Diversifikasi Ekonomi Arab Saudi Sasar Indonesia Jadi Konsumen
Indonesia perlu mengatur strategi pariwisatanya jika tak ingin menjadi konsumen belaka.
Arab Saudi menyadari bahwa minyak dan gas bukan lagi sumber pendapatan yang bisa diandalkan. Ketergantungan pada sektor tersebut perlahan dipangkas. Mereka mulai fokus menggarap sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan. Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar pun, menjadi pasar utama Arab Saudi.
Mengutip Global Finance, sektor nonminyak Arab Saudi pada 2023 menyumbang hingga 50 persen produk domestik bruto (PDB). Hal itu pertama kali terjadi dan menjadi sejarah tersendiri bagi negara di Timur Tengah itu. Capaian itu sekaligus menandai keberhasilan diversifikasi pemasukan negara selain dari bahan bakar fosil.
Baca juga: Pariwisata, ”Minyak Baru” Arab Saudi
Data Pemerintah Arab Saudi menunjukkan pertumbuhan pendapatan PDB dari nonminyak mencapai 4,4 persen atau sekitar 453 miliar dollar AS. Angka itu setara dengan Rp 7.259,3 triliun dengan kurs Rp 16.025 per dollar AS.
”Sektor minyak dan gas bermodal tinggi dan tak menciptakan peluang pekerjaan yang dibutuhkan untuk memasok tenaga kerja muda yang berpendidikan makin tinggi,” ujar ekonom Timur Tengah Nasser Saidi, yang juga mantan Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon.
Menyiasati tantangan itu, Pemerintah Arab Saudi memberikan insentif untuk mendorong sektor pelayanan dan manufaktur. Alhasil, mayoritas sektor nonminyak pun tumbuh didongkrak konsumsi pribadi, seperti hiburan, pelayanan, dan wisata. Sektor-sektor ini berkontribusi hingga 40 persen perekonomian negara pada tahun lalu.
Salah satu yang difokuskan Pemerintah Arab Saudi adalah pariwisata. Mereka serius menggarap sektor tersebut sebagai salah satu sumber pendapatan. Buah ambisi tersebut mulai terlihat dari jumlah kunjungan ke Arab Saudi (inbound)yang terus meningkat signifikan pada 2021-2022.
Data Kementerian Pariwisata Arab Saudi menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Arab Saudi mencapai 3,5 juta orang pada 2021. Pada 2022, angka itu meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 16,6 juta orang.
Baca juga: Lompatan Terbaru Arab Saudi, Ambisius Menjadi Pusat Gim dan E-sport Dunia
Pada 2023, dalam pernyataan resmi Badan Pariwisata Dunia (UN Tourism), negara tujuan ibadah umat Islam itu berhasil menarik lebih dari 27 juta turis mancanegara serta lebih dari 79 juta turis domestik pada 2023. Total uang yang dibelanjakan lebih dari 67 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.073,7 triliun dengan kurs Rp 16.025 per dollar AS.
Dari angka itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, Indonesia menempati posisi puncak dengan kunjungan terbanyak pada 2023. Sekitar 1,5 juta orang pergi ke Arab Saudi untuk umrah dan haji.
”Mereka sedang mengembangkan (pariwisata) luar biasa. Tahun lalu, mereka berhasil tembus 100 juta wisatawan dengan 27 juta di antaranya wisatawan mancanegara. Pengunjung tertinggi setelah Indonesia adalah Bangladesh, Pakistan, dan India,” tutur Sandiaga dalam konferensi pers mingguan di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Ia mengakui, lebih banyak wisatawan Indonesia yang pergi ke Arab Saudi ketimbang sebaliknya. Jumlahnya bahkan sekitar 10 kali lebih kecil dibandingkan jumlah wisatawan Arab Saudi yang bertandang ke Indonesia.
Bandingkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara hanya sebesar 1,6 juta kunjungan pada 2021. Pada 2022, jumlahnya tumbuh hampir 2,5 kali lipat menjadi 5,5 juta kunjungan pada 2022.
Baca juga: ”Dragon Ball” di Tanah Arab, Ambisi Saudi Menggenjot Pariwisata
Kesuksesan Arab Saudi disokong strategi inisiatif yang digerakkan oleh sektor pariwisatanya. Permintaan kegiatan pariwisata naik hingga 390 persen pada 2023. Estimasi nilai tambah bruto (GVA) sektor pariwisata tembus 7 persen. Sementara, kontribusi langsung sektor pariwisata terhadap PDB diperkirakan tembus 4 persen.
Otoritas Wisata Arab Saudi, Presiden Pasar Asia Pasifik untuk Arab Saudi Alhasan Aldabbagh mengemukakan bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar utama pariwisata mereka. Orang-orang yang datang ke Arab Saudi diharapkan mau bereksplorasi lebih jauh, tak hanya beribadah umrah dan haji, tetapi juga berlibur dan menjalankan aktivitas lainnya.
