Apa Saja Moda Transportasi Favorit Para Pemudik di Indonesia?
Terjangkau, nyaman, variatif. Kereta api kembali laris manis di kala mudik. Namun, isu keselamatan jangan dilupakan.
Oleh
AGNES THEODORA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Di antara beragam moda transportasi yang tersedia, kereta api antarkota diprediksi bakal kembali menjadi angkutan yang paling diminati masyarakat untuk mudik Lebaran tahun 2024. Namun, kualitas layanan kereta api mesti konsisten dijaga dan diperbaiki untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pemudik.
Berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, masyarakat yang berminat mudik naik kereta api diprediksi mencapai 39,32 juta orang. Artinya, 20,3 persen dari total jumlah masyarakat yang diperkirakan melakukan mudik pada Lebaran 2024 (193,6 juta orang) berencana menggunakan kereta api.
Setelah kereta api, moda transportasi kedua yang diminati publik adalah bus dengan jumlah penumpang diperkirakan 37,51 juta orang atau 19,4 persen; mobil pribadi yang diminati 35,42 juta orang (18,3 persen); sepeda motor dengan jumlah peminat 32,1 juta orang (16 persen); serta mobil sewa sebanyak 11,64 juta orang (6,01 persen).
Dari tahun ke tahun, kereta api masih saja menjadi angkutan pilihan utama masyarakat Indonesia untuk pulang kampung saat Lebaran. Sebelumnya, seperti tahun lalu (2023) dan lima tahun lalu (2019), kereta api juga dinobatkan menjadi angkutan terfavorit di kala mudik.
Dengan harga yang lebih terjangkau di saat tiket pesawat membubung tinggi, fasilitas yang nyaman dan interior yang bersih, tersedianya berbagai opsi kelas dan harga, sampai pilihan menu makanan dan jajanan yang menarik, pemudik masih gencar memburu tiket kereta api.
Nadia (36), misalnya, selalu memilih naik kerata api untuk pulang dari Jakarta ke rumah orangtuanya di DI Yogyakarta. Dalam setahun, ia bisa pulang 4-5 kali, termasuk untuk mudik Lebaran. Dulunya, ia pengguna pesawat karena waktu tempuh yang jauh lebih cepat. Namun, harga tiket pesawat yang semakin tinggi membuatnya berpaling ke kereta api.
Jumlah tiket yang terjual itu masih akan terus meningkat karena sampai sekarang penjualan masih berlangsung.
“Harga pesawat gila-gilaan, enggak ngotak. Masa hanya untuk ke Yogya bisa habis sampai Rp 1 juta kalau peak season. Kereta eksekutif semahal-mahalnya paling Rp 600.000, lah. Jarak stasiun ke rumah juga dekat dibandingkan bandara baru yang jauh. Jadi hemat banyak,” tuturnya, Sabtu (16/3/2024).
Soal AC dan longsor
Ia juga merasa nyaman naik kereta api. Apalagi, pilihan kereta saat ini semakin variatif, tinggal dipilih berdasarkan kelas dan jam keberangkatan. Keluhannya barangkali hanya suhu pendingin ruangan (AC) yang kadang terlalu dingin sampai menyiksa, kadang tidak terasa sampai membuat gerah.
Ia juga menyayangkan masalah komunikasi ke penumpang yang masih minim. Kepulangannya ke Jakarta pernah tertunda karena ada longsor dan jalur kereta tertutup. Namun, ia tidak mendapat pemberitahuan apa-apa dan baru tahu setelah sampai di stasiun.
“Di stasiun pun kalau tidak tanya, tidak akan tahu. Semestinya begitu ada longsor, langsung ada notifikasi ke penumpang lewat SMS atau Whatsapp,” kata Nadia.
