Meski Banyak PHK, Permintaan Kerja di Bidang Teknologi Masih Tinggi
›
Meski Banyak PHK, Permintaan...
Iklan
Meski Banyak PHK, Permintaan Kerja di Bidang Teknologi Masih Tinggi
Profesional bidang teknologi tetap memiliki peluangnya sendiri, termasuk di dalamnya untuk bekerja selain di Indonesia.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi raksasa hingga skala yang lebih kecil kembali mengumumkan pemutusan hubungan kerja. Pengumuman PHK terbaru datang dari Google dan Amazon.
Namun, fenomena ini tidak serta-merta membuat para profesional di bidang teknologi digital tidak lagi diminati di pasar kerja. Mereka tetap punya peluang diterima bekerja di sektor industri non-teknologi yang sedang bertransformasi digital di dalam ataupun ke luar negeri.
Co-Founder dan Group General Manager Glints Steve Sutanto, Sabtu (20/1/2024), di Jakarta, mengatakan, pihaknya mengantisipasi koreksi bagi perusahaan teknologi pada paruh pertama tahun 2024. Kendati pasar tidak menentu, perusahaan teknologi diperkirakan akan terus merekrut karyawan untuk peran yang menghasilkan pendapatan, seperti pengembangan bisnis dan penjualan.
”Namun, fokus pada perekrutan massal akan berkurang dan lebih menekankan pada profitabilitas,” ujar Steve, Sabtu (20/1/2024) di Jakarta. Bagi kandidat yang dapat menunjukkan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab akan punya nilai tambah.
Sesuai laporan teranyar Glints yang bertajuk ”What to Expect in 2024: Southeast Asia Talent Trends and Outlook”, sepanjang 2023, sejumlah sektor industri terkait teknologi di Asia Tenggara teramati masih mencari dan merekrut profesional bidang teknologi, misalnya sektor industri keamanan siber, komutası awan, serta layanan dan konsultasi teknologi informasi. Kemudian, profesional yang berlatar belakang insinyur kecerdasan buatan diminati oleh sektor industri ritel yang tengah fokus efisiensi dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Profesional di bidang pengembang full-stack atau pengembang yang membangun front end dan back end laman, sesuai laporan Glints, tetap punya peluang besar direkrut lintas batas negara. Glints menemukan, semakin banyak perusahaan di Singapura merekrut pengembang full-stack asal Indonesia dan Vietnam.
Selain itu, Glints dalam laporannya menyebut adanya tren tim dan perusahaan hub tanpa batas. Lebih dari 73 persen perusahaan rintisan bidang teknologi di Asia Tenggara merekrut tenaga kerja di luar negara asal mereka.
Peningkatan jumlah tim tanpa batas negara terlihat pada 2023 dan akan semakin meningkat tahun 2024 ketika perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara berupaya untuk memperluas jangkauannya ke tingkat regional. Untuk menghemat biaya, para pemberi kerja menjadi lebih fleksibel dan merekrut tenaga kerja berbakat di luar kantor pusat mereka.
Laporan Glints itu merupakan hasil penelitian pada hampir 70.000 lowongan pekerjaan, wawancara perekrut, dan survei industri di Asia Tenggara.
Pada Januari 2024, sebanyak 58 perusahaan teknologi telah memberhentikan total 7.785 pekerjanya, menurut Layoffs.fyi. PHK ini merupakan kelanjutan dari langkah pengetatan strategis yang dilakukan tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, perusahaan sektor teknologi telah memberhentikan lebih dari 260.000 pekerja.
Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berpendapat, keahlian bidang teknologi digital akan selalu dibutuhkan. Apalagi, kekurangan profesional yang ahli di bidang teknologi digital masih terjadi, terutama di Indonesia.
Sesuai riset McKinsey, Indonesia diproyeksikan kekurangan 9 juta tenaga kerja terampil bidang teknologi sampai 2030.
Menurut dia, PHK yang dilakukan oleh perusahaan raksasa teknologi bukan karena faktor tech winter. Tech winter adalah kondisi kenaikan biaya modal yang memaksa investor memperketat seleksi investasi mereka untuk memaksimalkan pengembalian investasi dan menurunkan risiko. Mereka umumnya sudah cash rich. Apabila mereka memutuskan PHK, itu karena mereka ingin berusaha tetap relevan.
”Dengan situasi global yang tidak menentu, semua perusahaan apa pun sektor industrinya harus berusaha tetap relevan,” ujar Willson.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memandang, fenomena PHK yang sekarang terjadi di perusahaan teknologi sebagai upaya memfokuskan ke lini bisnis yang bisa membuat mereka untung. Untuk perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up, pelambatan ekonomi global dan tren higher for longer atau tingkat suku bunga global bertahan pada level tinggi dalam waktu yang lebih lama berkontribusi menurunkan arus pendanaan ke start up.
Dengan situasi global yang tidak menentu, semua perusahaan apa pun sektor industrinya harus berusaha tetap relevan.
Dia meyakini, fenomena tersebut cenderung bersifat temporer. Potensi pengembangan bisnis di bidang teknologi masih besar pada masa mendatang, terutama di Indonesia.
”Kami menilai profesional bidang teknologi tetap memiliki peluangnya sendiri, termasuk di dalamnya untuk bekerja selain di Indonesia. Selain itu, kami menilai dengan perkembangan teknologi yang cukup cepat di masa depan, maka peluang pekerja sektor di teknologi masih cukup terjaga,” ujar Josua.