Tak mudah memang mengedukasi masyarakat terkait kehadiran kendaraan hibrida.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
Tak mudah memang mengedukasi masyarakat terkait kehadiran kendaraan hybrid. Toyota pun merasa perlu membuktikan sendiri performa dua sumber penggerak mobil-mobil hibridanya melalui uji kendara dengan menempuh perjalanan sejauh hampir 400 kilometer, dari Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Kuta, Bali.
Awal Oktober 2019, seluruh model mobil hibrida Toyota yang sudah masuk ke Indonesia diturunkan untuk diuji. Ada yang berteknologi Hybrid Electrified Vehicle (HEV), ada pula Plug-in Electrifed Vehicle (PHEV).
Mulai dari Toyota C-HR Hybrid yang bermodel crossover SUV, sedan Toyota Camry Hybrid dan Toyota Corolla Altis Hybrid, hingga MPV mewah, Toyota Alphard Hybrid, serta dua unit Toyota Prius PHV diturunkan dalam uji ini.
Pengujian dimulai di seputaran Banyuwangi. Setiap mobil berisi 3-4 jurnalis. Tujuan pertama adalah hutan De Djawatan Forest yang ditumbuhi pohon-pohon trembesi raksasa berusia ratusan tahun.
Kemudian rombongan menyambangi sebuah diler resmi Toyota Auto 2000 untuk memahami langsung beda perawatan mobil hibrida dan mobil konvensional. Setelah itu, mobil-mobil hibrida ini dieksplorasi di Taman Nasional Baluran yang kaya keindahan savana dan keragaman faunanya.
Hingga selesai hari pertama, belum banyak keunggulan performa mobil yang bisa dirasakan. Hanya kesenyapan ruang kabin setiap mobil yang menonjol. Sejak tombol Start diaktifkan, tak terdengar sedikit pun suara mesin yang biasanya menembus ke kabin kendaraan. Tak sedikit jurnalis yang bertanya, ”Ini mobil sudah aktif belum sih?”
Rute perjalanan didominasi jalan mendatar. Saat akselerasi, kinerja mesin konvensional lebih mendominasi.
Sehari kemudian, perjalanan dilanjut menuju Bali dengan menaiki feri menyeberangi Selat Bali. Medan perjalanan melalui sisi barat Pulau Dewata menuju The Menjangan Resort, Buleleng. Kontur jalan masih terasa landai.
Selepas menikmati Taman Nasional Bali Barat, manuver mobil-mobil hibrida kembali diekplorasi.
Kompas mendapat kesempatan mengemudikan Toyota Corolla Altis Hybrid. Selain memilik sistem hibrida, Corolla terbaru ini juga sudah dilengkapi fitur keselamatan aktif Toyota Safety Sense (TSS).
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan, dari seluruh mobil hibrida Toyota yang diuji, baru Corolla yang sudah dilengkapi TSS.
”Memang, selain Toyota Safety Sense, Corolla Altis sudah dirancang dalam platform Toyota New Global Architecture (TNGA),” kata Manajer PR TAM Rouli Sijabat.
Saat mobil berjalan melewati marka jalan atau menyalip kendaraan lain, teknologi Toyota Safety Sense memberikan peringatan. Mulai dari indikator kerlipan kecil di panel MIDhingga terasa kemudi secara otomatis bergetar kecil, seakan mengajak pengemudi untuk kembali ke jalurnya.
Saat melirik spion pun, TSS pun dilengkapi dengan monitor blind spot dengan menggunakan radar. Ini ditandai dengan kerlipan lampu superkecil di kaca spion.
Begitu perjalanan dilanjutkan menuju Jimbaran dan Kuta, yang relatif menurun dan sedikit berliku, di sinilah peran energi listrik dari baterai lebih mendominasi mobilitas. Terlebih, pengisian baterai secara otomatis termonitor baik di layar head unit atau MID (Multi Information Display). Gerak kendaraan dilakukan sinergis antara mesin konvensional dan motor listrik.
Di akhir perjalanan, berdasarkan catatan yang termonitor dalam MID, konsumsi bahan bakar Toyota C-HR rata-rata mencapai 22-28 km per liter, Corolla Altis sebesar 26 km per liter, Camry 18,4 km per liter, dan Aplhard 15 km per liter. Sementara dua unit Prius berteknologi PHEV masing-masing mampu mencapai 46 km per liter dan 55 km per liter. Seluruh mobil diisi rata-rata empat orang.
Performa dan kenyamanan
Sudah saatnya, performa sekaligus kenyamanan varian mobil hibrida dibuktikan sendiri di negeri ini. Di tengah hiruk-pikuk sebagian pihak yang seakan ingin segera melompat dari pilihan mobil bermesin konvensional ke mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV), teknologi hibrida bisa dikatakan merupakan pilihan masuk akal saat ini.
TAM mengklaim, HEV merupakan kendaraan elektrifikasi yang paling pas digunakan di Indonesia saat ini karena tidak membutuhkan infrastruktur khusus pengecasan baterai dan sudah mendongkrak efisiensi BBM.
Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto, dalam kesempatan terpisah, mengatakan, ”Sebetulnya, dengan teknologi hybrid ataupun tenaga listrik 100 persen, yang perlu diperhatikan adalah jarak dan waktu. Kalau jarak tempuh perjalanan bisa ditentukan sebelumnya, kita bisa saja langsung mengandalkan baterai (BEV). Namun, jika jaraknya tak bisa ditentukan, kita akan sulit mengandalkan tenaga listrik murni dengan kondisi infrastruktur sekarang ini.”
Pemilik maupun penumpang tak perlu pusing memikirkan sisa jarak tempuh yang bisa dijalani dengan listrik tersisa di baterai karena sistem Hybrid Synergy Drive akan secara otomatis mengatur kinerja motor listrik dan mesin konvensional di mobil-mobil hibrida Toyota.
Terkait persoalan kemampuan baterai yang kerap menjadi pertanyaan konsumen, Anton mengatakan, Toyota memberikan garansi selama lima tahun atau 150.000 kilometer untuk baterai hibrida.
Pemerintah pun kini bisa menguji sendiri kinerja dan efektivitas mobil hibrida Toyota. Tentu, bukan dengan mobil-mobil yang diuji di Banyuwangi-Bali ini, melainkan dengan Toyota Crown 2.5 HV G-Executive Hybrid yang sudah dibagikan sebagai kendaraan dinas menteri dan pejabat tinggi lain setingkat menteri.
Semua ada di tangan pemerintah untuk melanjutkan komitmen memasyarakatkan kendaraan yang semakin ramah lingkungan.