Ada sebersit kecewa saat memasuki ruang pamer Toyota di Tokyo Motor Show, akhir Oktober 2019 silam. Tak ada mobil-mobil baru dipajang di sana. Tak ada Corolla, Yaris, atau Supra sekalipun.
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Ada sebersit kecewa saat memasuki ruang pamer Toyota di Tokyo Motor Show, akhir Oktober 2019 silam. Tak ada mobil-mobil baru dipajang di sana. Tak ada Corolla, Yaris, atau Supra sekalipun. Yang ada adalah kendaraan-kendaraan konsep mirip gabungan robot dan mobil. Inilah Toyota yang tengah bergeser.
Adalah di pameran teknologi elektronik CES di Las Vegas, AS, 8 Januari 2018, Presiden dan CEO Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda, pertama kali membunyikan lonceng perubahan itu.
”Tugas saya untuk memimpin transisi Toyota dari sebuah perusahaan automobile menjadi perusahaan mobilitas. Dan, kemungkinan apa saja yang bisa kami produksi, dalam bayangan saya, adalah tidak terbatas,” tutur generasi ketiga keluarga Toyoda yang memegang pucuk pimpinan TMC tersebut.
Tokyo Motor Show 2019 pun menjadi momen pameran otomotif pertama untuk menunjukkan tekad Toyoda tersebut dalam bentuk nyata. Maka hadirlah nama-nama seperti Toyota e-Palette, Toyota e-Racer, Toyota e-4me, Toyota e-Trans, Toyota e-broom dan Toyota e-Chargeair mengisi booth Toyota yang disulap menjadi sebuah mobility theme park itu.
Yang menarik, tidak semua kendaraan yang masih ”aneh” di mata masa kini itu adalah kendaraan konsep. Ada sebagian yang sudah siap diproduksi. Toyota e-Palette, misalnya, akan menjadi salah satu sarana mobilitas para atlet dan ofisial dalam Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
”(Toyota) e-Palette ini dijadwalkan menjalani debutnya di hadapan semua orang saat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 tahun depan. Di masa depan, e-Palette ini bisa diubah menjadi sebuah kantor, toko, atau bahkan hotel. Kendaraan ini akan menjadi berbagai bentuk layanan bagi masyarakat,” papar Toyoda.
Menghubungkan
Toyoda pun mengakui, pada pameran kali ini Toyota tidak menampilkan satu pun mobil baru yang ”akan diluncurkan tahun depan”. Menurut dia, yang dipamerkan di booth Toyota kali ini adalah bentuk-bentuk mobilitas yang menghubungkan masyarakat dan komunitas-komunitas dan kendaraan yang memberikan berbagai moda untuk bergerak dan berbagai layanan kepada masyarakat.
”Wow, bagaimana pendapat Anda? Bukankah ini menyenangkan untuk memiliki masa depan yang penuh dengan berbagai bentuk mobilitas. Salah satu contohnya, kita bahkan akan memiliki sesuatu seperti ini, e-Chargeair,” seru Toyoda sambil menunjuk ke sebuah robot beroda berbentuk seperti miniatur mobil yang bergerak sendiri ke tengah panggung.
Robot e-Chargeair ini kira-kira berfungsi sebagai power bank berjalan. Dilengkapi sistem pengecasan baterai nirkabel (wireless), wahana ini bisa mengecas mulai dari telepon seluler hingga mobil listrik saat dalam perjalanan. Selain itu, robot ini juga dilengkapi sarana pemurni udara dan koneksi Wi-Fi.
Ada pula Toyota e-4me yang berbentuk seperti mobil dalam film-film kartun, dengan bonet dan buritan kecil, tetapi kabin tengah yang menonjol besar. Ini adalah sebuah konsep mobilitas individu. Dengan kapasitas tempat duduk hanya untuk satu orang, ”mobil” ini bisa disulap menjadi tempat beraktivitas maupun berekspresi setiap penumpangnya, mulai dari salon pribadi, studio musik, sampai gym pribadi selama kendaraan membawanya secara swakemudi menuju tempat tujuan.
