Investasi ataupun kelak menjadi hunian yang layak selalu menjadi perhatian pengembang kelas dunia seperti Ciputra. Dengan spesialisasi dan profesionalitasnya dalam mengembangkan kawasan lahan tidur menjadi sebuah kota mandiri, kelompok Ciputra kini semakin gencar mengembangkan fokus bisnis utamanya dalam menyediakan hunian bagi masyarakat.
Kali ini, pengembangan terbesar yang dilakukan Ciputra adalah kawasan perumahan Citra Maja Raya. Bahkan, kelompok pengembang properti yang berada di bawah naungan sang pendirinya, Ciputra, sudah lama melirik lahan seluas 2.600 hektar yang dominan tertimbun batu kapur di daerah Lebak, Banten, untuk dijadikan apa yang disebut ”The Integrated New Town”.
Bukan tanpa alasan, ketika Kompas singgah ke kawasan Citra Maja Raya, Senin (26/11/2018) pagi, kawasan ini sudah menunjukkan adanya begitu banyak peminat yang melirik Maja garapan Ciputra ini. Setiap dibuka tahapan klaster terbaru, selalu saja diinformasikan sudah terjual. Bahkan, rumah toko (ruko) yang didesain berada di jalur utama kawasan perumahan itu selalu saja langsung dibilang sudah sold out.
Saat tim Kompas diajak berkeliling kawasan megaproyek hunian oleh Managing Director Ciputra Budiarsa Sastrawinata, yang didampingi Direktur Senior Ciputra Agussurja Widjaja dan Direktur Ciputra Mary Octo Sihombing serta sejumlah jajaran direksinya, beberapa kali disebutkan bahwa lahan ini diperuntukkan bagi pembangunan ruko. Lagi-lagi, lahan yang kini masih berbentuk tanah bebatuan kapur disebut-sebut sudah habis terjual alias tinggal dibangun saja.
Tak hanya ruko, klaster perumahan yang dibangun sudah memasuki tahap kedua. Untuk tahapan ini saja, dikabarkan sudah ada 1.000 pendaftar sebelum dilakukan peluncuran. Padahal, jumlah unit yang disediakan hanya mencapai 650 unit.
Bagaimana nasib konsumen lain yang berminat terhadap klaster garapan Ciputra? Ada rasa tenang yang diberikan pengembang ini. Semua akan diberikan prioritas, mengingat lahan lainnya segera akan dibuka kembali untuk menampung para peminat perumahan ini.
”Inilah waktunya. Sebuah keputusan yang dibuat Pak Cik (sebutan untuk Ciputra) untuk Maja. Pascakrisis yang melanda Indonesia, pembangunan konektivitas transportasi, seperti kereta commuterline yang menghubungkan Tanah Abang (Jakarta) dan Rangkasbitung (Banten), membuat Maja menjadi salah satu lintasan kereta yang strategis,” tutur Budiarsa.
Tentulah, kata Budiarsa, pembangunan infrastruktur transportasi masih membutuhkan peningkatan dan perbaikan agar konektivitas yang mendorong mobilitas itu mendorong pelaku di bidang properti semakin terpacu. Terlebih, penyediaan hunian bagi masyarakat tidak pernah ada habisnya.
Selain infrastruktur, daya dukung pemerintah pusat ataupun daerah dalam menciptakan kebijakan ikut menentukan. Fokus pengembangan bisnis Ciputra pun dalam mengembangkan klaster-klaster kini mendapatkan improvement untuk memberikan nilai tambah. Misalnya, pengembangan rumah sederhana yang belakangan diberikan sentuhan-sentuhan tematis, seperti tematis bernuansa Bali dan Thailand.