Saham Emiten Kakap Berjaya, IHSG Cetak Rekor Tertinggi
IHSG mencapai rekor tertinggi 7.435. Hal ini ditopang saham-saham berkapitalisasi besar.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menembus posisi tertinggi sepanjang sejarah di posisi 7.435 pada Rabu (13/3/2024). IHSG diprediksi masih dapat mencetak rekor baru sepanjang Ramadhan karena faktor perekonomian eksternal maupun internal.
IHSG naik 0,7 persen pada waktu pembukaan perdagangan sekitar pukul 09.00 per Rabu, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, Jumat (8/3/2024). Hingga penutupan perdagangan pada Rabu, IHSG tumbuh 0,53 persen ke level 7.421.
"Hari ini kenaikan memang didominasi oleh saham-saham big cap (berkapitalisasi besar)," kata Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Menghijaunya IHSG hari ini, menurut Rully, tidak spesifik terjadi pada sektor tertentu, melainkan ditopang saham-saham berkapitalisasi besar tertentu. Mengutip platform RTI Business, kenaikan harga sampai penutupan bursa hari ini dialami oleh 208 emiten. Sedangkan 334 emiten mengalami penurunan harga dan harga saham 233 emiten lainnya stagnan.
Rully mencatat, beberapa saham berkapitalisasi besar menunjang IHSG hari ini antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Di luar ekspektasi, harga saham berkapitalisasi besar, seperti PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), justru turun.
Penguatan saham-saham saat ini dipengaruhi sejumlah faktor. Dari eksternal, ada pergerakan positif bursa saham global, Selasa (12/3/2024). Ini terutama terjadi pada pasar saham Amerika Serikat dengan S&P500 juga terus menunjukkan tren positif. Ada pula faktor stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang pada Rabu (13/4/2024) cenderung menguat 0,4 persen ke Rp 15.590.
"Menurut saya, pasar juga diwarnai oleh harapan akan pemangkasan suku bunga, baik di AS maupun di dalam negeri, melihat berbagai indikator ekonomi terkini," katanya saat dihubungi Kompas.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany, menjelaskan, pernyataan mutakhir Bank Sentral AS yang membuka peluang penurunan tingkat suku bunga tahun ini membuat ekonomi negara tersebut sudah berada dalam laju yang diharapkan. Hal ini menjadi sentimen baik bagi pasar.
Ia juga menambahkan, ada sentimen dari komoditas. Misalnya adalah harga batu bara yang meningkat seiring peningkatan permintaan dari China dan sulitnya produksi di Indonesia diakibatkan oleh cuaca ekstrem.
Selain itu, suplai nikel di pasar tahun ini potensial defisit karena lambatnya persetujuan izin tambang di Indonesia. Di sisi lain, harga minyak kembali stabil menyusul terjaganya pasokan minyak setelah anggota OPEC sepakat melanjutkan pemangkasan produksi minyak. Sementara, harga emas menyentuh rekor baru pada pekan lalu.
"Beberapa data ekonomi yang ada menunjukkan bahwa saat ini kondisi ekonomi masih kuat, meski masih jauh dari yang diharapkan," kata Indri dalam keterangan tertulis.
Rully juga mengakui, saat ini masih cukup sulit untuk memprediksi pergerakan IHSG. Namun, ia memprediksi pada Maret ini, IHSG masih bisa menembus rekor atau all-time-high (ATH) terbaru karena didorong sentimen domestik.
"Untuk bulan Ramadan sendiri, saya merasa masih ada kemungkinan IHSG mencetak ATH baru, karena secara musiman aktivitas ekonomi akan cenderung lebih tinggi, dan seharusnya berdampak positif juga kepada pendapatan perusahaan," katanya.