Bubur Van Danoe, Bubur Ayam Legendaris di Lampung
Apabila Anda sedang berkunjung ke Lampung, dan bingung mau sarapan? Bubur Van Danoe yang ada di pusat kota Bandar Lampung bisa menjadi salah satu rujukan.
Bubur ayam Van Danoe ada di halaman ruko di pertigaan yang menghubungkan Jalan Jenderal Suprapto dan Jalan Jenderal Ahmad Yani. Jaraknya hanya 400 meter di sebelah barat Tugu Adipura, atau 200 meter di sebelah utara Polresta Bandar Lampung.
Buka setiap hari dan tak pernah sepi. Halaman samping ruko tempat bubur Van Danoe berdiri hanya sepi ketika bubur Van Danoe habis, dan pedagangnya telah pulang.
Jojo Sukarjo (47), warga kelahiran Tasikmalaya, merupakan pemilik sekaligus yang menjual langsung bubur ayam Van Danoe. Setiap pagi sejak pukul 02.00, ia sudah menyiapkan bubur racikannya.
”Sejak pagi saya sudah ngaduk-aduk bubur. Campurannya? Tidak pakai campuran, murni nasi,” ujarnya.
Jojo mengungkapkan, ada beberapa pedagang bubur yang membuat bubur dengan campuran tepung atau sagu. Bahkan, ia pernah mendapat pengakuan dari sesama penjual bubur yang membuat bubur dengan campuran kapur.
Namun, Jojo lagi-lagi meyakinkan bahwa bubur buatnya jauh dari kata campuran. Mungkin itu yang membuat bubur buatan Jojo lebih gurih serta teksturnya lembut dan rata di setiap sendokannya.
Selain kesetiannya pada nasi murni, rahasia bubur racikannya adalah kecap. Jojo tidak menggunakan kecap merek tertentu. Ia justru membuat kecapnya sendiri.
Botol-botol kecap yang ada di gerobak bubur Van Danoe tak memiliki label. Tutup botol juga bukan terbuat dari lempeng logam. Tutupnya justru plastik yang diikat dengan karet.
Saat satu botol habis, ada cadangan botol lain yang disimpan di dalam gerobak. Anak buah Jojo tinggal menusuk plastik dengan pisau lalu menuangkan kecap itu ke atas bubur.
Tak jarang para pelanggan menambah sendiri takaran kecap khas bubur Van Danoe. Kecap di bubur Van Danoe memang unik. Kecap manis yang biasanya kental justru muncul dalam bentuk cair. Rasa manisnya juga tidak terlalu manis, seperti ada asin dan gurih tipis di dalamnya.
”Rahasia. Saya biarkan orang menebak-nebak dan meniru. Kalaupun meniru, tidak akan pernah bisa sama,” ujar Jojo jemawa sambil tertawa.
Saat berjualan, Jojo dibantu 10 karyawan. Mereka bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Di bagian yang melayani pemesanan untuk dibawa pulang ada 4 orang, bagian mengantarkan pesanan 2 orang, bagian cuci piring 2 orang, bagian membersihkan meja 1 orang, dan kasir sekaligus asisten Jojo 1 orang.
Asisten Jojo sekaligus kasir bubur Van Danoe adalah Anjar. Dia merupakan orang yang paling sibuk di Van Danoe. Ia harus mengingat pesanan orang, memberi tahu bubur yang harus dibuat Jojo, lalu menginstruksikan kepada rekannya untuk mengantar bubur itu kepada pelanggan.
”Paling susah kalau pelanggan mintanya macem-macem. Misalnya, bubur jumbo tidak pakai kaldu, kacangnya dibanyakin, kerupuk dan ayam suwirnya dipisah,” ujar Anjar (32).
Anjar mengaku dirinya kerap melayani saat antrean pelanggan sedang mengular. Tak jarang dia salah mengantarkan pesanan kepada pelanggan.
Setiap hari Jojo, Anjar, dan 9 orang lainnya melayani pelanggan dari pukul 05.30 hingga seluruh bubur habis. Biasanya pukul 09.00 atau pukul 09.30 bubur ludes terjual.
