Jurus Antitersesat Keluyuran untuk Pemula di Brussels
Tak perlu cemas tersesat atau tidak sampai ke tempat tujuan saat keluyuran sendirian di jalanan Eropa.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
Apakah Anda baru pertama kali akan berkunjung Brussels? Apakah Anda khawatir tersesat atau tidak tahu jalan di sana karena tidak memiliki sanak saudara atau kenalan? Jangan cemas, ada jurus antitersesat keluyuran sendiri di Brussels untuk pemula.
Saat Kompas pertama kali tiba di Brussels, Belgia, Senin (19/3/2024) siang waktu setempat, benar-benar sendiri tanpa kenalan yang datang menjemput atau memberi tahu jalan. Tapi tak perlu khawatir, sebelum tiba di ibu kota Belgia itu, Kompas sudah berselancar dulu di dunia maya tentang peta moda transportasi di sana. Jadi, tak perlu cemas tersesat atau tidak sampai ke tempat tujuan saat keluyuran sendirian di jalanan Eropa.
Salah satu laman yang sangat membantu adalah www.stib-mivb.be. Laman ini bisa menjawab pertanyaan turis soal moda transportasi apa yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan.
Contohnya saja, dari bandara (Brussels Airport) Kompas hendak menuju hotel yang sudah dipesan di area bernama Diamant. Kita cukup mengetik titik awal berangkat, tujuan, dan akan berangkat jam berapa. Hanya dalam beberapa detik, muncul berbagai alternatif pilihan moda rute, moda transportasi, dan berapa lama durasi yang ditempuh.
Alternatif yang diberikan beragam moda transportasi mulai dari bus, metro (kereta bawah tanah), dan trem. Kita pun bisa melihat nomor trayek, rute trayek, dan estimasi jam keberangkatan dari lokasi kita.
Kalau hendak mencoba jalur dan moda transportasi sendiri tanpa dibantu laman ini pun bisa. Kita bisa melihat puluhan trayek dan rute dari tiap moda transportasi yang ada di Brussels.
Dengan hanya berbekal rajin membuka situs ini, dijamin Anda yang baru pertama kali tiba di Brussels bisa sampai di tujuan bahkan tanpa bantuan orang lain.
Mengutip situs resminya, STIB-MIVB merupakan akronim dari Société des Transports Intercommunaux de Bruxelles atau terjemahan bebasnya adalah perusahaan transportasi publik Brussels. Perusahaan ini bekerja sama dengan pemerintah dan bertanggung jawab untuk mengoperasikan sistem tranportasi publik urban di area Brussels.
Jaringan STIB di kota Brussels ini mencakup 4 jalur metro, 17 jalur trem, dan 55 bus. Selain itu, ada 11 jalur bus yang beroperasi di tengah malam sampai dini hari. Total ada lebih dari 1.300 armada kendaraan dari tiga moda transportasi itu yang beroperasi 20 jam sehari selama 7 hari dalam sepekan.
Pemerintah di sana pun merancang sistem transportasi publik yang saling terkoneksi dan bisa diandalkan.
Mengelola transportasi di ibu kota Belgia ini jadi urusan penting. Sebab, luas wilayah ibu kota Brussels mencapai 162 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Adapun tingkat kepadatan penduduknya mencapai 7.600 jiwa per kilometer persegi.
Bandingkan dengan Jakarta yang luasnya 661,5 kilometer persegi dengan penduduk 10,56 juta orang. Adapun tingkat kepadatan penduduk Jakarta sekitar 16.000 jiwa per kilometer persegi.
Seperti halnya kota lama Eropa, jalanan di Brussels kecil dan sempit. Bila semua orang mengendarai mobil, sudah pasti kemacetan lalu lintas bakal tak terelakkan. Maka, pemerintah di sana pun merancang sistem transportasi publik yang saling terkoneksi dan bisa diandalkan. Salah satunya dengan menciptakan panduan sistem transportasi seperti ini.
Mengurangi emisi
Tak hanya membantu memberi informasi soal moda transportasi, situs ini juga memberikan informasi berapa banyak karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari perjalanan yang bakal ditempuh jika dibandingkan dengan berkendara sendiri.
Misalkan, perjalanan dari bandara menuju ke daerah Schuman yang jadi markas pusat Uni Eropa. Di sana disebutkan perjalanan rute ini menggunakan bus akan menghasilkan 893 gram CO2. Sementara itu, bila berkendaraan dengan mobil akan mengeluarkan 1.786 gram CO2.
Informasi ini diharapkan bisa jadi bahan pertimbangan warga di sana agar lebih memilih moda transportasi. Seperti diketahui, warga Eropa sudah sangat memperhatikan soal jejak karbon dan berupaya untuk melakukan dekarbonisasi.
Dari Brussels, kita bisa belajar bahwa mengelola transportasi dengan serius itu bisa memberikan manfaat luas tak hanya dari tata kelola kemacetan lalu lintas, membantu pariwisata, hingga aspek pengurangan emisi.
Ini karena Uni Eropa punya program European Green Deal yang berkomitmen menjadikan Eropa jadi benua pertama yang netral karbon di dunia. Salah satu misinya adalah dengan langkah ambisius menekan emisi untuk berkurang hingga 55 persen pada 2030.
Dari Brussels, kita bisa belajar bahwa mengelola transportasi dengan serius itu bisa memberikan manfaat luas tak hanya dari tata kelola kemacetan lalu lintas, membantu pariwisata, hingga aspek pengurangan emisi. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlewati. Jadi, bagaimana tidak perlu khawatir tersesat, kan, di Brussels?