”Figurine” Kaca nan Cantik
Keberadaan figurine atau patung kecil biasanya identik dengan patung mainan berbentuk sosok para tokoh pahlawan super atau figur rekaan lainnya. Sosok bisa dari komik atau permainan atau gim animasi. Patung-patung kecil ini seolah menjadi semacam pelengkap koleksi bagi para penggemar atau bahkan penggila tokoh-tokoh pahlawan super rekaan tadi.
Meski demikian, ada pula figurine yang dibuat berdasarkan cita rasa artistik buah karya para seniman dan perupa. Seperti yang kali ini diproduksi secara terbatas oleh salah satu perusahaan manufaktur sekaligus jaringan toko penjualan beragam barang perabotan tangga, furnitur, dan produk-produk interior rumah lain asal Swedia.
Bekerja sama dengan sejumlah seniman dan perupa beberapa negara termasuk Indonesia, perusahaan yang juga memiliki toko di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, itu menggelar pameran sekaligus peluncuran delapan macam figurine berbahan kaca di ajang IKEA Art Event 2018. Lebih spesifik, acara ini mengambil tema ”IKEA Art 8ploration”.
Sebanyak delapan desain figurine dipamerkan dan juga dijual, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh jaringan toko tersebut di 50 negara. Menurut Manajer Pemasaran IKEA Indonesia Eliza Fazia, pembatasan produksi jumlah figurine itu menjadikannya layak diperlakukan sama dengan benda- benda koleksi (collectible items), selain juga berfungsi sebagai penghias ruangan.
Salah satu hasil rancangan figurine kaca yang dipamerkan mulai 28 Maret 2018 itu dibuat oleh seniman sekaligus perancang mainan asal Bandung, Arkiv Vilmansa. Arkiv menamakan karya yang dipilih IKEA itu ”Hira”, yang berarti mimpi indah.
Walau bentuknya sekilas seperti tengkorak kepala, perpaduan warna-warna cerah di dalamnya, merah, kuning emas, dan hitam, menjadikannya terlihat cantik dan dinamis dengan sisi-sisi yang serba melengkung dan tanpa sudut atau siku.
Bentuk lengkungan dan warna-warna serba cerah memang menjadi salah satu ciri khas Arkiv dalam setiap karya desain dan lukisannya selama ini. Karya ”Hira” sendiri, menurut dia, adalah visualisasi abstrak kehidupan yang dilalui seseorang. Dia juga menggambarkan sebuah karakter yang terperangkap dalam perebutan kekuasaan untuk muncul ke dunia tertinggi.
Saat peluncuran, Arkiv mengaku karya ”Hira” dia buat terinspirasi perjalanan hidup dan spiritual dirinya sendiri. Nama ”Hira” sendiri, menurut dia, juga dikenal dalam kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW, yang menerima turunnya wahyu pertama di Goa Hira.
”Saya sendiri sebetulnya belum pernah bermain (memproduksi) figurine berbahan gelas atau kaca. Biasanya (berbahan) vinyl atau karet (rubber). Saya baru tahu dan mencoba sendiri proses pembuatan (figurine kaca) saat diundang selama beberapa hari di Maleras, Swedia. Prosesnya sangat tidak gampang, terutama saat pencetakan dan pewarnaan. Harus presisi dan sekali jadi. Tak bisa diulang,” ujarnya.
Butuh beberapa tahun untuk memproses rancangan Arkiv hingga akhirnya dipilih dan kemudian diproduksi bersama tujuh rancangan figurine para seniman dan perupa lain untuk kemudian dipasarkan di jaringan IKEA. Awalnya, dia mengaku menawarkan beberapa macam desain selain ”Hira”, salah satunya berbentuk burung cenderawasih, tetapi dianggap terlalu rumit untuk diproduksi.
Saat dipastikan terpilih, Arkiv mengaku sangat gembira, bangga, serta antusias. Kunjungannya selama beberapa hari ke lokasi produksi figurine disebutnya menjadi pengalaman sangat berharga. Di Maleras, dia bercerita, Arkiv ikut mengalami sendiri proses produksi figurine langsung di pabriknya.
