Toyota, sedangkan TAM berperan sebagai agen pemegang merek, importir dan distributor produk Toyota.
Peranan penting
Selama lebih dari empat dekade, TMMIN memiliki peranan penting dalam perkembangan industri otomotif di Indonesia serta membuka peluang kerja bagi industri pendukungnya. Pada 2019, perusahaan ini memproduksi sekitar 171.500 kendaraan, dan lebih dari 213.000 mesin, dan mempekerjakan 7.800 karyawan.
Sejak pertama kali berdiri, TMMIN telah berhasil menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia yang berlokasi di Indonesia. Perusahaan ini mengekspor CBU, komponen, perangkat servis ke lebih dari 80 negara. Saat ini, TMMIN memiliki lima pabrik kelas dunia yang beroperasi di Sunter dan Karawang.
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian di berbagai sektor, termasuk otomotif. Berdasarkan Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil dari pabrikan ke dealer (wholesales) sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 berjumlah 260.933 unit, atau turun 46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 483.648 unit.
Adapun penjualan dari dealer ke konsumen (ritel) hanya 290.597 unit atau turun 42,1 persen dari 501.708 unit pada 2019. Target penjualan mobil untuk 2020 ini telah dikoreksi dari semula 1,05 juta unit menjadi hanya 600.000 unit. Dengan demikian, penjualan wholesales pada paruh tahun ini baru mencapai 43,5 persen target.
Warih menjelaskan, sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, permintaan kendaraan memang menurun drastis. Penurunan terbesar terjadi pada April dan Mei. Penurunan permintaan ini memengaruhi manajemen rantai pasok (supply chain management) dari hulu sampai hilir. Akibatnya dirasakan oleh 500 pemasok yang bekerja sama dengan Toyota. ”Kalau dihitung total ada sekitar 300.000 karyawan. Dampak terbesar dirasakan oleh mereka,” jelasnya.
Dengan produksi yang tidak bisa berjalan sesuai harapan, Warih menegaskan ini menjadi momentum untuk perbaikan sistem kerja dan pengaturan penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan perusahaan. Ada tiga aturan penting yang dijalani, yaitu memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggan. Kedua, menjalani aturan pemerintah semaksimal mungkin. Ketiga, menjaga reputasi sebagai produsen dan pengekspor produk dan suku cadang Toyota.
Dengan strategi ini, diharapkan produksi kendaraan bisa membaik pada kuartal III-2020. Kemudian pada kuartal keempat diharapkan mulai mendekati produksi penuh. ”Kalau ditanya kapan produksi penuhnya, saya belum bisa menjawab. Membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk kembali pulih. Setiap sektor industri sedang mempersiapkan diri menghadapi kenormalan baru. Kami percaya, pada saat musim semi tiba, kami siap,” kata Warih. (DNA)