”Tahun 2023, kami mencatat 1,5 juta orang Indonesia ke Arab Saudi. Tahun ini, kami menargetkan 2,2 juta pelaku perjalanan Indonesia. Namun, perbedaannya, kami ingin masyarakat Indonesia, terutama dari kelas ekonomi A dan B, untuk berlibur di Arab Saudi,” ujar Aldabbagh.
Hingga kuartal I-2024, hampir 500.000 pengunjung bertandang ke Arab Saudi. Tren positif diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
Ia melanjutkan, pariwisata merupakan masa depan Arab Saudi karena pihaknya ingin mendiversifikasi ekonomi tak hanya dari minyak.
Upaya kejar kunjungan
Guna mengejar angka kunjungan wisatawan Arab Saudi ke Indonesia, pemerintah tengah mengupayakan beragam hal. Hal ini mencakup kerja sama dengan maskapai hingga mengoptimalkan kinerja sektor ekonomi kreatif Indonesia di sana.
Sandiaga mengatakan, selama ini pesawat-pesawat yang mengantar jemaah dari Indonesia ke Arab Saudi pulang dengan kondisi kosong. Semestinya, armada-armada itu bisa diisi wisatawan Arab Saudi yang datang ke Indonesia.
”Ini sedang kami lobi, baik Garuda Indonesia maupun Saudi Airlines, agar bisa diisi dengan paket-paket (wisata) yang menarik bagi wisatawan dari Arab Saudi, antara lain pantai, gunung, dan wisata alam lainnya. Kami upayakan target kunjungan kembali ke angka prapandemi di atas 100.000,” kata Sandiaga.
Selama ini pula, masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari Rp 60 triliun per tahun untuk umrah. Banyak produk makanan, pakaian, dan cendera mata Arab Saudi yang bisa dikerjasamakan dengan Indonesia.
Selain itu, salah satu negeri Timur Tengah itu membutuhkan sumber daya manusia untuk bagian manajemen pelayanan, antara lain pengelola hotel dan destinasi wisata. Kemenparekraf melihat ini sebagai peluang untuk menambal kekurangan pergerakan dari Arab Saudi ke Indonesia. ”Itu yang sedang kami kembangkan agar tak boncos total,” katanya.
Baca juga: Mengail Rezeki dari Berkah Mekkah dan Madinah
Tak hanya menggencarkan promosi pariwisata Indonesia di kancah internasional, pemerintah juga mengupayakan agar warga negara Arab Saudi bisa berkunjung dengan bebas visa. Hal ini sesuai dengan permohonan pemerintah setempat.
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Chusmeru, berpendapat, Arab Saudi belum begitu agresif melakukan promosi dan pemasaran pariwisatanya ke pasar dunia. Namun, upayanya merupakan transformasi luar biasa yang akan menggarap pariwisata secara serius.
Itu yang sedang kami kembangkan agar tak boncostotal.
Ia meyakini, nantinya bukan hanya wisatawan Muslim yang berkunjung ke Arab Saudi, melainkan banyak orang dari ragam agama juga akan ke sana. Sebab, Arab Saudi kaya lokasi sejarah, budaya, dan alam yang jarang dimiliki negara lain, seperti gurun.
”Arab Saudi memiliki nilai kompetisi yang tinggi, punya komparasi nilai tinggi dibandingkan destinasi wisata negara lain. Ini bisa jadi komparasi bagi calon wisatawan yang akan ke sana,” kata Chusmeru.
Selain beragam kemudahan visa yang diberikan bagi para wisatawan dan jemaah, Arab Saudi juga menggarap sektor wisata dengan pembangunan infrastruktur. Upaya-upaya ini niscaya mendorong Arab Saudi sebagai tombak pariwisata dunia.
Wilayah Timur Tengah, lanjut Chusmeru, tak pernah lepas dari gejolak politik. Namun, sejauh ini, Arab Saudi dapat menjaga stabilitas negara dengan konflik politik dalam negeri yang relatif landai.
Konflik antarnegara di Timur Tengah yang mungkin memengaruhi wisatawan adalah gangguan perjalanan, khususnya jalur udara. ”Namun, banyak orang memersepsikan kondisi dalam negeri Arab Saudi selama ini relatif stabil, jadi saya pikir enggak ada masalah,” tutur Chusmeru.
Kesadaran Pemerintah Arab Saudi perlahan lepas dari minyak dan gas sebagai pemasukan utama membuat mereka mulai beralih ke sektor-sektor lain, termasuk pariwisata. Indonesia bakal menjadi sasaran utama produk-produk wisata itu. Indonesia perlu mengatur strategi pariwisatanya jika tak ingin menjadi konsumen belaka.
Baca juga: Melihat Perubahan di Arab Saudi