Rapuhnya Pengamanan Ruang Tahanan Polsek di Ibu Kota
Kaburnya 16 tahanan di Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat, menjadi bukti betapa rapuhnya sistem keamanan tahanan.
Kaburnya 16 tahanan di Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat, menjadi bukti betapa rapuhnya sistem keamanan ruang tahanan di tingkat Polsek di Ibu Kota. Jika tidak ditanggulangi, bukan mustahil keselamatan warga bisa terancam.
Seharusnya tidak ada ruang bagi tahanan untuk kabur dari Markas Polsek Metro Tanah Abang. Apalagi letaknya berada di tengah permukiman penduduk dan dibentengi oleh dinding yang begitu tinggi. Belum lagi di bagian belakang berdiri asrama berlantai lima yang ditinggali oleh anggota Polri dan keluarganya.
Bagian samping kompleks Markas Polsek berdiri tembok setinggi sekitar 2,5 meter, sementara di bagian belakang ada juga dinding kokoh setinggi 3,5 meter dengan kawat besi di atasnya. Dengan, sistem keamanan tersebut, kecil kemungkinan tahanan bisa kabur.
Namun, berbekal sebuah gergaji besi dan untaian sajadah, benteng kokoh itu bisa ditembus oleh 16 tahanan. Mereka merusak terali besi dan menggunakan untaian sajadah yang dijadikan tali. Kejadian itu pun tidak banyak diketahui warga sekitar.
”Terus terang, kami tidak pernah melihat tahanan itu kabur karena kejadiannya Senin (19/2/2024) subuh di saat kami sedang tidur pulas,” kata Reza (26), warga Penjernihan I, Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, yang tinggal di samping Markas Polsek. Memang, berdasarkan laporan di kepolisian, para tahanan melarikan diri pada pukul 02.40.
Baca juga: 16 Tahanan Polsek Tanah Abang Kabur lewat Ventilasi
Walau tidak melihat secara langsung, Reza mendengar informasi ada warga yang melihat beberapa orang tidak dikenal menggunakan celana pendek berlari dari arah belakang Markas Polsek, pada saat kejadian. ”Kemungkinan orang yang tidak dikenal itulah yang merupakan tahanan Mapolsek,” katanya.
Pengamanan di wilayah tempat tinggalnya, menurut Reza, sudah cukup ketat. Misalnya, portal permukiman yang berada di samping Markas Polsek akan selalu ditutup ketika malam hari. Hanya beberapa akses yang dibuka.
Walakin, jika orang yang melintas, warga sulit membedakan apakah itu warga setempat atau bukan. Hal ini karena beberapa rumah di kawasan itu membuka layanan indekos sehingga bisa saja warga menganggap orang asing yang datang itu merupakan teman atau keluarga dari penghuni indekos itu.
Baca juga: 11 Tahanan Polsek Kabur, Kompolnas Akan Klarifikasi Polda Sumbar
Walau jarang masuk ke area kompleks Markas Polsek Metro Tanah Abang, Reza merasa akrab dengan kondisi tahanan. Ia kerap mendengar suara para tahanan yang berada di balik jeruji besi. Hampir setiap hari mereka bernyanyi dan beribadah bersama, terutama ketika subuh dan menjelang malam.
”Namun ketika peristiwa (kaburnya tahanan) itu terjadi, lantunan doa subuh tidak lagi terdengar,” kata Reza yang sudah tiga tahun tinggal di sana.
Peristiwa berulang
Oleh karena tubuhnya cukup gempal, tahanan itu pun terjatuh. Warga yang menyadari keberadaannya segera menangkap dan menyerahkan ke jajaran Polsek Metro Tanah Abang. ”Kebetulan, ia kabur pada siang hari sehingga masih banyak warga di balik tembok,” katanya.
Kepala Polres Jakarta Pusat Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro menyatakan, hingga saat ini jajarannya terus mengejar tahanan yang kabur dengan membentuk tim khusus. Mereka yang kabur diketahui merupakan tahanan untuk berbagai tindak kriminal, seperti narkoba, kriminal umum, dan beberapa tahanan titipan jaksa.
Dari pengejaran itu, polisi sudah menangkap dua tahanan dan terus berupaya untuk mengejar 14 tahanan yang masih melarikan diri. ”Kami berharap warga juga segera melaporkan jika ada orang yang tidak dikenal dan mencurigakan ada di wilayahnya,” kata Susatyo.
