Gaya hidup tidak sehat memicu munculnya penyakit degeneratif. Masyarakat diimbau untuk menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari potensi penyakit.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gaya hidup tidak sehat memicu munculnya penyakit degeneratif. Masyarakat diimbau agar menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari potensi penyakit.
”Penyakit (degeneratif) disebabkan paling besar oleh gaya hidup yang tidak sehat. Ada juga faktor lain, seperti genetika dan pencemaran lingkungan,” kata dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi Rumah Sakit Premier Bintaro, Prasna Pramita, pada seminar kesehatan dan peluncuran produk asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Jiwa Sequis Life, Selasa (18/6/2019), di Jakarta.
Beberapa penyakit degeneratif yang dimaksud antara lain hipertensi, diabetes melitus, stroke, dan penyakit jantung koroner. Persentase penderita penyakit-penyakit tidak menular ini pun tercatat meningkat.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit stroke adalah 10,9 persen. Angka ini meningkat dari 7 persen pada Riskesdas 2013.
Mengacu pada data yang sama, angka prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Angka prevalensi hipertensi pun meningkat dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, kenaikan ini dinilai berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, minim konsumsi buah dan sayur, serta kurangnya aktivitas fisik.
Riskesdas 2013 menyatakan, 26,1 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas adalah kelompok yang kurang melakukan latihan fisik. Prevalensi kurang aktivitas fisik tertinggi dialami penduduk DKI Jakarta, yakni 44,2 persen (Kompas, 18/9/2017).
Sementara itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap individu harus beraktivitas fisik minimal 150 menit dalam sepekan. Aktivitas itu berupa latihan fisik dengan intensitas sedang 3-5 kali seminggu dengan durasi masing-masing 30-60 menit. Sejumlah aktivitas fisik yang bisa dilakukan antara lain berjalan cepat, lari, dan bersepeda.
”Gaya hidup ini bisa diterapkan dengan fokus hanya pada kesehatan, baik itu melalui makanan maupun perilaku. Komitmen jangka panjang juga dibutuhkan sehingga kegiatan ini bisa dilakukan berulang dan menjadi kebiasaan,” kata Prasna.
Cara hidup sehat
Prasna menyebut, ada empat cara mudah untuk memulai pola hidup sehat, yakni berolahraga secara rutin, makan makanan sehat, minum air putih yang cukup, dan mengurangi stres. Asupan makanan yang dikonsumsi pun harus diperhatikan.
”Konsumsi karbohidrat bisa dikurangi 40-50 persen. Sementara itu, makanan yang paling sedikit boleh kita konsumsi adalah kue, lemak, dan minyak,” katanya.
Mendeteksi kecukupan asupan gizi dapat dilihat antara lain dari warna dan kekuatan kuku. Adapun kelembaban sudut mulut dan lidah juga menunjukkan kecukupan gizi pada seseorang.
Menjaga kesehatan juga bisa dilakukan dengan menghitung berat badan ideal, menulis daftar makanan yang dikonsumsi, mengevaluasi aktivitas fisik, memeriksa kesehatan jaringan sosial, suasana hati, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Penduduk berusia 35 tahun ke atas dianjurkan memeriksa kesehatan (medical check-up) setahun sekali, sedangkan usia 50 tahun ke atas enam bulan sekali.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur dan CEO PT Asuransi Jiwa Sequis Life Tatang Widjaja mengatakan pentingnya menjamin biaya kesehatan individu dalam jangka panjang. Ini karena biaya kesehatan meningkat setiap tahun, termasuk biaya kamar rumah sakit.
”Kami memperkenalkan Sequis Q Infinite MedCare Rider (SQIMC), yaitu produk asuransi kesehatan tambahan yang memberi perlindungan kesehatan hingga Rp 90 miliar per tahun. Konsumen bisa menerima fasilitas perawatan VIP dan VVIP di seluruh dunia,” kata Tatang.