8 April Jadi Puncak Arus Mudik, 14 April Puncak Arus Balik
Puncak arus mudik Lebaran 2024 diperkirakan terjadi pada 8 April. Puncak arus balik diperkirakan pada 14 April.
JAKARTA, KOMPAS — Puncak arus mudik pada Lebaran 2024 diperkirakan akan berlangsung dalam tiga gelombang dengan puncaknya akan terjadi pada 8 April alias H-2. Adapun puncak arus balik diperkirakan terjadi pada 14 April atau H+3.
Perkiraan ini merupakan hasil survei yang digelar Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan. Survei dilakukan secara daring terhadap 48.372 responden di 38 provinsi.
Laporan hasil survei bertajuk ”Potensi Pergerakan Angkutan Lebaran Tahun 2024”, dipaparkan Kementerian Perhubungan bersama pemangku kepentingan terkait pada konferensi pers secara daring, Minggu (17/3/2024).
Merujuk hasil survei, puncak arus mudik akan berlangsung dalam tiga gelombang. Puncak arus mudik terbanyak diperkirakan terjadi pada H-2 Lebaran atau Senin (8/4/2024). Sebanyak 13,7 persen responden mewakili 26,6 juta orang akan bepergian.
Baca juga: Masih Ada Kesempatan untuk Dapat Tiket Mudik
Gelombang berikutnya terjadi pada 6 April atau H-4 Lebaran. Sebanyak 11,9 persen responden mewakili 23,2 juta orang akan melakukan perjalanan. Gelombang ketiga terjadi pada 7 April atau H-3 Lebaran. Sebanyak 11,94 persen responden mewakili 23,1 juta orang akan melakukan perjalanan.
Sementara itu, ledakan arus balik diprediksi terjadi pada H+3 Lebaran atau Minggu (14/4/2024). Sebanyak 21,16 persen responden mewakili 40,99 juta orang diperkirakan kembali ke perantauan.
Guna mengantisipasi lonjakan pergerakan masyarakat, Kementerian Perhubungan melakukan persiapan secara operasional serta melalui kebijakan pengendalian serta pengaturan transportasi. Penanganan komprehensif antarinstansi, baik pemerintah maupun swasta, juga dilakukan.
Baca juga: Agar Silaturahmi Tak Terputus, Siapkan Mudik dengan Serius
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan pers menyatakan, Kementerian Perhubungan bersama Korps Lalu Lintas Polri serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menerbitkan surat keputusan bersama (SKB) pada Selasa (5/3/2024).
SKB itu memuat pengaturan lalu lintas jalan serta penyeberangan selama masa arus mudik dan balik angkutan Lebaran 2024. SKB juga mengatur pembatasan angkutan barang.
Hasil survei bertajuk ”Potensi Pergerakan Angkutan Lebaran Tahun 2024” Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (BKT Kemenhub) menunjukkan, 71,7 persen responden akan mudik pada Lebaran kali ini. Angka tersebut setara dengan 193,6 juta orang dari keseluruhan populasi.
”Hal ini mengindikasikan terdapat kecenderungan peningkatan minat masyarakat untuk mudik Lebaran pada 2024, jika dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar 45,8 persen atau 123,8 juta orang,” kata Budi.
Sebanyak 71,7 persen responden akan mudik pada Lebaran kali ini. Angka tersebut setara dengan 193,6 juta orang dari keseluruhan populasi.
Jumlah pemudik pada 2024 diprediksi akan lebih banyak sejak pandemi Covid-19. Pada 2022, potensi pergerakan nasional adalah 85,5 juta orang atau 31,6 persen responden. Pada 2023, potensinya naik menjadi 123,8 juta orang atau 54,2 persen responden.
Survei Lebaran 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar pemudik berasal dari Jawa Timur (16,2 persen). Daerah lain adalah Jabodetabek (14,7 persen), Jawa Tengah (13,5 persen), Jawa Barat selain Bogor-Depok-Bekasi (11,8 persen), serta Sumatera Utara (5,5 persen).
Sebaliknya, daerah tujuan juga masih didominasi provinsi-provinsi di Jawa. Jawa Tengah menjadi tujuan utama dengan 31,8 persen, diikuti Jawa Timur (19,4 persen), Jawa Barat (16,6 persen), DI Yogyakarta (6,1 persen), dan DKI Jakarta (3,4 persen).
”Jadi, memang Jawa Tengah ini dari arah Jabodetabek ataupun Jawa Timur bertemunya di daerah Jawa Tengah. (Adapun) Jawa Timur didominasi pergerakan antarkota dan antarprovinsi,” kata Kepala BKT Robby Kurniawan.
Kereta masih favorit
Sebagian pemudik akan memanfaatkan transportasi umum. Dua moda terfavorit adalah kereta api (20,3 persen) dan bus (19,4 persen). Namun, kendaraan pribadi juga masih jadi pilihan utama, yakni mobil pribadi (18,3 persen), diikuti sepeda motor (16,1 persen), dan mobil sewa (6 persen).
”Preferensi masyarakat besar sekali dengan kereta api, tetapi dengan keterbatasan seat, memungkinkan terjadinya shifting (pergeseran) ke kendaraan pribadi, bus, atau sepeda motor. Sepeda motor dan mobil pribadi ini masih cukup besar dan perlu diantisipasi,” tutur Robby.
Baca juga: Catatan Mudik 2023, Pola Pemudik Kereta Api dan Pemerataan Penumpang Masa Lebaran
Survei BKT Kemenhub mencakup 38 provinsi dengan total 48.107 responden. Acuan jumlah populasi mengacu pada data Badan Pusat Statistik tahun 2020 sebesar 270,2 juta jiwa. Margin of error dari penelitian ini sebesar 0,46 persen.
Angkutan mudik gratis juga disediakan bagi masyarakat guna mengantisipasi lonjakan pergerakan. Kuantitas pengguna sepeda motor diharapkan dapat ditekan untuk melakukan perjalanan jarak jauh.
Baca juga: Jakarta Buka Mudik Gratis ke 19 Kota
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang mengatakan, program mudik gratis semestinya bersifat wajib. Jika peminat sedikit karena transportasi umum di tempat tujuan tak tersedia, pemerintah bisa mengambil jalan tengah dengan mengangkut sepeda motor masyarakat melalui beragam moda angkutan. Perusahaan swasta berskala nasional dan BUMN juga perlu terlibat.
”Keberhasilan transportasi di keselamatan, bukan kuantitas (penumpang) diangkut semua. Mudik harus berkualitas. Jangan sampai (jumlah) kembali berbeda dengan jumlah berangkat,” katanya.