Tanpa Industri Komponen Dalam Negeri, Pabrik Perakitan Apple Akan Sia-sia
Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana melobi Apple supaya membangun pabrik perakitan di dalam negeri.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya mendorong jenama ponsel pintar global agar membangun pabrik perakitan di Indonesia harus dibarengi dengan kesiapan pengembangan industri komponen. Jika tidak disiapkan, multiefek industri ponsel nasional tidak bisa dirasakan secara optimal.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, Jumat (22/3/2024), di Jakarta, menyampaikan pandangan tersebut. Berdasarkan pengalaman beberapa jenama ponsel pintar global yang sudah merakit produk mereka di Indonesia, seperti Samsung, mayoritas komponen masih harus diimpor dari luar negeri.
”Jadi, di Indonesia cuma tinggal merakit. Padahal, yang Indonesia inginkan adalah menekan impor. Kalau di Indonesia lebih banyak merakit ponsel dan rakitannya hampir jadi, itu sama dengan impor ponsel jadi turun, tetapi impor komponen naik,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, seusai acara buka bersama, Kamis (21/3/2024), di Jakarta, mengatakan, CEO AppleTim Cook dijadwalkan berkunjung ke Indonesia pada 20 April 2024. Kesempatan itu akan dimanfaatkan Budi untuk melobi Apple supaya bersedia membangun pabrik perakitan ponsel pintarnya di Indonesia.
Selama ini Apple diketahui telah memiliki Apple Academy, institusi pelatihan keterampilan digital yang di antaranya berlokasi di BSD, Tangerang Selatan, Banten, dan di Batam, Kepulauan Riau. Jumlah peserta pelatihan diperkirakan mencapai 2.000 orang.
”Apple, kan, sudah membuat Apple Academy. Nanti kami lobi Apple terkait investasi pabrik manufaktur di Indonesia karena Apple mempunyai basis pelanggan yang besar di Indonesia. Nanti kami pikirkan juga seperti apa wujud insentif yang tepat (untuk Apple),” kata Budi.
Pemerintah Indonesia harus siap menjembatani kebutuhan produksi Apple, termasuk kebutuhan komponen yang juga berstandar tinggi.
Budi juga menyampaikan, selain Tim Cook, CEO Microsoft Satya Nadella juga akan berkunjung ke Indonesia pada 17 April 2024. Ia direncanakan akan menemui Satya untuk membahas seputar transfer pengetahuan dan teknologi kecerdasan buatan.
Faisal menambahkan, jenama ponsel pintar global, seperti Apple, biasanya memiliki standar produksi yang tinggi. Jika Pemerintah Indonesia ingin melobi Apple membangun pabrik perakitan di Indonesia, Pemerintah Indonesia harus siap menjembatani kebutuhan produksi Apple, termasuk kebutuhan komponen yang juga berstandar tinggi.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno, yang turut hadir saat acara buka bersama di kantor Kemenkominfo, berpendapat, ekosistem industri gawai nasional belum mandiri. Akibatnya, impor gawai beserta komponen pendukungnya cenderung lebih besar.
”Jika Indonesia menginginkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) gawai tinggi, hal yang diurus adalah memperkuat kerja sama pemerintah ke pemerintah (G to G), bukan sekadar pemerintah dengan pelaku usaha ataupun pelaku usaha gawai lokal dengan global,” ucap Sarwoto.
Seperti diketahui, sejak 2015 Pemerintah Indonesia mendorong semua jenama ponsel pintar memenuhi TKDN. Ponsel pintar yang dipasarkan harus memenuhi TKDN minimal 30 persen sesuai Permenkominfo Nomor 27/2015 tentang Batasan Persentase TKDN bagi Perangkat 4G LTE dan Spesifikasi Teknis Pengujian Perangkat Telekomunikasi berbasis 4G/LTE. Mengenai skema pemenuhan TKDN diatur lewat peraturan Menteri Perindustrian. Beberapa skema sempat berkembang, seperti skema perangkat keras, perangkat lunak, dan investasi.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, impor ponsel, termasuk ponsel cerdas, di Indonesia mencapai 1,10 miliar dollar AS pada 2022. Nilai impor ini naik 31,74 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 833,17 juta dollar AS.