Produsen otomotif menyiapkan diri menghadapi normal baru. Ada respons yang seragam, tetapi ada juga yang berbeda.
Oleh
Dahono Fitrianto
·3 menit baca
Tanpa bel atau aba-aba khusus untuk memulai normal baru, sebagian pelaku industri otomotif sudah lebih dulu memulai babak baru di tengah badai pandemi Covid-19 yang masih berkecamuk.
PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), misalnya, memulai kembali aktivitas di pabrik-pabriknya pada 26 Mei 2020 setelah tutup pada 13 April-22 Mei 2020, mengikuti kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah. Mereka memulai kegiatan produksi untuk memenuhi permintaan ekspor secara bertahap. Sebab, pasar otomotif internasional sudah mulai pulih.
Sementara, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sempat menutup pabrik mengikuti PSBB. Selanjutnya, pabrik sempat dibuka lagi selama dua pekan karena permintaan ekspor masih ada. Ekspor otomotif itu misalnya ke Taiwan yang tidak terlalu terpengaruh pandemi Covid-19.
Kini, TMMIN bersiap membuka kembali pabriknya pada 5 Juni 2020 di Karawang, Jawa Barat. Pada tahap awal, produksi hanya dijalankan 30 persen dari kapasitas normal atau menghasilkan sekitar 200-300 unit mobil per hari.
Produksi Toyota di TMMIN kembali dimulai meskipun masih ada stok produk yang belum terserap pasar, baik pasar ekspor maupun domestik. Strategi tetap beroperasi ini dilakukan untuk menjaga keahlian, keterampilan, dan motivasi karyawan. Langkah ini juga berkaitan dengan upaya menjaga rantai pasok. Jika produksi benar-benar dihentikan, perlu waktu lebih lama untuk memulai lagi hingga mencapai produksi tertentu.
Kendati belum ada arahan yang spesifik dari pemerintah mengenai masa normal baru agar tetap produktif dan aman dari Covid-19, produsen otomotif mulai menerapkan berbagai langkah. Tujuannya, mencegah penularan Covid-19 di lokasi kerja.
Toyota, misalnya, mewajibkan seluruh karyawan mengikuti rapid test sebelum masuk kembali pada 5 Juni 2020. Hal ini berdasarkan pengalaman saat mereka membuka kembali lini produksi pada April, hasil rapid test menunjukkan 40 orang reaktif. Selanjutnya, dari 40 orang itu, satu orang terbukti positif Covid-19 setelah menjalani tes rantai polimerase (PCR). Satu orang yang termasuk kelompok orang tanpa gejala ini kembali dites dan negatif setelah dirawat empat hari di rumah sakit.
Adapun PT Mitsubishi Motor Kramayudha Indonesia (MMKI) memilih tidak memberlakukan rapid test bagi karyawan saat pabriknya diaktifkan kembali setelah 14 Juni 2020. Produsen mobil-mobil Mitsubishi di Tanah Air itu menyediakan rapid test untuk karyawan yang menunjukkan gejala Covid-19 berdasarkan rekomendasi rumah sakit.
Akan tetapi, TMMIN, SIM, dan MMKI juga menerapkan prosedur yang nyaris sama, di antaranya membatasi kehadiran orang di kantor dan pabrik, menerapkan jaga jarak, mengatur waktu istirahat makan siang agar orang-orang tidak berkerumun di meja makan, memberi penyekat di meja makan, membangun titik-titik cuci tangan, dan mengukur suhu tubuh karyawan sebelum masuk ke area kerja.
Dalam konteks ini, petunjuk dan arahan jelas pemerintah, disertai dukungan yang relevan, dibutuhkan untuk memicu respons yang seragam dan setara dari pelaku industri dalam menghadapi normal baru. Jika tidak ada, dikhawatirkan rantai penularan Covid-19 tak kunjung bisa diputus dan perekonomian akan terpuruk lebih lama.
Petunjuk dan arahan jelas pemerintah disertai dukungan yang relevan dibutuhkan untuk memicu respons yang seragam dan setara.