Riuh Sidang MK dan Depresiasi Rupiah Bikin Saham Bergerak Lemah
Belum optimistis terhadap kinerja IHSG April 2024, pelaku pasar berharap situasi membaik pasca-Ramadhan dan Lebaran.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG masih menunjukkan pelemahan di awal April 2024. Pelaku pasar diindikasikan belum optimistis pada kinerja IHSG dua pekan terakhir karena beberapa sentimen ekonomi dan politik di dalam dan luar negeri. Namun, ada harapan kinerja IHSG pada April akan lebih baik dibandingkan Maret.
Analisis teknikal Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG melemah terbatas dalam rentang pergerakan 7.140-7.200 pada Kamis (4/4/2024). Kamis ini, IHSG dibuka menguat 3,88 poin atau 0,05 persen ke posisi 7.170,72 dari penutupan bursa hari sebelumnya dan mampu menyentuh level 7.200.
Pergerakan IHSG dua minggu terakhir masih berada di posisi terendahnya sejak pertengahan Februari 2024.
Kendati demikian, pergerakan IHSG dua minggu terakhir masih berada di posisi terendahnya sejak pertengahan Februari 2024. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG mengalami koreksi sekitar 1 persen sepanjang dua minggu terakhir, dari 18 Maret sampai dengan 2 April 2024. Sejalan dengan hal itu, terjadi arus keluar modal asing (net sell)dalam dua minggu terakhir, sebesar Rp 5,26 triliun.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menyebut, angka itu terbilang besar dengan total arus masuk asing (net buy)di pasar saham RI sebesar Rp 22,99 triliun sejak awal 2024. ”Beberapa faktor memengaruhi penurunan IHSG dan net sell dalam beberapa waktu belakangan ini,” ujarnya dalam keterangan kepada wartawan.
Sengketa hasil pemilu
Faktor pertama adalah kian panasnya sidang Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang diumumkan pada 20 Maret 2024 dan menetapkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai peraih suara terbanyak.
Pada Jumat (5/4/2024), empat menteri direncanakan hadir sebagai saksi terkait tudingan politisasi bantuan sosial dan APBN. Keempat menteri itu ialah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Faktor kedua, berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit perbankan terdampak Covid-19. Restrukturisasi kredit terkait pandemi Covid-19 sejak Oktober 2020 hingga 31 Maret 2024 menjaring 6,68 juta debitur dengan nilai pinjaman Rp 830,2 triliun. Sebanyak 4,96 juta debitur atau 75 persen dari total debitur penerima program merupakan UMKM dengan total saldo kredit Rp 348,8 triliun.
Pembagian dividen juga diiringi dengan masa repatriasi dividen dari dalam negeri kepada investor asing yang memegang saham dalam negeri.
Faktor ketiga, terkait masa pembagian dividen perusahaan tercatat besar yang disertai oleh repatriasi dividen, terutama pada sektor perbankan yang jatuh pada Maret 2024. Setelah mengalami net buy asing tertinggi sepanjang 2024, saham emiten bank besar mengalami penurunan harga cukup signifikan.
”Pembagian dividen juga diiringi dengan masa repatriasi dividen dari dalam negeri kepada investor asing yang memegang saham dalam negeri. Hal ini turut menjadi faktor pelemahan rupiah,” ujar Irvan.
Penguatan dollar AS
Pelemahan mata uang rupiah yang cukup signifikan sepanjang 2024, hingga nyaris Rp 16.000 per dollar AS, menjadi faktor berikutnya. Data kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menunjukkan, rupiah mengalami depresiasi sekitar 3 persen dari akhir 2023 hingga 3 April 2024. Tidak hanya rupiah, pelemahan ini juga dialami mata uang negara lainnya.
Selain masa repatriasi dividen dari dalam negeri, depresiasi rupiah juga disebabkan sentimen eksternal. ”Ada tren penguatan dollar AS yang dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang tetap solid di tengah inflasi yang masih tinggi sehingga kebijakan suku bunga AS diprediksi masih akan ditahan tinggi untuk sementara waktu. Lalu, eskalasi ketegangan geopolitik dan volatilitas yang mendorong penguatan dollar AS sebagai salah satu safe haven,” kata Irvan.
Tren aktivitas transaksi cenderung menurun, khususnya mendekati libur Lebaran.
Faktor terbaru adalah inflasi Indonesia yang naik. Inflasi Maret mencapai 3,05 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,75 persen. Kenaikan inflasi Maret 2024 salah satunya didorong oleh inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kemudian, ada faktor aktivitas transaksi yang cenderung menurun menjelang periode libur panjang. ”Tren aktivitas transaksi cenderung menurun, khususnya mendekati libur Lebaran. Hal ini disebabkan peniadaan aktivitas transaksi pada 8 April-15 April 2024,” katanya.
Belum optimistis
Hasil survei pelaku pasar oleh Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dan CSA Community bertajuk CSA Index untuk April 2024 menyimpulkan, pelaku pasar belum terlalu optimistis terhadap kinerja IHSG. Hasil CSA Index periode ini menunjukkan, indeks April 2024 hanya sebesar 65,8, atau lebih rendah ketimbang Maret 2024 sebesar 67,6.
Penurunan ini terjadi karena adanya ekspektasi pasar yang tidak sesuai target. Ekspektasi ini antara lain merujuk pada suku bunga yang belum diputuskan turun oleh bank sentral pada Maret, khususnya di Amerika Serikat.
”Belum adanya penurunan suku bunga membuat perekonomian diperkirakan akan melambat. The Fed masih mengisyaratkan potensi pemangkasan suku bunga. Namun, belum terealisasinya ini memberi tekanan pada nilai tukar,” kata mereka dalam laporannya.
Keluarnya aturan perdagangan baru di pasar saham pada akhir Maret juga membuat pasar harus menyesuaikan diri. Aturan itu ialah penerapan periodic call auction secara penuh bagi saham yang masuk dalam papan pemantauan khusus. Aturan ini resmi berlaku pada 25 Maret 2024.
Meski demikian, pasar mengharapkan perbaikan kinerja IHSG, setidaknya pasca-Ramadhan dan Lebaran. Peningkatan transaksi setelah libur panjang dan laporan kinerja keuangan emiten di triwulan I-2024 yang terdongkrak aktivitas pada bulan Ramadhan diperkirakan akan memompa kembali IHSG.
”Berdasarkan konsensus, pelaku pasar masih mengharapkan IHSG dapat bergerak positif pada April ini dengan target penguatan mencapai 7.438,” kata mereka.
CSA Index juga mencermati sektor-sektor yang akan menjadi penggerak utama untuk IHSG pada April. Sektor keuangan masih menjadi pilihan utama karena laporan kinerja terakhir yang memuaskan. Opsi berikutnya adalah sektor energi dan consumer non-cyclical yang menyediakan kebutuhan harian masyarakat.