Selain perang Israel-Hamas, bara konflik lama di Timur Tengah kini memanas lagi. Sebagian telah menjadi konflik baru.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM, B JOSIE SUSILO HARDIANTO
·5 menit baca
ISLAMABAD, KAMIS — Bara konflik di kawasan Timur Tengah kian memanas. Selain perang Israel-Hamas yang kini meluas ke Lebanon, serta mengimbas ke Laut Merah dan Yaman, kini bara konflik memanaskan Iran dan Pakistan. Pada Kamis (18/1/2024) pagi, Angkatan Udara Pakistan menyerang posisi kelompok separatis Baluch yang bersembunyi di Iran. Kelompok bersenjata itu telah berkali-kali melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Pakistan.
Setelah serangan atas posisi kelompok Baluch, Angkatan Bersenjata Pakistan berada dalam siaga tinggi. Perdana Menteri sementara Pakistan, Anwaarul-Haq Kakar, mempersingkat kehadirannya dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, untuk kembali ke Pakistan. Menteri Luar Negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani juga mempersingkat lawatannya ke Uganda.
Kementerian Luar Negeri Pakistan telah menerbitkan pernyataan terkait serangan atas kelompok Baluch. Kementerian Luar Negeri Pakistan menggambarkan serangan itu sebagai serangan militer presisi, terkoordinasi, dan ditargetkan secara khusus. Serangan itu diambil berdasarkan informasi intelijen yang kredibel mencegah terjadinya aktivitas teroris skala besar.
”Tindakan ini merupakan wujud tekad teguh Pakistan untuk melindungi dan mempertahankan keamanan nasionalnya dari segala ancaman,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Pakistan menamakan operasi militer itu Marg Bar Sarmachar”, yang bisa diartikan sebagai ’kematian bagi gerilya’. Dalam bahasa Farsi Iran, marg bar berarti ’kematian bagi’.
Istilah ini merupakan pepatah terkenal di Iran sejak Revolusi Islam tahun 1979 yang merujuk pada Amerika Serikat dan Israel. Dalam bahasa lokal Baluch, sarmachar berarti ’gerilya’ dan digunakan oleh kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah lintas batas negara Iran dan Pakistan.
Wakil Gubernur Sistan dan Baluchestan, Iran, Ali Reza Marhamati mengatakan, serangan Pakistan menewaskan sembilan orang. Menurut dia, korban tewas termasuk 3 wanita, 4 anak-anak, dan 2 pria di dekat kota Saravan. Kota itu berada di perbatasan Provinsi Sistan dan Baluchestan.
Setelah serangan itu, Iran memanggil Kuasa Usaha Pakistan di Iran. Sebelumnya, Pakistan telah menarik duta besarnya dari Iran pascaserangan pada Selasa lalu. Diberitakan sebelumnya, Selasa (16/1/2024), Iran membombardir posisi kelompok militan Jaish al-Adl yang bersembunyi di perbatasan Pakistan.
Serangan atas posisi kelompok-kelompok bersenjata itu berpotensi besar membahayakan hubungan diplomatik kedua negara tersebut.
Tempat sembunyi
Selama ini, Iran dan Pakistan saling menuduh memberikan tempat berlindung bagi kelompok-kelompok bersenjata di wilayah masing-masing. Provinsi Baluchistan di Pakistan dan dua provinsi di Iran, Baluchestan dan Sistan, yang bertetangga kerap dihantui pemberontakan skala kecil. Di Iran, pemberontakan itu dilakukan kelompok nasionalis Baluchistan selama lebih dari dua dekade.
Sementara itu, Pakistan diduga menjadi lokasi persembunyian kelompok Jaish al-Adl. Kelompok itu disebut-sebut menjadi pelaku serangan ke kantor polisi di Sistan dan Baluchestan, Iran. Serangan itu menewaskan 11 polisi Iran dan melukai beberapa lainnya.
Sebagai balasan, pada Selasa lalu, Iran menyerang kawasan Bukit Hijau di Baluchistan, Pakistan. Kawasan itu diduga menjadi salah satu lokasi persembunyian Jaish al-Adl, kelompok separatis yang menjadi target Iran.
Kelompok ini tumbuh dari kelompok ekstremis yang dikenal sebagai Jundallah. Kelompok ini pernah diduga memiliki hubungan dengan Al Qaeda. Jaish al-Adl telah lama dicurigai beroperasi di Pakistan. Mereka kerap menyerang pasukan keamanan Iran.
Sejak lama, perburuan atas kedua kelompok bersenjata itu telah membuat Iran dan Pakistan saling curiga. Saat ini, perburuan itu menimbulkan kekhawatiran baru bahwa gejolak Timur Tengah meluas ke kawasan lain.
Tentara Pembebasan Baluch—kelompok separatis etnis yang beroperasi sejak tahun 2000—mengatakan akan membalas serangan Pakistan. Kelompok itu menyebut serangan Pakistan telah menyebabkan warga mereka terbunuh.
”Pakistan harus menanggung akibatnya. Sekarang Tentara Pembebasan Baluch tidak akan tinggal diam. Kami akan membalasnya dan mengumumkan perang terhadap negara Pakistan,” demikian peringatan Tentara Pembebasan Baluch.
Kelompok advokasi untuk masyarakat Baluch, HalVash, membagikan gambar secara daring yang menunjukkan sisa-sisa amunisi yang digunakan dalam serangan tersebut. Mereka menyebut sejumlah rumah warga di Saravan hancur. Mereka juga membagikan video yang menunjukkan sebuah bangunan berdinding lumpur hancur dan asap mengepul setelah serangan tersebut.
China, mitra penting bagi Iran dan Pakistan, mendesak kedua negara itu menahan diri. Beijing adalah pemain regional yang penting dan memiliki proyek pembangunan program Sabuk dan Jalan yang besar di Pelabuhan Gwadar, Provinsi Baluchistan, Pakistan.
”China dengan tulus berharap kedua belah pihak dapat bersikap tenang dan menahan diri serta menghindari eskalasi ketegangan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.
Terus bergejolak
Konflik antarnegara di kawasan Timur Tengah membuat kawasan tersebut terus bergejolak. Perang Israel-Hamas saat ini telah menyeret kelompok Hezbollah dan Houthi. Lebanon menjadi area ”perang” Israel-Hezbollah.
Perang di Gaza juga mengimbas ke Laut Merah. Kelompok Houthi yang kini mengontrol Yaman menyerang sejumlah kapal dagang. Mereka menyebut serangan itu untuk menekan ekonomi Israel. Houthi menegaskan, serangan itu merupakan bagian dari bentuk dukungan mereka kepada Hamas.
Serangan Houthi pada jalur perdagangan di Laut Merah ditanggapi Amerika Serikat dan Inggris dengan serangan udara atas situs militer Houthi di Yaman. Dalam serangan terbaru, AS menghancurkan 14 situs rudal Houthi.
Sebelumnya, Iran menggelar serangan udara pada Senin malam ke Irak dan Suriah. Serangan tersebut merupakan balasan serangan bom kembar dalam peringatan kematian Mayor Jenderal Qassem Suleimani, mantan Komandan Brigade Quds pada Garda Revolusi Iran (IRGC). Serangan bom itu menewaskan 90 orang. Awalnya Iran menduga bom itu didalangi AS dan Israel. Namun, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyatakan, pihaknyalah yang bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri itu. (AP/AFP/REUTERS)