Saham Perbankan dan Sektor Konvensional Masih Dipercaya Investor
Saham sektor keuangan yang didominasi perbankan tumbuh 3,47 persen di triwulan I-2024 dan menjadi kontributor transaksi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Saham-saham perusahaan sektor keuangan yang didominasi perbankan mencatatkan pertumbuhan paling positif di triwulan I-2024. Investor di pasar modal juga masih mempercayai saham-saham yang menjadi penggerak ekonomi lama di tengah ketidakpastian global.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham dalam indeks sektor keuangan (IDXFinance) memimpin pertumbuhan positif dibandingkan dengan belasan indeks sektoral lainnya.
Saham-saham perusahaan sektor keuangan yang didominasi perbankan mencatatkan pertumbuhan paling positif di triwulan I-2024.
Per 15 Maret 2024, saham sektor keuangan tumbuh 3,47 persen. Pertumbuhan IDXFinance juga lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya tumbuh 0,76 persen.
Indeks saham sektor keuangan juga mengungguli indeks saham sektor infrastruktur yang hanya tumbuh 1,01 persen. Tahun lalu, saham sektor infrastruktur tumbuh hingga 80,75 persen. Saat itu, sektor keuangan hanya tumbuh 3,07 persen.
Sementara pada triwulan I-2024, saham sektor energi tumbuh 0,96 persen, saham sektor industri tumbuh 0,86 persen, dan siklikal 0,47 persen. Adapun sektor yang indeks sahamnya mengalami pertumbuhan negatif terdiri dari transportasi (-0,78 persen), nonsiklikal (-1,83 persen), material dasar (-2,99 persen), kesehatan (-3,95 persen), properti (-5,95 persen), dan teknologi (-18,45 persen).
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan, sejak tahun lalu sektor keuangan menjadi kontributor transaksi harian terbesar, yaitu 30 persen dari total sekitar Rp 11 triliun. Besarnya transaksi ini juga ditopang investor asing yang sejak awal tahun mencatatkan penjualan/pembelian bersih hingga Rp 23,56 triliun.
”Memang, isu dari investor kita adalah likuiditas. Jadi, makanya sektor perbankan, terutama, menikmati kontribusi signifikan dari nilai transaksi kita,” kata Iman dalam acara Buka Puasa Bersama Wartawan Pasar Modal BEI, di Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Kebutuhan akan kepastian likuiditas tersebut, menurut Iman, dimungkinkan dengan kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian, pasca-Pandemi Covid-19, yang diikuti resesi global, inflasi dan suku bunga dunia yang tinggi. Ketidakpastian ini juga tidak lepas dari dampak perang Rusia-Ukraina, konflik Israel-Hamas, hingga isu perubahan iklim.
Menanggapi data ini, pengamat pasar modal sekaligus Deputy President Director Samuel Sekuritas, Suria Dharma, berpendapat, investor memercayakan uangnya di perusahaan sektor keuangan karena adanya bank-bank berkapitalisasi besar yang memiliki likuiditas tinggi. ”Bobot big banks di IHSG kita sangat besar, baik dari segi market cap maupun net profit,” ujarnya.
Berdasarkan data BEI sampai Februari 2024, empat bank menduduki peringkat 10 besar saham dengan kapitalisasi terbesar. Di peringkat pertama PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA) dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 1.205 triliun.
Di peringkat kedua PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 919 triliun. Di peringkat kelima PT Bank Mandiri Persero Tbk dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 648 triliun. Di peringkat kesembilan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BBNI) dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 212 triliun.
Di luar perbankan, prestasi 10 besar kapitalsasi terbesar diisi perusahaan tambang seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Lainnya adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang bergerak di energi, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang bergerak di material dasar, PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM) yang bergerak di telekomunikasi, dan PT Astra International Tbk (ASII) yang bergerak di transportasi.
Data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan penggerak ekonomi tradisional, seperti keuangan, tambang, dan material dasar, masih mendominasi dibandingkan dengan perusahaan ekonomi baru, yang umumnya berkaitan dengan teknologi. Tren mendominasinya sektor teknologi terjadi di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, selama beberapa tahun terakhir.
Mengutip Trading Economics, tujuh perusahaan teknologi berturut-turut ada di daftar perusahaan berkapitalisasi besar di bursa AS. Mereka adalah Microsoft, Apple, Nvidia, Google, dan Amazon.
Di Indonesia, saham teknologi berkapitalisasi besar yang baru tercatat di bursa adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Namun, saham ini masih berkinerja buruk. Bahkan dalam laporan keuangan terakhir, mereka mencatat kenaikan kerugian 124 persen secara tahunan menjadi Rp 90,39 triliun pada 2023.
BEI juga memiliki emiten teknologi lain, yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang terdaftar pada 2021 lalu. Sayangnya, pergerakan harga kedua saham perusahaan teknologi ini sama-sama melorot sampai saat ini.
”Sektor teknologi sempat berpotensi pada waktu zaman Covid-19, tapi kemudian hilang momentumnya. Apalagi di tengah tingginya tingkat suku bunga yang paling berdampak negatif terhadap sektor teknologi,” kata Suria.