Minat pemudik memakai kereta api tahun ini terlihat dari perkembangan tingkat penjualan tiket. Berdasarkan pantuan PT Kereta Api Indonesia (KAI), hingga Sabtu (16/3/2024) pukul 08.00 WIB, tiket kereta api jarak menengah-jauh yang terjual untuk periode H-10 Lebaran (31 Maret 2024) sampai dengan H+10 Lebaran (21 April 2024) adalah 1,45 juta tiket atau 45 persen dari total tiket yang tersedia sebanyak 3,2 juta tiket.
"Jumlah tiket yang terjual itu masih akan terus meningkat karena sampai sekarang penjualan masih berlangsung,” kata Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus dalam keterangan pers.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, citra kereta api memang sudah banyak berubah sejak masa transformasi PT KAI pada tahun 2009. Standar layanan yang diberikan kepada penumpang pun terhitung responsif sehingga masyarakat betah memakai kereta api berulang kali.
“Segala keluhan bisa direspons cepat. Standar pelayanan dan keamanan, seperti jika penumpang kehilangan barang, juga responsif. Ini sebagian disebabkan oleh keputusan PT KAI untuk menaikkan pendapatan karyawan, yang membuat layanan jadi lebih bagus,” ujar Djoko, Sabtu.
Mesti ada evaluasi antara PT KAI dan DJKA untuk memperbaiki hal-hal lain, utamanya soal keselamatan.
Isu keselamatan
Di sisi lain, harganya yang masih relatif terjangkau dibandingkan pesawat, dengan beragam opsi kelas penumpang dan harga, juga membuat masyarakat merasa punya pilihan. Ingin yang mewah dan supernyaman, ada keretaluxury dan sleeper. Ingin nyaman tapi lebih terjangkau, ada kereta eksekutif.
Ingin yang murah, ada bisnis dan ekonomi. Kelas ekonomi pun kini punya beragam opsi dengan standar kenyamanan yang berbeda-beda. “Bahkan ketika harga tiket kereta naik, seperti tahun lalu, masyarakat menggerutu, tetapi tetap saja kereta laris manis. Itu karena terbantuserviceyang bagus,” ucap Djoko.
Lepas dari berbagai prestasi itu, ada catatan penting yang perlu dibenahi, yaitu keselamatan angkutan kereta api. Beberapa kali insiden kecelakaan masih terjadi. Ada yang memakan korban jiwa, ada yang tidak.
Awal tahun ini, pada 5 Januari 2024, terjadi tabrakan KA Turangga tujuan Surabaya Gubeng-Bandung dengan Commuterline Bandung Raya jurusan Padalarang-Cicalengka, yang menyebabkan empat awak kereta gugur.
Tidak lama setelahnya, ada pula kejadian anjloknya KA Pandalungan di emplasemen Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 14 Januari 2024. Kereta api jurusan Gambir-Surabaya-Jember itu anjlok pada bagian lokomotif dan satu gerbong di belakangnya. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Sepanjang tahun 2023, ada pula sejumlah kecelakaan kereta api yang menelan korban jiwa maupun tidak. Menurut Djoko, isu keselamatan ini salah satu catatan penting yang tidak hanya mesti diperbaiki oleh PT KAI, tetapi juga Kementerian Perhubungan.
Ia mencontohkan, kecelakaan kereta yang masih sering terjadi di pelintasan sebidang biasanya tubrukan antara kereta api dan mobil. Menurut Djoko, itu evaluasi yang bukan hanya menjadi ranah PT KAI, tetapi juga Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Ia juga berharap, rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di setiap kasus kecelakaan bisa ditindaklanjuti serius oleh DJKA dan PT KAI.
“Secara umum, untuk standar layanan dan fasilitas yang ada selama ini sudah baik dan perlu dijaga terus agar tidak turun. Tetapi, mesti ada evaluasi untuk memperbaiki hal-hal lain, utamanya soal keselamatan, yang bukan hanya menjadi urusan PT KAI, tetapi juga DJKA,” tutur Djoko.