Cerdas Memilih ”Coworking Space” di Tengah Covid-19
Sejumlah ”coworking space” masih sepi dari pengunjung meski sudah beroperasi saat PSBB transisi. Masyarakat bisa memilih ”coworking space” yang menjalankan protokol kesehatan ketat agar terjaga kesehatannya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F9cc5fad4-4b4f-4c9c-b0eb-f13dda94dacb_JPG.jpg)
Stiker imbauan pembatasan fisik yang ditempelkan di sejumlah meja ruang kerja bersama (coworking space) Kantorkuu, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah ruang kerja bersama atau coworking space di kawasan Jakarta sudah kembali beroperasi, tetapi masih sepi pengunjung. Masyarakat dianjurkan untuk memilih coworking space yang menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Salah satu coworking space, Kantorkuu, yang berlokasi di Citywalk Sudirman, Jakarta Pusat, tampak sepi, Selasa (9/6/2020) pagi. Sekitar pukul 10.30, hanya terlihat satu pengunjung yang tengah sibuk mengoperasikan laptop sambil menelepon seseorang. Selebihnya, puluhan kursi terlihat kosong.
Baca juga: Restoran dan Kafe Mulai Menggeliat
Setelah tutup sekitar dua bulan karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Kantorkuu mulai beroperasi kembali, Senin (8/6/2020). Akan tetapi, Hub Manager Kantorkuu, Kennylia S Koentoyo, mengatakan bahwa jumlah pelanggan yang datang masih terbatas.
Pengunjung yang datang pada Senin masih di bawah lima orang. Padahal, sebelum PSBB, jumlah pengunjung yang datang per hari berkisar 20-30 orang. ”Masih tetap sepi. Beda jauh dibandingkan masa sebelum PSBB,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fcfa1ab78-f76c-4cac-8625-6b416edadf2f_JPG.jpg)
Dua karyawan Kantorkuu sedang bekerja, Kamis (9/6/2020).
Kennylia menduga, masyarakat masih waswas keluar rumah dan memilih untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah. Pelanggan Kantorkuu kebanyakan dari kalangan pekerja lepas (freelancer). Mereka biasanya datang untuk bekerja atau bertemu dengan rekanan.
”Kebanyakan memang freelancer. Untuk pekerja dan mahasiswa jarang. Tetapi ada saja dari mereka yang datang,” ujarnya.
Beroperasinya kembali Kantorkuu diiringi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pengunjung wajib memakai masker, menggunakan hand sanitizer, dan diimbau untuk mencuci tangan sesering mungkin. Pengelola juga sudah menyiagakan security in-house untuk mengawasi pengunjung.
Baca juga: Mencari Kerja, antara Peluang dan Persaingan
Protokol pembatasan fisik juga dilakukan dengan ketat. Jumlah pengunjung yang duduk dalam satu meja kini dibatasi. Jika sebelumnya dalam satu meja bisa diisi 3-4 orang, kini hanya 2 orang. Selain itu, sekat antara satu pengunjung dan pengunjung lainnya juga diperpanjang jaraknya.
”Tadinya satu meja panjang ini bisa diisi empat orang secara berjajar. Sekarang tiga orang karena kami jauhkan minimal 1 meter,” katanya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Ff230642a-6c38-49c5-bd80-94a5efc2ad04_JPG.jpg)
Jarak antarsekat pada meja Kantorkuu diperpanjang hingga 1 meter lebih, Kamis (9/6/2020).
Dengan pembatasan fisik tersebut, kapasitas pengunjung di Kantorkuu menjadi berkurang. Area coworking yang tadinya bisa ditempati oleh 50 orang kini hanya bisa diisi maksimal 20-25 orang. Sementara itu, untuk area kantor privat yang tadinya diisi 3-5 orang kini hanya diisi 2 orang.
Untuk area kantor privat tersebut, pengunjung biasanya sudah menyewa tempat untuk jangka waktu lama, yakni tiga bulan, enam bulan, hingga satu tahun. Sementara area coworking space, bisa disewa secara harian ataupun jangka panjang.
”Mereka yang waktu sewanya terdampak Covid-19 akan diberikan kompensasi. Tergantung kondisi masing-masing,” kata Kennylia.
Sebagai informasi, bea masuk Kantorkuu untuk sehari sebesar Rp 65.000, sedangkan sebulan Rp 607.000. Pengunjung berhak berada di Kantorkuu selama jam operasional, yakni pukul 09.00-20.00. Mereka juga bebas memilih tempat kerja yang diinginkan.
Baca juga: Mal Dibuka, Penerapan Protokol Kesehatan Jadi Syarat Mutlak
Saat ini, Kantorkuu terus mengampanyekan protokol kesehatan yang diterapkan melalui media sosial. Mereka juga mengirimkan pemberitahuan melalui surel pelanggan. Harapannya agar calon pengunjung kembali tertarik datang ke Kantorkuu. Mereka juga memberikan potongan harga untuk menyambut tatanan kenormalan baru.
