Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyimpan memori kehidupannya di Museum dan Galeri SBY-Ani di Pacitan, Jawa Timur. Museum dan galeri ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·5 menit baca
Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Museum dan Galeri SBY-Ani di Pacitan, Jawa Timur, Kamis (17/8/2023). Museum ini menyimpan memori perjalanan kehidupan Yudhoyono di dunia militer, pemerintahan, keluarga, hingga seni.
Pilar-pilar menjulang tinggi kokoh berdiri di Museum dan Galeri SBY-Ani yang dibangun di Pacitan, Jawa Timur. Di dalam museum yang seluas 7.500 meter persegi itu tersimpan memori perjalanan hidup Presiden Ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pengunjung tidak hanya disuguhi Yudhoyono dari sisi aktivitas di bidang militer dan negarawan, tetapi juga kehidupan pribadi Yudhoyono sebagai manusia yang berkesenian serta bagian dari sebuah keluarga.
Di ruang utama ditampilkan prinsip hidup yang dipegang Yudhoyono, yakni kedamaian, keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Prinsip tersebut dijabarkan lebih dalam di ruang kontemplasi. Untuk mengenal sosok pemimpin asal Pacitan tersebut, pengunjung dibawa ke era masa lalu Yudhoyono, mulai dari pembentukan karakter dasar, perjalanan masa kecil, hingga pendidikan militer.
Selanjutnya, era Yudhoyono di tingkat nasional dan internasional mulai dari perjalanannya pada masa bakti di pemerintahan hingga kepresidenan. Dukungan dari keluarga juga ditunjukkan di museum ini. Hasrat Yudhoyono sebagai manusia dalam berkesenian juga ditampilkan untuk menjaga keseimbangan antara logika pengambilan keputusan dan kreativitas.
Kristiani Herrawati Yudhoyono atau Ibu Ani Yudhoyono merupakan sosok yang mendorong Yudhoyono untuk membangun museum tersebut. Amanah dari Ibu Ani yang meninggal pada 2019 akhirnya bisa diresmikan pada Kamis (17/8/2023) malam bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia.
Dalam meresmikan museum dan galeri ini, Yudhoyono didampingi kedua putranya, Agus Harimurti Yudhoyono bersama istri Annisa Pohan Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono bersama istri Aliya Rajasa Yudhoyono. Museum dan galeri ini resmi dibuka untuk umum mulai Jumat (18/8/2023). Hadir juga dalam kegiatan ini bakal calon presiden Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Bagi Yudhoyono, ada beberapa tanggal bersejarah dalam kehidupannya, yakni 9 September sebagai hari kelahirannya, dan 30 Juli sebagai hari pernikahannya dengan Ibu Ani. Namun, ia memilih 17 Agustus sebagai hari yang indah dan bersejarah.
”Itu saya pilih dengan harapan saya, kita semua, mendapatkan berkah hari kemerdekaan. Di tengah hari yang patut kita syukuri dan rayakan ini, hadir di tempat ini sebuah museum dan galeri yang insya Allah menjadi perjalanan bangsa kita menuju masa depan yang lebih baik,” tutur Yudhoyonodalam pidatonya di Pacitan yang disiarkan secara daring.
Yudhoyono mengungkapkan, museum ini menjadi rekaman sekaligus narasi bagaimana ia mengemban amanah rakyat mulai 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. Ini menjadi pertanggungjawaban moral kepada rakyat.
Menurut Yudhoyono, museum tidak hanya terkait dengan urusan masa lalu yang penuh dengan nostalgia dan romantisme. Ia berniat, museum dan galeri yang dibangunnya bisa menembus dimensi waktu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ia berharap, pengunjung yang hadir bisa belajar dari masa lalu yang dikaitkan dengan masa kini, dan mendapatkan inspirasi untuk membangun harapan di masa depan.
Yudhoyono pun berbagi memori dengan kedua sahabatnya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla serta Wakil Presiden ke-11 Boediono, yang pernah bersama-sama mengemban tugas di pemerintahan. Mereka dahulu ingin berbuat yang terbaik mengatasi semua permasalahan bangsa tanpa mengeluh.
Mereka juga teguh untuk tidak melanggar aturan dalam mencapai tujuan dan mengatasi permasalahan sangat berat yang seolah-olah tidak mungkin bisa dilakukan. ”Kita teguh pada sikap dan pendirian kita untuk tidak meninggalkan, apalagi melanggar konstitusi, pranata hukum, kaidah moral dan etika, dan nilai-nilai keadilan serta demokrasi,” tutur Yudhoyono.