Wilayah Maleras yang terletak di Smaland, Swedia, memang dikenal sejak lama sebagai pusat produksi gelas tiup kuno Swedia. Tradisi dan keahlian tersebut bahkan sudah ada sejak akhir abad ke-19. Dahulu, Maleras dikenal memproduksi gelas atau botol kaca untuk keperluan medis dan obat-obatan. Akan tetapi, industri dan produksi kaca tiup di sana kemudian berkembang dengan membuat koleksi-koleksi hiasan berbahan kaca dengan desain yang artistik.
Mengutip situs www.maleras.se, proses pembuatan kerajinan dari bahan gelas atau kaca itu diketahui membutuhkan tingkat keterampilan tinggi lantaran kerumitannya. Salah satu produsen terkenal adalah Maleras Glasswork, yang didirikan pada 1890. Sepanjang era 1940-an hingga 1950-an, kerajinan gelas Maleras mulai memproduksi gelas-gelas bertangkai dari bahan kristal dengan desain elegan, selain juga gelas atau botol kaca untuk kepentingan medis.
Sejak dipegang desainer Mats Jonasson pada 1987, rancangan-rancangan produk kaca yang dihasilkan pun terus berkembang dan mendunia, termasuk produk figurine. Tidak hanya bertema klasik, tetapi juga kehidupan alam liar dan mitologi atau kisah kuno.
Seni dan koleksi
Arkiv menyebut langkah memproduksi figurine dalam jumlah terbatas memang sudah biasa dipraktikkan para pedesain mainan atau patung kayu kecil itu. Selain lantaran nilai artistiknya, jumlah koleksi yang terbatas dan tak diproduksi lagi juga membuat figurine kerap menjadi barang koleksi dan diburu para kolektor.
”Jadi, booming-nya itu mulai sekitar 1998. Salah satu pemrakarsanya seorang toy designer, Michael Lau, yang salah satu desainnya juga menjadi bagian dari delapan desain pilihan IKEA kali ini. Namun, berbeda dengan collectible itemfigurine macam tokoh kartun seperti Superman atau Batman, desain yang diproduksi kali ini benar-benar terbatas dan cuma dibuat oleh IKEA,” tutur Arkiv.
Michael Lau adalah seorang perancang mainan (figurine) asal Hong Kong yang terkenal dengan seni vinyl urban dan menggabungkan budaya pop, musik, fashion, olahraga, dan gaya hidup. Lau kali ini menyumbangkan salah satu desainnya berjudul ”Soul Toy”, yang menurut dia menggambarkan jiwa dari setiap mainan yang ada di dunia ini.
Sementara itu, beberapa desainer lain, seperti Nathan Jurevicius, seniman perupa asal Australia berbasis di Kanada, menampilkan karyanya, ”Sutemos” atau berarti senja, berbentuk seekor burung hantu dengan dominan warna hijau. Juga ada Joe Ledbetter (Amerika Serikat) yang menampilkan karyanya berbentuk kelinci lucu (bunny) berwarna merah.
Selain itu, ada Ludvig Lofgren asal Swedia dengan karyanya berbentuk mata dengan warna dominan biru toska dan juga hitam, yang menurut dia menyimbolkan perlindungan melawan ”mata iblis”. Bentuk unik lain yang juga mengambil figur hewan ditunjukkan duet seniman perupa Jerman berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, Mark Landwehr dan Sven Wasch, dengan karya berupa rubah pemalu berwarna biru.
Selain menjadi benda koleksi, figurine-figurine ini juga bisa berfungsi mempercantik ruangan jika ditempatkan pada sudut-sudut yang tepat, seperti di atas rak atau meja pajang. Hal itu mengingat produk figurine ini memang tidak diperuntukkan sebagai produk pajangan yang digantung di atas dinding.