Sepeda Seharga Puluhan Juta hingga yang Bekas Kini Laris Manis
"Virus" bersepeda ikut menjalar hingga toko sepeda. Aneka merek sepeda, baik mahal maupun murah, dengan kondisi baru atau bekas, laris diburu orang.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — ”Virus” bersepeda turut berimbas pada toko-toko penjual sepeda baru dan bekas. Toko sepeda di Jakarta dan sekitarnya laris manis di tengah pandemi Covid-19. Tidak pandang bulu, warga memburu sepeda mahal, kelas menengah, hingga yang bekas sekalipun.
Nita, karyawan toko sepeda Bike Station di Sport and Trade Center (STC) Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020), menjelaskan, Bike Station menjual sepeda merek Tyrell buatan Jepang. Untuk saat ini, toko ini hanya menjual aksesori sepeda.
”Dari kemarin stok (sepeda)-nya habis. Saat ini, perusahaan sepeda di Jepang juga membatasi produksi karena pandemi,” katanya, Senin (22/6/2020).
Sepeda Tyrell di toko ini dijual dengan rentang harga Rp 26 juta hingga Rp 42 juta. ”Terakhir itu, kami punya stok sepeda sembilan unit, sudah terjual semua Jumat (19/6),” katanya.
Selain sepeda, penjualan helm dan baju sepeda juga meningkat. Menurut Nita, toko ini menjual sekitar lima helm dan lima baju pada hari normal. Kini, helm dan baju sepeda bisa terjual 10 unit per hari. Harga helm sepeda di toko ini Rp 1,2 juta hingga Rp 5 juta. Sementara harga baju sepeda dimulai dari Rp 800.000 hingga Rp 5 juta.
Pada Senin sekitar pukul 10.50 di STC, sebagian toko sepeda masih tutup. Beberapa pesepeda menunggu di depan toko, salah satunya Tony (27). Karyawan bank ini ingin memperbaiki sepeda lipat miliknya. Sepeda berkelir perak itu baru ia beli awal bulan ini seharga Rp 7,9 juta.
”Ketika digowes ada bunyi krek krek krekgitu pada gir. Makanya aku bawa lagi ke sini,” ujar warga Bekasi, Jawa Barat, ini. Beberapa toko sepeda STC memang memberikan layanan purnajual.
Kelas menengah
Di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, toko sepeda milik Ijan (49) dipenuhi pelanggan. Ijan menjual sepeda dengan rentang harga Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.
Menurut dia, sepeda yang paling banyak dicari adalah sepeda gunung dan sepeda lipat. ”Alhamdulillah. Sepertinya semua toko sepeda di Jakarta sedang ketiban rezeki,” katanya.
Di hari biasa, Ijan menjual lima sepeda per hari. Kini, ia bisa menjual 10 sepeda. Bahkan, di akhir pekan lalu, 25 unit sepeda ludes terjual sehari. ”Kalau sekarang, merek nggak jelas saja laku,” katanya.
Dia menjelaskan, tingginya permintaan membuat harga sepeda terkerek. Ijan menduga perusahaan menahan produksi. ”Pas ditanya, barangnya nggak ada. Terus seminggu kemudian, barangnya tersedia dengan harga melejit,” katanya.
Di hari biasa, Ijan menjual lima sepeda per hari. Kini, ia bisa menjual 10 sepeda. Bahkan, di akhir pekan lalu, 25 unit sepeda ludes terjual sehari.
Ia mencontohkan sepeda gunung merek Genio. Sebelum pandemi Covid-19, ia menjual sepeda itu seharga Rp 1,5 juta. Kini, ia menjual sepeda itu seharga Rp 2,75 juta. ”Kalau ada pabrik yang menjual sepeda ini seharga Rp 2 juta sekarang, sambil merem saja akan saya ambil. Nggak akan ditawar-tawar lagi,” ujarnya.
Di Depok, Jawa Barat, penjual sepeda bekas daring Satrio Nusantoro melaporkan tren kenaikan penjualan sepeda bekas. Menurut dia, ulasan sepeda sebagai sarana transportasi di tengah pandemi Covid-19 membuat warga menyerbu lapak daring miliknya.
”Semalam, aku pasang penjualan sepeda lipat di marketplace. Baru tiga menit, sudah ada 72 pesan Whatsapp masuk untuk menanyakan sepeda itu,” katanya, ketika dihubungi dari Jakarta.
Kini, pria yang sudah dua tahun menjual sepeda bekas ini bisa menjual lima sepeda bekas per hari. Dari setiap transaksi, ia mendapat laba maksimal Rp 300.000.
Dia menargetkan segmen pasar kelas menengah ke bawah, dengan kisaran harga Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta. Sepeda bekas yang ia beli khusus sepeda orisinal. Ia tidak memperbarui cat sepeda. Dia hanya melakukan perbaikan ringan agar sepeda bisa dipakai lagi dengan garansi satu minggu.
”Ini untuk menjaga kepercayaan konsumen supaya mereka bisa mengetahui kondisi sepeda dengan apa adanya,” kata pria dengan nama lapak daring LOe Bangsat (Lapak Oesaha Bang Satria) ini.