Toyota juga menghadirkan bentuk mobilitas pribadi lainnya, misalnya semacam motor yang bisa dibongkar pasang pada sebuah kursi roda. Saat tersambung, wahana ini akan membuat pemakai kursi roda bisa bergerak lebih leluasa ke tempat-tempat yang dia inginkan.
Arti perubahan
Seluruh bentuk mobilitas yang dihadirkan Toyota di Tokyo Motor Show ini berpusat pada filosofi CASE, atau singkatan dari Connected (terkoneksi), Autonomous (swakemudi), Shared (digunakan bersama), dan Electric (bertenaga listrik). CASE ini belakangan menjadi patokan bagi setiap bentuk mobilitas masa depan di kalangan industri otomotif.
Lalu, apa artinya semua itu? Akankah Toyota, sebagai produsen mobil terbesar di dunia, akan sama sekali meninggalkan dunia otomotif, dalam hal ini produksi mobil dan perlengkapannya? Akankah masa depan Toyota hanya akan berkutat di seputar kendaraan-kendaraan swakemudi yang sangat membantu, tapi membosankan itu? Dan meninggalkan Corolla, Yaris, Prius, Camry, Land Cruiser, Supra, atau Lexus?
Jawaban yang melegakan pun muncul: tidak. Masayoshi Shirayanagi, Chief Officer External & Public Affairs Group Toyota Motor Corporation, mengatakan, pergeseran Toyota dari perusahaan automobil menjadi perusahaan mobilitas bukan berarti meninggalkan kekuatan utamanya.
”Kekuatan TMC adalah membuat (mobil) dan menjualnya melalui jaringan dealer kami. Jadi kami akan terus membangun kekuatan yang kami punya ini,” ujar pria yang akrab dipanggil Ray ini.
Menurut Ray, yang terjadi adalah Toyota akan mengembangkan bisnis-bisnis baru berdasarkan begitu banyak data yang diperolehnya selama ini.
”Di samping memperluas produk-produk kami, kami juga akan menyediakan berbagai bentuk layanan sebagai perusahaan mobilitas. Jenis-jenis layanan ini nantinya akan bergantung pada (kebutuhan) setiap negara dan kawasan,” tuturnya.
Tak meninggalkan
Toyoda pun menegaskan, dirinya tak akan meninggalkan unsur kesenangan berkendara (fun to drive) dalam produk-produk masa depan Toyota. ”Kelahiran mobil dulu menyebabkan 15 juta kuda digantikan mobil di Amerika Serikat. Tetapi hingga saat ini, masih ada kuda-kuda yang ditunggangi untuk balapan,” papar Toyoda.
Di masa depan, kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk mobilitas bersama, seperti e-Palette, diandaikan sebagai kereta-kereta kuda yang fungsinya digantikan mobil pada satu abad lalu. Sementara kuda-kuda balap itu diandaikan sebagai mobil pribadi yang menjadi semacam ”kuda kesayangan”.
Kelahiran mobil dulu menyebabkan 15 juta kuda digantikan mobil di Amerika Serikat. Tetapi, hingga saat ini masih ada kuda-kuda yang ditunggangi untuk balapan.
Gill Pratt, CEO Toyota Research Institute, menambahkan, bagi sebagian orang, mobil adalah sebuah ekspresi pribadi. ”Mobil adalah ekstensa dari siapa diri kita sesungguhnya. Itu sebabnya ada mobil kesayangan, tetapi tidak ada kulkas kesayangan,” papar Pratt.
Maksud dia, mobil memiliki nilai personal yang lebih, dan tidak melulu digunakan hanya karena fungsinya. Mobil-mobil semacam itu, lanjut Pratt, akan terus diproduksi dan dikembangkan. ”Di masa depan, mobil akan tetap mempertahankan kenikmatan berkendara (joy of driving), tetapi juga bisa menghindari terjadinya tabrakan atau kecelakaan lain (secara otonom),” ujar Pratt.
Di sini lah, lanjut Toyoda, fungsi mobil-mobil masa depan seperti Toyota e-Racer, sebagai sebuah bentuk ”kuda kesayangan”.
Jadi tak perlu khawatir, masa depan pun masih akan menyisakan kesenangan ekspresi pribadi dalam sebuah mobil!