Dalam sehari, rata-rata terjual 500 porsi bubur. Adapun bahan yang dihabiskan sekitar 17 ayam dan 20 kg beras.
Harganya cukup bersahabat. Semangkuk bubur ayam porsi standar dijual Rp 10.000, sementara porsi jumbo Rp 15.000. Pelanggan juga bisa menambah lauk berupa ati ampela atau telur asin dengan tambahan biaya sekitar Rp 2.000.
Kendati menyiapkan 500 porsi dalam sehari, tak jarang pelanggan harus pulang dengan gigit jari karena kehabisan. Pelanggan yang datang lebih awal juga harus antre dan berjubel.
”Kadang harus nekat meyakinkan Bang Anjar kalau kami sudah pesen dari tadi dan belum dilayani. Berdiri di dekat gerobak tidak masalah yang penting kebagian. Kalau cuma duduk manis di kursi, bisa-bisa pesenan kami tidak diantar atau diambil orang lain,” ujar Beni Yulianto, salah satu pelanggan setia Bubur Van Danoe.
Kesuksesan Jojo bersama bubur Van Danoe tidak datang begitu saja. Ia mulai berdagang bubur sejak tahun 1999, sesaat setelah usahanya di bidang interior gulung tikar akibat dampak krisis moneter 1997-1998.
Jojo yang sedang terpuruk saat itu biasa sarapan bubur di Lapangan Enggal, Bandar Lampung. Di sana ia melihat, puluhan orang tiap hari mengantre bubur.
”Dalam hati saya, dia (pedagang bubur) saja bisa bertahan hidup dari jualan kenapa saya tidak. Saya berasal dari Tasikmalaya yang juga terkenal dengan buburnya. Saya merasa bisa membuat bubur lebih enak dari milik pedagang itu,” kata Jojo.
Bermodal uang Rp 60.000, Jojo mulai menjual bubur ayam seharga Rp 1.500 per mangkok. Lokasi tempat Jojo berjualan ada di depan apotek Enggal, Bandar Lampung.
Ternyata banyak orang suka dengan bubur racikannya. Semakin lama, semakin banyak warga yang sarapan di tempatnya. Berbekal promosi dari mulut ke mulut, bubur ayam di depan Apotek Enggal samakin ramai.
Hingga suatu ketika, aktor nasional Robby Tumewu dan sejumlah artis papan atas Ibu Kota berkunjung ke Lampung. Mereka menyempatkan diri mampir sarapan bubur ayam milik Jojo.
Saat itu, Robby Tumewu bertanya kepada Jojo ”Ini bubur ayammu namanya apa?” Jojo bingung. Karena ia memang tidak memberi nama khusus kepada gerobak buburnya.
“Ya bubur ayam, gitu aja,” kata Jojo.
Mendengar jawaban itu, Robby Tumewu lantas mengambil spidol dan menulis ”Bubur Ayam Van Danoe” di gerobak milik Jojo. Robby Tumewu juga membubuhkan tandan tangan di gerobak tersebut.
Van Danoe merupakan, tayangan sinetron komedi yang hits pada tahun 1990-an. Dalam sinetron tersebut, Robby Tumewu berperan sebagai Tuan Van Danoe Wiryo, seorang keturunan belanda yang kaya.
Sejak saat itu, nama bubur Van Danoe terus melejit. Hampir tiap pagi, antrean pelanggan di depan apotek enggal membeludak. Hingga akhirnya salah satu pelanggan setia bubur Van Danoe menawari lahan di samping ruko miliknya.
Pada tahun 2006, bubur Van Danoe pindah dari depan Apotek Enggal ke samping ruko di Jalan Jenderal Ahmad Yani.
Sejumlah tokoh terkenal juga pernah mengunjungi bubur Van Danoe, antara lain, komedian Nunung, Sule dan Andre, serta mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Tertarik merasakan nikmatnya bubur ayam Van Danoe? Kapan Anda ke Bandar Lampung?