”Kami ingin tunjukkan bahwa tempat kami aman. Sudah disemprot disinfektan. Protokol kesehatan lain juga sudah diterapkan,” katanya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh pengelola coworking space IP Hub di Cikini, Jakarta Pusat. Mereka membatasi pengunjung yang datang. Jumlah pengunjung dalam satu meja yang bisa mencapai 4 orang, saat ini dibatasi menjadi 2 orang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fb88a6c13-376b-4ccc-b6a6-c0b6da0b5e38_JPG.jpg)
Tanda pembatasan fisik di IP Hub, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020).
Selain itu, pengelola memasang partisi berbahan fiber dan plastik di meja resepsionis. Papan imbauan berisi protokol kesehatan juga dipasang di berbagai titik, salah satunya di pintu masuk. Masker wajib dikenakan dan hand sanitizer tersedia di depan meja resepsionis.
Pengelola juga mengurangi jam operasional dari sembilan jam menjadi tujuh jam. Awalnya, IP Hub buka dari pukul 09.00-18.00. Kini, mereka hanya buka pada pukul 10.00-17.00. ”Seluruh gedung sudah disemprot disinfektan dan selama 14 hari tidak boleh dimasuki orang,” kata Bagian Operasional Gedung, Sidik Permana.
Meski sudah menjalankan protokol tersebut, IP Hub masih sepi dari pengunjung. Selama dua hari beroperasi, belum ada satu pun pengunjung yang datang. Sebelum PSBB, rata-rata pengunjung mencapai 10 orang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F3a9d9c3f-8645-4a6c-a25c-587728c21797_jpg.jpg)
Imbauan berisi protokol kesehatan di pintu masuk IP Hub, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020).
Pengelola memasang partisi berbahan fiber dan plastik di meja resepsionis. Papan imbauan berisi protokol kesehatan juga dipasang di berbagai titik, salah satunya di pintu masuk. Masker wajib dikenakan dan hand sanitizer tersedia di depan meja resepsionis.
Protokol ketat
Presiden Coworking Indonesia Faye Scarlet Alund menganjurkan masyarakat untuk memilih coworking space yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Pilihlah coworking space yang mewajibkan pengunjung memakai masker, mengecek suhu tubuh, mempunyai akses cuci tangan, dan menyediakan hand sanitizer.
Pengunjung juga harus mengamati coworking sudah menerapkan pembatasan fisik atau belum. Jarak antarkursi harus lebih dari 1 meter. Selain itu, jumlah satu orang dalam ruangan tertutup juga harus dibatasi oleh pengelola. Apalagi, saat ini, seluruh coworking space didesain tertutup dengan pendingin ruangan. Menurut dia, protokol tersebut adalah protokol yang paling mendasar.
Jika memungkinkan, pilihlah coworking space yang mengatur alur keluar-masuk pengunjung. Artinya, pengunjung tidak akan bisa berpapasan dengan pengunjung lain. ”Alur pergerakannya diatur dengan dibuatkan tanda panah di jalan. Alurnya dibuat satu arah,” kata Faye.
Baca juga: Transisi Tak Berarti Pasti Normal Baru Segera Terwujud
Masyarakat juga bisa memilih coworking space yang menyediakan partisi temporer untuk meminimalisasi percikan droplet di tempat duduk. Pengunjung juga bisa memilih coworking space yang menyediakan kertas sekali pakai untuk alas meja.
”Cara lainnya, pengunjung yang datang bisa langsung menyemprot permukaan meja dengan cairan disinfektan dan menaruh partisinya,” katanya.
Masyarakat juga bisa memilih coworking space yang menyediakan partisi temporer untuk meminimalisasi percikan droplet di tempat duduk. Pengunjung juga bisa memilih coworking space yang menyediakan kertas sekali pakai untuk alas meja.
Faye juga menyarankan kepada pengelola coworking space untuk bisa menjual pelindung wajah dan masker. Sebab, pelindung wajah bisa menjadi solusi bagi pengunjung yang ingin leluasa berbincang dengan klien jika terganggu dengan masker.
”Protokol-protokol tersebut tidak akan dilakukan secara permanen. Jika Covid-19 nantinya sudah bisa diatasi, coworking space bisa berjalan normal kembali,” ujarnya.
Baca juga: Patuhi Protokol Kesehatan
Faye menilai, kebiasaan bekerja dari rumah menjadi hal yang menguntungkan bagi industri coworking space. Sebab, pimpinan perusahaan yang selama ini meragukan sistem kerja jarak jauh kini mulai membuka diri. Artinya, perusahaan tetap bisa berjalan tanpa mengandalkan fasilitas fisiknya.
”Itu adalah model kerja coworking. Kalau hanya meja, kursi, internet, orang juga bisa bekerja dari rumah atau warnet. Tapi di coworking kita akan saling terhubung secara formal dan informal,” katanya.
Protokol-protokol tersebut tidak akan dilakukan secara permanen. Jika Covid-19 nantinya sudah bisa diatasi, coworking space bisa berjalan normal kembali.