Upaya untuk mewujudkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir juga membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dalam hal ini, perbankan dapat menjadi salah satu sektor yang berkontribusi terhadap pembentukan ekosistem kendaraan listrik melalui mekanisme pembiayaan.
Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya menyampaikan, saat ini, ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Selain dukungan kebijakan dari pemerintah, upaya untuk membentuk ekosistem tersebut memerlukan dukungan dari sisi teknologi, sumber daya, serta pembiayaan.
Menurut Riko proses pembentukan ekosistem kendaraan listrik kemungkinan tidak dalam waktu singkat karena akan terus bergulir dan ekosistem itu bisa dimulai dari yang kecil. Saat ini, kita bisa melihat sudah banyak mobil listrik di jalan, sudah mulai ada stasiun pengisian baterai (charging station), dan sudah mulai ada juga industri pengolahan baterai. ”Tapi, untuk membangun manufacturingbattery, mungkin membutuhkan waktu 1-2 tahun,” katanya seusai acara HSBC Investment Forum 2024, di Jakarta, Selasa (19/3/2024).
Selain itu, perihal keterjangkauan harga (affordability) kendaraan listrik dan pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik turut membutuhkan waktu untuk dapat berkembang di Indonesia. Hal ini mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan besar.
Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja sama dari para pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sektor perbankan, sektor swasta, serta kerja sama antarnegara. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan adalah dengan menghubungkan para pemain kendaraan listrik di kancah global dengan kebutuhan investasi dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.
”Kalau kita men-support mereka (para pemain kendaraan listrik) masuk Indonesia, mereka bisa menghadirkan mobil-mobil yang affordable. Jadi, akan ada banyak mobil yang lebih murah lagi,” imbuhnya.
Riko menambahkan, sektor perbankan juga dapat membantu pengembangan ekosistem kendaraan listrik dengan menawarkan pembiayaan multiguna yang menarik. Hal ini telah dilakukan HSBC yang menyalurkan kredit jangka panjang tiga tahun senilai Rp 200 miliar dan pendanaan hijau Rp 50 miliar kepada PT SGMW Multifinance Indonesia, perusahaan pembiayaan captive milik SAIC Motor HK yang melayani Wuling dan Morris Garage (MG).
Jadi, sekarang mungkin 5-5,3 persen, nanti bisa menjadi 5,8 persen di 2030 katakanlah. Jadi, sangat signifikan dampaknya.
Dengan demikian, pada gilirannya ekosistem diharapkan dapat terbentuk dan berdampak bagi perekonomian domestik. Riko menyebut, dengan investasi senilai 30 miliar dollar AS dan memanfaatkan potensi kendaraan listrik yang ada, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat sekitar 0,5 persen.
”Jadi, sekarang mungkin (pertumbuhan ekonomi) 5-5,3 persen, nanti bisa menjadi 5,8 persen di 2030 katakanlah. Jadi, sangat signifikan dampaknya,” katanya.
Menurut Riko, upaya membangun ekosistem kendaraan listrik tidak hanya bicara soal tantangan konversi, melainkan juga keterjangkauan harga, infrastruktur, serta perkembangan teknologi. ”Kami percaya, rantai pasok ini benar-benar end to end sehingga kita tidak bisa masuk di salah satu saja, katakanlah masuk di baterainya saja, tidak bisa. Kita mesti masuk di setiap lini rantai pasoknya,” ujarnya.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin menambahkan, ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik saat ini belum menjadi isu utama dalam ekosistem kendaraan listrik. Hal itu lantaran populasi kendaraan listrik belum begitu masif.
Menurut dia, ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik dengan sendirinya akan terbentuk seiring dengan pertumbuhan populasi kendaraan listrik. Oleh sebab itu, langkah pertama yang seharusnya dilakukan ialah meningkatkan jumlah pengguna kendaraan listrik.
”Kita undang dulu para pemain mobil (listrik) supaya dia bisa bawa barang. Itu juga akan menggairahkan industri charging, termasuk kita dorong PLN untuk membangun lebih banyak lagi,” katanya. Saat ini, di Indonesia hampir 50 banding 50 antara penyedia stasiun pengisian swasta dan PLN.
Terkait dengan pembiayaan oleh sektor perbankan, Rachmat menilai, pembiayaan terhadap mobil listrik tidak begitu menjadi masalah. Sejauh ini, rata-rata perbankan yang diajak kerja sama tidak merasa keberatan untuk berinvestasi.
”Ada beberapa (bank), terutama bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) yang akan kita dorong,” imbuhnya.
Hal itu salah satunya tecermin dari kerja sama yang dijalin oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan T BYD Motor Indonesia. Melalui penandatanganan nota kesepahaman, Bank Mandiri mewujudkan komitmennya terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan berbasis ramah lingkungan dengan perluasan ekosistem kendaraan listrik.
Per Desember 2023, total portofolio berkelanjutan Bank Mandiri telah mencapai Rp 264 triliun dengan pangsa pasar yang terus meningkat. Dari jumlah tersebut, porsi portofolio hijau telah mencapai Rp 129 triliun atau naik 21,4 persen secara tahunan dan portofolio sosial menembus Rp 135 triliun atau meningkat sebesar 10,6 persen secara tahunan.