BMW dan Mercedes-Benz Optimistis Pasar Pulih Kembali
Mercedes dan BMW optimistis masih ada peluang berkembang di tengah situasi sulit saat ini. Kedua pabrikan itu juga telah mempersiapkan berbagai langkah untuk merespons kondisi pasar.
Oleh
Dahono Fitrianto
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah ketidakpastian ekonomi dan masa transisi normal baru, dua pabrikan otomotif premium di Tanah Air optimistis pasar otomotif akan segera menggeliat kembali. Dua pabrikan itu, BMW dan Mercedes-Benz, telah mengaktifkan kembali pabrik perakitan mereka di Indonesia dan tetap meluncurkan produk-produk baru sesuai jadwal.
BMW Group Indonesia telah mengaktifkan pabrik perakitan di fasilitas Gaya Motor, di Sunter, Jakarta Utara, sejak 5 Juni 2020, atau setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) fase III di DKI Jakarta diakhiri. Mercedes-Benz Indonesia menyusul dengan mengaktifkan kembali pabrik perakitan mereka di Wanaherang, Kabupaten Bogor, pekan ini.
Direktur Komunikasi BMW Group Indonesia Jodie O’Tania, Rabu (10/6/2020), di Jakarta, mengatakan, produksi BMW mulai secara bertahap, bukan dengan kapasitas penuh. Hal ini mempertimbangkan fase normal baru yang mewajibkan adanya protokol-protokol kesehatan yang harus dipatuhi.
”Kesehatan dan keamanan para pekerja juga menjadi prioritas kami di saat-saat seperti ini. Kami menetapkan standar tinggi dari kantor pusat BMW AG di Jerman, sekaligus mengikuti protokol kesehatan setempat,” ujarnya.
Manajer Departemen Hubungan Masyarakat PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia Dennis A Kadaruskan mengemukakan, PT Mercedes-Benz Indonesia telah mengoperasikan pabrik di Wanaherang. Semua aktivitas diler, produksi, ataupun kantor pusat Mercedes-Benz Indonesia pada umumnya akan mengikuti peraturan pemerintah setempat.
”Kami memastikan dapat menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh karyawan, pelanggan, ataupun mitra bisnis kami sebagai prioritas utama sesuai dengan standar Mercedes-Benz dan arahan pemerintah setempat,” katanya.
Mercedes dan BMW optimistis masih ada peluang berkembang di tengah situasi sulit saat ini. Kedua pabrikan itu juga telah mempersiapkan berbagai langkah untuk merespons kondisi pasar.
”Dari tantangan yang ada kami tetap melihat adanya potensi dan kesempatan berkembang, mengingat pelanggan akan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk menggunakan kendaraan pribadi,” ujar Jodie.
Mercedes dan BMW optimistis masih ada peluang berkembang di tengah situasi sulit saat ini. Kedua pabrikan itu juga telah mempersiapkan berbagai langkah untuk merespons kondisi pasar.
Menurut Jodie, BMW Group Indonesia telah melakukan berbagai strategi untuk merespons pasar di normal baru ini, antara lain dengan membangun titik-titik komunikasi dengan pelanggan secara digital. BMW juga untuk pertama kalinya bekerja sama dengan platform e-dagang, yakni Tokopedia, untuk memasarkan mobil-mobilnya.
”Sejauh ini responsnya bagus. BMW Seri 3 Touring yang kami pasarkan secara terbatas di Tokopedia habis terjual,” ujarnya.
Optimisme Mercedes-Benz dan BMW ini juga terlihat dari agresivitas kedua pabrikan itu meluncurkan model-model baru di pasar Tanah Air. Mercedes, misalnya, meluncurkan sedikitnya lima model baru pada awal Maret 2020 dan pekan lalu mulai penjualan Mercedes-Benz GLS, SUV paling mewah pabrikan tersebut.
Kami melihat ketidakpastian perekonomian yang berimbas ke industri otomotif tidak akan berlangsung lama. Tentu saja akan terjadi proses pemulihan sesuai kondisi yang berlaku.
Sementara itu, BMW sejak awal PSBB telah meluncurkan lima model baru secara virtual, yakni BMW Seri 6 GranTurismo, BMW M5, BMW Seri 3 Touring, BMW X6, dan Mini Countryman Blackheath Edition.
”Kami melihat ketidakpastian perekonomian yang berimbas ke industri otomotif tidak akan berlangsung lama. Tentu saja akan terjadi proses pemulihan sesuai kondisi yang berlaku. Melihat situasi ini, kami tentunya mengantisipasi dengan terus menghadirkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen saat ini,” kata Dennis.
Meskipun optismistis pasar otomotif akan pulih, Mercedes dan BMW tetap berharap ada berbagai bentuk dukungan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ini. Dennis berharap berbagai insentif pajak yang telah diberikan pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Covid-19 dapat diperluas ke sejumah lapangan usaha lain.
Perluasan itu termasuk bagi usaha perdagangan besar dan eceran mobil, perdagangan suku cadang dan aksesori mobil, serta usaha reparasi mobil. Selain itu, Dennis berharap pemerintah dapat mempertimbangkan pengurangan atau bahkan pembebasan bea masuk impor komponen otomotif.
”Dari sisi sisi nonfiskal, kami berharap ada relaksasi larangan dan pembatasan (lartas) impor komponen otomotif, seperti velg, kaca pengaman, ban, audio video, besi baja, dan lainnya,” katanya.
Senada dengan itu, Jodie juga berharap pemerintah dapat memberikan stimulus berupa relaksasi pajak dan pengurangan bea masuk impor untuk bahan baku produksi. Proses birokrasi untuk beroperasi kembali diharapkan juga dapat dipermudah agar dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan perekonomian Indonesia pasca-Covid-19 ini.
”Selain itu juga peraturan-peraturan disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini, di mana seharusnya memberikan beragam kemudahan sehingga bisnis dapat kembali pulih seperti semula,” kata Jodie.