Lebih Pilih Kebutuhan Pokok, Minat terhadap ”Sneakers” Turun Selama Pandemi Covid-19
Minat publik terhadap sepatu kets atau ”sneakers” turun akibat pandemi. Namun, ”sneakers” langka tetap tidak kehilangan pesona dan nilai jualnya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layaknya industri lain, industri sepatu kets atau sneakers turut terdampak pandemi Covid-19. Minat publik menurun selama beberapa bulan terakhir. Sejumlah merek pun menunda peluncuran produk barunya.
Menurut Chief Executive Officer Kick Avenue—pasar daring untuk sneakers—Christopher Eko, respons konsumen terhadap sneakers keluaran baru menurun selama pandemi. Konsumen yang umumnya berbelanja sepatu untuk mode beralih ke sepatu yang fungsional.
”Selama pembatasan sosial berskala besar, sebagian besar masyarakat punya banyak waktu di rumah untuk eksplorasi kegiatan lain, khususnya olahraga dan hobi. Ini berdampak pada peningkatan permintaan konsumen di segmen running (lari) dan basketball. Begitu pula (permintaan) dari kolektor-kolektor baru sneakers,” kata Christopher melalui keterangan tertulis, Rabu (22/7/2020).
Respons yang menurun terhadap barang mode baru umumnya disebabkan pergeseran kebutuhan konsumen. Publik menjadi lebih fokus berbelanja kebutuhan primer, seperti makanan dan alat kesehatan, dibandingkan kebutuhan sekunder dan tersier.
Faktor lain yang membuat minat publik terhadap sneakers turun, menurut Christopher, ialah tidak banyak jenama yang mengeluarkan produk baru di kanal itu. Untuk diketahui, sejumlah jenama global, misalnya Nike, memutuskan menunda peluncuran sneakers terbaru tahun ini.
Nike berencana meluncurkan sneakers seri Dior X Air Jordan 1 pada April 2020, tetapi ditunda karena pandemi. Sepatu seharga 2.000 dollar AS (setara lebih dari Rp 29 juta) ini akhirnya rilis pada Juli 2020.
”Respons konsumen terhadap produk fashion baru turun dan itu karena memang tidak banyak brand baru meluncurkan produknya di platform kami. Di sisi lain, brand yang menggunakan elemen kreatif-empati masih mendapat perhatian cukup besar dari konsumen. Misalnya, brand yang menyumbang produknya untuk tenaga medis,” kata Christopher.
Nilai jual turun
Nilai jual kembali (resale) sejumlah sneakers menurun secara global beberapa bulan terakhir. Mengutip majalah Vogue, sepatu Off-White X Air Jordan 5 rilis pada Februari 2020 dengan harga jual 224 dollar AS. Nilai jual kembali sepatu tersebut mencapai 1.699 dollar AS pada bulan yang sama.
Nilai itu turun bertahap sejak pandemi Covid-19. Pada akhir Maret 2020, nilai jual kembali Off-White X Air Jordan 5 yang digarap desainer Virgil Abloh ini ialah 653 dollar AS.
Kendati demikian, nilai jual sneakers langka diprediksi tetap bertahan dalam situasi ini. Eddy Lu, Co-Founder Goat Grup, yang menaungi pasar daring sneakers Goat and Flight Club, mengatakan, para penjual sepatu berinvestasi melalui sepatu langka tersebut. Sepatu langka dipahami sebagai barang yang punya nilai dan diapresiasi publik.
”Jelas bahwa lanskap ritel (sneakers) akan berbeda setelah pandemi Covid-19. Ini karena dunia butuh waktu untuk pulih dan agar orang-orang merasa nyaman keluar,” ujar Lu.
Ia juga mengantisipasi perubahan perilaku konsumsi publik ke platform daring secara masif. Itu sebabnya, ia berinvestasi untuk fitur-fitur baru di platformnya. Salah satu fitur itu ialah augmented reality (AR) yang memungkinkan pengguna platform mencoba sneakers secara digital.