Di sisi lain, Seksi Profesi dan Pengamanan Polres Metro Jakarta Pusat telah memeriksa 10 anggota Polsek Tanah Abang terkait kasus 16 tahanan yang kabur. Pemeriksaan dilakukan guna menyelidiki kronologi kaburnya para tahanan itu.
Evaluasi menyeluruh sangat diperlukan untuk mencari penyebab kaburnya tahanan
Peristiwa kaburnya para tahanan di wilayah Jabodetabek bukan sekali ini terjadi. Dalam catatan Kompas, setidaknya terjadi tiga kali peristiwa kaburnya tahanan bahkan sampai menimbulkan korban dalam dua tahun terakhir.
Kasus pertama adalah ketika tujuh tahanan di Polsek Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (13/10/2022). Walau pada akhirnya enam tahanan berhasil ditangkap, sebagai bentuk pertanggungjawaban, Kepala Polsek Jatiasih saat itu, Ajun Komisaris Samsar Sitanggang, langsung dicopot dari jabatannya.
Berikutnya, S (40), tahanan kasus pencabulan, juga kabur dari tahanan Polres Metro Bekasi Kota dengan menjebol plafon yang tembus ke belakang Markas Polres dan melompat ke Kali Bekasi. S akhirnya ditemukan tewas mengambang, Minggu (2/1/2022).
Pada tahun 2023, tim gabungan Polres Metro Tangerang Kota dan Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten menangkap Nurmawati yang kabur dari Lapas Kelas IIA Tangerang, Rabu (6/12/2023). Tahanan kasus penganiayaan itu ditangkap di rumah orangtuanya di Desa Kasui Lama, Kabupaten Way Kanan, Lampung, Sabtu (9/12/2023).
Evaluasi menyeluruh
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyesalkan terjadinya peristiwa tahanan kabur di Markas Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kondisi ini menunjukkan sistem keamanan tahanan di tingkat polsek di wilayah Ibu Kota belum optimal. Evaluasi menyeluruh sangat diperlukan agar kejadian ini tidak terulang.
Komisioner Kompolnas Poengky Indarti mempertanyakan mengapa bisa terjadi 16 tahanan di polsek yang berada di wilayah Ibu Kota kabur. ”Evaluasi menyeluruh sangat diperlukan untuk mencari penyebab kaburnya tahanan,” katanya (Kompas.id,20/2/2024).
Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, menurut dia, wajib memeriksa semua pihak yang terlibat atau lalai dalam menjalankan tugas. Pimpinan dan anggota yang bertugas di bagian tahanan dan barang bukti dimintai keterangan, termasuk para petugas jaga tahanan yang sedang menjalankan tugas piket.
Propam juga perlu mengkaji apakah prosedur standar operasi (SOP) perawatan tahanan sudah dilaksanakan dengan benar. Perlu juga diteliti apakah kamera pemantau (CCTV) di semua ruang sudah berfungsi dengan baik. ”Perlu juga ditelisik apakah ada keterlibatan oknum anggota kepolisian dalam kaburnya tahanan ini,” ujarnya.
Poengky juga menyoal jumlah anggota yang bertugas apakah sudah memadai. Pada kenyataannya, di beberapa polsek, jumlah personel yang tersedia belum memadai. Apalagi, banyak polisi yang bertugas di polsek merupakan anggota yang sudah mendekati usia pensiun.
Oleh karena itu, menurut dia, kondisi kesehatan, termasuk tingkat kedisiplinan anggota polsek, harus diperiksa secara rutin. Mereka harus dipastikan menjalankan SOP dengan baik, seperti melakukan patroli satu jam sekali serta menunaikan tata tertib administrasi tahanan dengan benar.
Tidak kalah penting, perlu dipastikan tahanan yang kabur tersebut terlibat dalam jenis kejahatan apa. ”Kaburnya tahanan bisa membahayakan keselamatan masyarakat,” ujar Poengky.
Beragam kasus kaburnya tahanan menjadi bukti betapa rapuhnya sistem keamanan tahanan di tingkat Polsek. Pembenahan dibalut kesadaran petugas untuk menjalankan prosedur standar operasional secara baik menjadi keharusan demi keselamatan para tahanan maupun warga yang berada di sekitar Mapolsek.