Pilihan dan prinsip tersebut menjadi tantangan yang luar biasa. Jalan yang ditempuh sering tidak mudah. Namun, ia tidak pernah menyesal dengan pilihan tersebut. Yudhoyono memaknai kekuasaan sebagai mandat dan kepercayaan dari rakyat. Karena itu, ia ingin meraih dan menggunakan kekuasaan itu secara patut, baik, dan benar.
Ia mengakui, sebagian tujuan yang ingin diraihnya tidak sepenuhnya tercapai. Namun, Yudhoyono bersyukur, lebih banyak yang tercapai dan diwujudkan daripada yang tidak dapat diraih.
Lewat Museum dan Galeri SBY-Ani, Yudhoyono menyampaikan pesan kepada siapa pun yang akan mengemban amanah di negeri ini untuk memilih jalan yang baik dan benar. Meskipun tidak mudah, hal itu menjadi berkah, halal, dan sah. Ia juga berharap, museum ini bisa menginspirasi generasi muda bahwa tidak pernah ada jalan yang lunak untuk mencapai tujuan yang besar. Seberat apa pun persoalan akan selalu ada jalan dan solusinya.
Galeri seni
Yudhoyono juga memberikan perhatian khusus pada bagian Galeri Seni Ani Yudhoyono. Di ruangan tersebut tersimpan koleksi benda seni yang dimilikinya bersama dengan Ibu Ani. Karya seni tersebut berasal dari para seniman Indonesia dan mancanegara. Selain itu, juga terpajang karya pribadinya terutama lukisan dan karya fotografi Ibu Ani.
”Di balik itu semua ada satu tujuan besar. Indonesia yang kita cintai ini harus terus-menerus disiram dengan keteduhan dan keindahan,” tutur Yudhoyono.
Menurutnya, dunia estetika harus hadir mendampingi logika dan etika. Politik dan bisnis sering panas sehingga dibutuhkan kehadiran seni dan budaya. Ia percaya, kehadiran seni dalam kehidupan masyarakat akan mendatangkan kedamaian, ketenteraman, kasih sayang, dan rasa persaudaraan. Itu menjadi peran dan misi suci para seniman dan budayawan di Indonesia serta seluruh dunia.
Yudhoyono mempunyai cita-cita untuk menjadi bagian dari dunia seni dan budaya agar negeri ini semakin indah dan damai. Ia mengutip perkataan pelukis Pablo Picasso, seni bertujuan untuk menghilangkan debu yang setiap hari melekat pada diri agar memiliki jiwa yang bersih. Maknanya, hati yang sering dibersihkan dari debu melalui pendekatan seni, maka jiwa manusia akan menjadi semakin bersih, penuh kasih sayang, dan rasa damai.
Direktur Eksekutif Museum dan Galeri SBY-Ani Ossy Dermawan menambahkan, selain lukisan karya Yudhoyono, pengunjung juga bisa mendengarkan lagu yang diciptakan dan dinyanyikan Yudhoyono, serta membaca puisi karya Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut.
Koleksi kain tenun, batik, dan kerajinan Indonesia milik Yudhoyono dan Ibu Ani juga dapat dinikmati pengunjung. Selain itu, ada koleksi 15.000 buku di perpustakaan kepresidenan Yudhoyono. Sebanyak 500 buku di antaranya merupakan bacaan utama yang memengaruhi Yudhoyono.
Selain bentuk pertanggungjawaban pemerintahan era Yudhoyono, museum dan galeri seni ini juga merupakan tanda cinta Yudhoyono yang sangat dalam kepada Ibu Ani. Sebab, Ibu Ani merupakan sosok yang mendorong agar museum dan galeri tersebut bisa segera dibangun di tanah kelahiran Yudhoyono.
Ossy mengungkapkan, sejarah mencatat bahwa Yudhoyono merupakan presiden yang membangun Indonesia selama 10 tahun dalam masa yang tidak mudah. Di saat Yudhoyono diberi amanah oleh rakyat pada 2004, Indonesia belum sepenuhnya keluar dari dampak krisis mulitdimensi.
Permasalahan dan tantangan Indonesia pada saat itu sangat kompleks, sedangkan harapan rakyat sangat tinggi. Berkat dukungan penuh dari rakyat, pemerintahan Yudhoyono mampu membangun bangsa ini menjadi lebih baik.
Pengunjung dapat mengambil pelajaran penting dari kiprah seorang anak Pacitan yang merambah masa lalu di tempat terpencil hingga menjadi patriot bangsa dan mengabdi untuk TNI, serta menjadi menteri dan presiden yang terpilih secara demokratis.
”Museum dan galeri ini diharapkan dapat memberikan semangat inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus untuk meraih cita-cita besar yang mereka impikan,” ucap Ossy.